Ahok Pimpin Beltim Sebagai Pelayan Rakyat

7
86

Ahok.Org – Era reformasi dan semangat otonomi daerah yang menggebu di seantero tanah air tidak seluruhnya membawa kebaikan bagi masyarakat. Tak sedikit pejabat-pejabat di daerah yang kemudian terjerumus dalam menggunakan kekuasaannya dengan menyelewengkan uang negara.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pejabat di daerah yang diperiksa karena melakukan penyelewengan dan terpaksa berhadapan dengan hukum. Kondisi seperti ini memperkuat stigma yang mengkhawatirkan, bahwa munculnya raja-raja kecil di daerah agaknya mulai terlihat nyata.

Namun stigma tersebut ingin dipatahkan oleh seorang Ahok. Ia tidak ingin ikut-ikutan  menjadi pesakitan dan dibenci oleh rakyat. “Saya ikut pilkada mengemis kepada rakyat untuk menjadi budak rakyat, pelayan rakyat. Menjadi pejabat bukan ingin dilayani tapi melayani,” katanya.

Untuk itu menurut Ahok, setelah terpilih ia akan melayani rakyat dengan sepenuh hati melalui visi, misi dan program sebagai pijakan dan kinerja dalam melaksanakan tugasnya untuk mengisi pembangunan dan kesejahteraan rakyat Kabupaten Belitung Timur yang notabene baru dimekarkan.

Sehari setelah dilantik, Ahok mulai kerja memeras otak, berupaya untuk segera merealisasikan misi-misinya ketika kampanye. Misi pertama yaitu menjadikan pemerintah daerah yang profesional, jujur dan berwibawa di mata rakyat. Untuk mewujudkan misi ini, ia tidak hanya sekedar  cuap-cuap, membuat aturan ini dan itu, tapi ia berikan contoh langsung kepada semua satuan kerja khususnya para PNS (Pegawai Neri Sipil) baik dari sikap maupun perbuatan.

Menurut pengamatan penulis yang kebetulan adalah sekretaris pribadi Bupati Belitung Timur, Ahok adalah tipe orang yang sangat menghargai waktu. Ia selalu berupaya untuk datang ke kantor tepat waktu. Terkadang jam 7 pagi sudah berada dikantor, padalah jam kerja baru dimulai pukul 07.30 WIB. Demikian juga halnya dengan jam pulang kerja, sangat jarang sekali pulang mengikuti jam kerja. Ia baru beranjak dari kantor jika tumpukan kertas dimeja kerjanya sudah selesai dibaca atau di tandatangani. Bahkan ia pernah pulang larut malam. Ini terjadi jika berkas menumpuk dan tamu yang datang juga banyak. Bagi Ahok, jika ditunda besok berarti urusan rakyat jadi tertunda juga, apalagi surat yang sifatnya permohonan ijin seperti SIUP, SITU dan lain sebagainya pasti berhubungan dengan pelayanan publik.

Yang uniknya, beliau sangat jarang sekali pulang untuk makan siang di rumah saat jam istirahat. Beliau selalu makan siang dikantor dengan penganan yang dibawa dari rumah. “Kalau pulang makan siang kerumah, sudah berapa banyak waktu yang terbuang untuk perjalanan pulang pergi ke rumah, mendingan makan dikantor sama saja kok. Sambil makan saya bisa nonton berita atau membaca berkas-berkas yang masuk”, ungkapnya waktu ketika penulis menanyakan kenapa selalu membawa makan siang ke kantor.

Tidak hanya itu, Ahok selalu menerima siapa saja yang hendak bertamu, baik itu dikantor maupun dirumah dinas. Dan beliau akan lebih senang jika yang bertamu tersebut adalah masyarakat rakyat biasa. Namun jika itu yang bertamu adalah calo proyek atau pengusaha yang mencari proyek, ia tidak akan sungkan-sungkan untuk menolaknya. Karena menurut Ahok, jika datang bertamu hanya untuk meminta proyek, itu salah alamat. Karena sebagai seorang bupati, ia tidak ada hubungannya dengan proyek. Proyek adalah urusan satuan kerja pemerintah daerah, ia tidak ikut campur.

Hanya saja Ahok selalu berpesan kepada tamu yang datang menanyakan soal proyek, agar bermain secara fair dan kerjakan proyek dengan benar, anggap saja apa yang dibangun, dibuat seperti untuk diri sendiri sehingga hasilnya bagus. Jika itu dikerjakan seadanya untuk mencari keuntungan lebih banyak yang dirugikan adalah rakyat karena pembangunan tersebut menggunakan uang rakyat.

Uniknya lagi, setiap tamu yang datang menghadap beliau entah itu rakyat biasa, pejabat maupun pengusaha, penulis selalu diminta masuk dan ikut mendengarkan pembicaraan. Alasannya sederhana, jadi ada saksi setiap yang ia lakukan. Apalagi yang bertamu adalah seoarang pengusaha. Ahok, tidak hanya menyuruh penulis masuk mencatat point-point pembicaraan, rekaman elektronik pun diaktifkan, ini untuk menghindar jika ada fitnah-fitnah atau kejadian yang kurang menyenangkan. “Dengan begini tidak ada alasan bagi orang untuk mengatakan kalau saya tidak transparan, mendapat uanglah dari pengusaha dan lain sebagainya,” ungkapnya waktu itu.

Ahok, adalah orang yang sangat alergi jika ada pengusaha yang datang membawakan sesuatu. Tidak usahkan uang, sekedar buah tangan berupa cindramata yang ia nilai harganya mahal, maka ia tidak akan sungkan-sungkan menolaknya.

Pernah suatu ketika tepatnya pada tanggal 19 April 2006 sekitar pukul 14.10 WIB, ada rombongan sekitar delapan orang yang katanya adalah pengusaha dari Singapura yang ingin bisnis tambang di wilayah Belitung Timur (kalau investor seperti ini Ahok biasanya menyebutnya sebagi investor jual tanah air ku, karena usahanya mengeruk kekayaan alam, bukan menciptakan lapangan pekerjaan) datang untuk bertemu dengan Ahok. Setelah berbasa-basi dan mengutarakan niatnya (pembicaraan dalam Bahasa Inggris), salah seorang dari tamu tersebut menyerahkan  bungkusan yang berisikan kotak yang dibungkus rapi. Boro-boro akan menerimanya, yang ada tamu tersebut mendapat wejangan ceramahnya..
Kurang lebih pembicaraannya seperti ini (yang dalam Bahasa Inggris juga) “ Apa ini ?. Lalu si tamu menjawab, ini hanya sekedar cinderamata dari kami, oleh-oleh dari Singapura”. Cindramata yang dibawa si tamu tersebut berupa relief pedang samurai yang katanya terbuat dari kuningan.

Melihat hadiah tersebut, Ahok langsung menolaknya, “Maaf bukan saya tidak menghargai pemberian ini, tapi saya akan lebih berterimakasih jika hadiah tersebut anda bawa pulang kembali. Jika anda ingin berinvestasi di sini silahkan saja, asalkan mengikuti ketentuan yang berlaku, tidak perlu memberi saya macam – macam. Penolakan ini bukan dikarenakan nilainya kecil, yang lebih besar juga saya tolak. Pernah saya diberikan hadiah juga sebuah jam Rolex Emas, uang ratusan juta, tapi saya tolak juga,”.

Namun si tamu tetap juga memaksa, “ mohon diterima pak bupati, ini tidak ada maksud apa-apa, ini hanya sebuah gift. Dan nilainya dibawah sepuluh dollar,”.

Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari si tamu perihal cinderamata tersebut, akhirnya Ahok menerima hadiah tersebut, tapi cindramata tersebut akan dipajang diruang kerjanya, “jadi ini milik pemda, bukan milik pribadi”, ungkapnya waktu itu. Dan memang cindramata tersebut dipajang di bufet ruang kerjanya.

Ada cerita lain juga, yang sering ia ungkapkan di depan tamu maupun kepada para stafnya. “Saya pertamakali duduk dimeja kerja bupati sempat bingung, kenapa ya meja bupati ini ada lacinya dibagian tengah atas meja. Ternyata setelah saya cari tahu dan pelajari ternyata laci tersebut berfungsi sebagai tempat brankas uang para bupati jika ada tamu, pengusaha atau siapa saja yang datang memberi upeti (duit),”.

Tak hanya seperti yang telah tersebut diatas, Ahok juga menerapkan displin dalam hal perjalanan dinas keluar daerah. Ia  sangat jarang sekali keluar daerah, jikakalau itu terpaksa karena ada undangan penting dan mendesak tidak bisa diwakilkan. Yang menjadi catatan, Ahok tidak pernah samasekali melakukan perjalanan dinas dengan alasan konsultasi dan koordinasi.

Hal ini, tidak hanya Ahok lakukan pada diri sendiri tapi ia tekankan juga kepada para satker (satuan kerja khususnya para kepala dinas, kantor dan badan). “Buat apa melakukan perjalanan dinas jika masih bisa dilakukan lewat surat, telepon, faksimil, maupun email. Dengan begini akan menghemat banyak APBD, “ pesan Ahok.

Untuk lebih mendekatkan diri dengan rakyatnya, Ahok tidak hanya sekedar membuka pintu lebar untuk siapa saja tamu yang datang, ia juga membuka layanan pengaduan melalui pesan pendek (SMS) ke nomor handphone prbadinya. Setiap kali ada pertemuan dengan warga masyarakat, ia menyebutkan nomor handphonenya sehingga masyarakat pun bisa berhubungan langsung melalui SMS bila hendak menyampaikan keluhan maupun permasalahan

Menurut Ahok, siapa saja silahkan SMS kepadanya. Dengan membuka sms seperti ini ia menjadi tahu secara langsung apa saja perkembangan, keluhan, permasalahan yang dihadapi masyarakat. “ Yah walaupun ada juga yang sms iseng,” keluhnya.

Perlu diketahui, setiap SMS yang masuk, dibaca dan dibalas sendiri oleh Ahok. Jika sms tersebut berkaitan langsung dengan bagian, kantor, dinas atau badan tertentu, sms tersebut akan ia forward  langsung kepada kepala bagian, kantor, dinas atau badan yang bersangkutan, dengan maksud untuk segera di tindaklanjuti.

Dibalik semua ini, ada juga cerita lucu. Terkadang tamu yang datang atau sms yang masuk bukan saja hanya persoalan yang menyangkut kebijakan, hajat hidup orang banyak tapi juga persoalan pribadi. Ada saja tamu yang datang mengadu persoalan rumah tangga, pengurusan perceraian, penjualan tanah dan lain sebagainya.

Seorang Ahok tidak hanya memberikan contoh kepada stafnya arti akan displin, menghargai waktu, kejujuran dan bagaimana cara memberikan pelayanan kepada rakyat, tapi ia mengajarkan secara tidak langsung bagaimana menjadi seorang pemimpin yang dicintai rakyat.[*]

*Catatan Yasnovita, sekretaris pribadi Bupati Belitung Timur pada saat dijabat oleh Ir. Basuki T Purnama, MM (Ahok).

Catatan Sebelumnya: Basuki: Lawan Korupsi! (Kenapa Harus Takut Jika Hanya Hidup Sekali…)

7 COMMENTS

  1. yeachhh .. sure .. be the first.
    salut .. walau aku tidak bisa mencoblosmu .. tapi doa dan semangatku untukmu .. untuk kalian .. untuk pejuang keadilan kebenaran dan kelurusan .. salam dari negeri seberang

  2. masalahnya, apakah bawahan ahok (aparat pemda) tsb akan tetap melanjutkan cara-2 ahok melayani warga meski pimpinannya bukan ahok lagi (sudah bukan bupati beltim sekarang ini kan?) atau kembali korup dgn pimpinan korup atau punya integritas pribadi masing-2 shg terpecah kubunya.
    Kebanyakan yg terjadi adalah takut dipecat, shg cari aman ikut maunya pimpinan, ganti pimpinan ya ganti lagi sikapnya. Intinya, kalo bisa korup sukur, nggak ya udah terima aja yg ada, setidaknya masih dapet gaji bulanan.
    .
    Ini fenomena aneh di Indonesia, dimana utk populasi dgn persentase kecil sekali (misal 5%) utk etnis tionghoa (non-pri) ada muncul 1 orang ‘bersih’spt Ahok, sedangkan utk pribumi dgn persentase populasi yg besar sekali (misal 90%) cuma muncul 1 orang ‘bersih’ juga spt Jokowi, apakah berarti sisanya (anggap 90-1 = 89%) punya potensi korup semua?
    Koq tega ya pribumi korupsi dan sengsarain pribumi juga.
    Apakah ini bukan berarti memperlihatkan fakta bahwa pemimpin yg dianggap ‘amanah’ (satu suku/etnis/agama) malah punya potensi korup besar apalagi jika merupakan warga mayoritas, karena dianggap warga tak akan mempertanyakan lagi kebijakannya, tak akan memukul kepalanya sampai pecah jika ketauan korupsi, dst.
    Jadi gak heran kalo pribuminya pada korup semua kalo ada kesempatan, toh rakyat (pribumi) mendukungnya dan gak mungkin digantung mati. Ini beda kalo berasal dari etnis lain yg minoritas, tekanan begitu besar shg potensi utk korup juga kecil kecuali mau mati konyol digasak oposan yg mayoritas – sederhana saja logikanya.
    Memang kenyataannya di dunia, pemimpin yg bersih justru kebanyakan berasal dari minoritas, dan yg paling korup justru dari mayoritas, apalagi jika pemimpinnya diktator juga. Apa ada yg berani mempertanyakan kemana saja uang pajak rakyat diaplikasikan di negara diktator yg mayoritasnya dari agama tertentu? ia bisa dianggap murtad dan menghina dewan tertinggi agama. adakah korupsi disini? tentu ada, tapi siapa yg punya nyali utk bongkar? Indonesia yg semi-sekuler aja kesulitan membongkar praktek korupsi, apalagi dewan/orang penting terhormat yg tidak boleh dipertanyakan kredibilitasnya di negara agama diktatorial spt itu.
    Gampangnya kita ambil contoh Iran. Negara Islam yg pimpinan tertingginya justru dewan kehormatan tertinggi agama yg diisi Ulama-2 penting, bukan sang presiden! ia cuma boneka Ulama-2 ini, jika mereka tak setuju maka sebaik apapun kebijakan sang presiden (yg katanya hidup sederhana ini) gak akan terwujud! Jadi kalo ada korupsi atau kesalahan kebijakan, siapa yg harus bertanggung jawab? gak tau deh! Ini hal yg sama dipertanyakan oleh kaum muda Iran yg bertentangan/oposisi dgn pemerintahan Iran incumbent sekarang ini.

    Sbenarnya saya justru mengharapkan lebih banyak Jokowi-2 lainnya yg muncul jadi pemimpin, shg nanti kandidat pribumi tidak dianggap lagi tukang korupsi scr skeptis: “Ah, palingan korupsi lagi ntar! temen-2nya pada gitu semua”. Mudah-2-an setelah era JB ini akan muncul virus-2 anti-korupsi yg melayani rakyat di setiap kandidat pemimpin daerah di Indonesia, sudah ada contoh yg baik tuh, silakan ditiru! Terbukti, kebijakan pemerintah yg salah yg terlalu melindungi kepentingan pribumi/mayoritas justru memakan korban ke dirinya sendiri.
    .
    Malaysia sendiri sudah mengaku gagal dgn program ‘pro-pribumi’ nya dan sudah distop beberapa tahun lalu, terbukti lewat survey mereka sendiri thd kenaikan penghasilan rata-2 antara pribumi dan pribumi setelah program tsb dijalankan selama 5 tahun dan ternyata tidak efektif utk membuat pribumi lebih rajin bekerja dan mensejahterakan mereka (lebih banyak yg justru bermalasan dgn kenikmatan/privilege yg diberikan kpd warga pribumi oleh pemerintah Malaysia dan malah pake acara korupsi segala, sptnya gak cukup cuma dapet fasilitas plus-plus nih), angka persentasenya tetap kecil dan lucunya malah warga cina di Malaysia yg naik persentase penghasilan rata-2nya akibat kebijakan diskriminatif itu (alias makin ditekan/dibedakan malah makin rajin kerjanya).
    Sptnya Indonesia pun mengalami problem yg sama spt Malaysia, shg tidak lepas dari belenggu korupsi sampai sekarang krn pribuminya juga diistimewakan (masih terlihat dimana-mana, spt di kebijakan pengurusan tanah yg masih membedakan antara pribumi [bisa kelurahan/kecamatan] dgn non-pri [harus lewat notaris]) – shg tak heran kenapa mayarakatnya juga masih sering melakaukan hal-2 diskriminatif di level grassroot, krn pemerintahnya juga begitu sih dan justru malah membantu warga mengingat bahwa masih ada warga yg disebut “non-pri” dgn aturan-2 diskriminatif yg masih belum dicabut itu, dan warga cuma mencontoh apa yg dilakukan pemerintah thd minoritas tionghoa/non-pri.
    Apakah tidak sebaiknya kita sadar lebih cepat sebelum kolaps/koma nanti 20-50 tahun lagi?
    Kesimpulan saya, dgn menghina/mendiskriminasi warga non-pri/tionghoa spt yg diinginkan para koruptor probumi, berarti membantu para pribumi koruptor utk semakin melanggengkan kekuasaanya dan membantu memelihara mesin korupsinya tanpa diganggu lagi oleh orang-2 kritis dari kaum tionghoa krn mereka jadi apatis thd birokrasi/pemerintah.
    Rekan saya bahkan skeptis abis, jika Ahok selesai tugasnya di jakarta dan gak kepilih lagi. percaya deh, ntar orang kelurahan kembali ke perilaku koruptif-arogannya lagi, minta upeti ‘spesial’ lagi ke orang tionghoa tiap urus surat (KTP, KK, SIUP, Domisili, dsb – begitu katanya), lebih mahal dari yg diminta ke pribumi, itupun kalo diminta juga oleh si koruptor. tapi dari yg gue denger sekarang mereka bilang “kami tidak membeda-bedakan pelayanan thd warga… termasuk melayani uang pelicin yg wajib disetorkan warga.. demi kesejahteraan pimpinannya… yang tentunya lebih wah-mewah dari rata-2 warganya… kami harap warga maklum, meskipun kami naik gaji cukup besar, tapi itupun masih kurang utk menyetop perilaku adiktif kami yg sulit dikendalikan yg bernama k-o-r-u-p-s-i itu ;D Mungkin kami perlu di-spank JB dulu agar sadar lahir-batin, ya?”

    kalo ngeliat track recordnya (sikap/kepribadian/mentalitas yg bermoral/melayani warga) spt itu, jelas BTP layak jadi presiden RI menggantikan incumbent yg ga becus ngurusin korupsi di pusat krn kurang informatif dan terbuka/transparan thd rakyat apalagi kurang dlm menerangkan dgn jelas-singkat-padat cara-2/langkah-2 yg akan diambil utk memberantas korupsi di pusat yg bisa diawasi oleh rakyat juga kinerjanya. Jokowi pun boleh, tapi saya kurang yakin bisa se-informatif BTP dlm menerangkan setiap hal yg akan dan sedang dikerjakan, krn dia cenderung agak pendiam ya, tapi utk pendekatan ke warga bolehlah dia, dah terbukti keduanya, yg satu anti-korupsi berat (penting buat birokrasi yg bersih dan lancar) yg satunya lagi pintar mengambil hati warga (penting buat melancarkan program pemda yg rada sensitif).

    OK, selamat bekerja buat kedua pemimpin hebat ini!
    Buktikan warga Jakarta gak perlu menurunkan paksa kalian berdua dalam 5 tahun kedepan dgn AK-47 dan granat, kalau gak becus kerja spt incumbent sekarang ini, termasuk presidennya yg cengeng binti cemen.
    Eh, terlalu sangar ya kalimatnya? 😀

  3. “Saya ikut pilkada mengemis kepada rakyat untuk menjadi budak rakyat, pelayan rakyat. Menjadi pejabat bukan ingin dilayani tapi melayani,” katanya.

    Wah salut banget dengan statement diatas..
    Hari geneee mana ada orang macam gitu. Yang mau mengabdi juga biasanya ujung2nya duit, eh tapi giliran yang tulus malah ditolak masyarakat.. heran deh sama msyrkt jakarta ini, katanya cinta keberagaman, tapi selalu melihat perbedaan sebagai halangan. Kapan kita mau jadi unity?

    Pak Ahok.. wah siap2 ya nanti rumahnya dibanjiri tamu2.. penduduk Jakarta kan banyak hehehe…
    Smoga yang bertamu pada tau diri ya, yang penting dibahas silahkan bertamu, yang cm mau urus masalah pernikahan, perceraian ya jangan cari Pak Ahok ya tentunya haha.. Kasian nanti tenaga beliau terkuras dan ga bisa kerja maksimal karena waktunya habis untuk mengurus persoalan yang ga berhubungan dengan pekerjaannya sbg waGub…

    Buat Pak Ahok.. maju etrus dan terus perjuangkan cita2mu…
    Wujudkan smua visi dan misi yang telah dibangun. Tuhan menyertai perjalananmu dan apa yang dikerjakan dibuatNya berhasil. amin

  4. Pa’ Ahok, Pa’ Amin Rais memberikan ultimatum ke anda bahwa pembisnis di belakang Pa’ Ahok akan menggilas pembisnis kecil di Jakarta. Kalau Pa’ Ahok seorang negarawan seperti image yang saya tangkap selama ini, tolong buktikan bahwa ultimatum Pa’ Amin tersebut salah. Juga buktikan bahwa warga keturunan juga bisa menjadi negarawan yang sangat baik dan jujur. Terima kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here