Ahok Soal Gap Harga Pertalite

0
66

BTP – Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan perseroan telah melakukan langkah-langkah menghadapi kerugian akibat gap harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite setelah harga minyak dunia melambung.

Ahok mengatakan perusahaan melakukan pelbagai optimasi biaya.

“Kami lakukan optimasi biaya sampai bulan lalu sudah mencapai US$ 675 juta,” ujar Ahok saat dihubungi pada Jumat, 29 Oktober 2021.

Pertalite sebelumnya dijual di bawah harga keekonomian karena melambungnya harga minyak dunia. Pertalite dijual di harga Rp 7.650 per liter atau jauh di batas harga keekonomian yang mencapai Rp 11 ribu per liter.

Ahok mengatakan harga minyak mentah telah menembus US$ 70 per barel. Angka itu jauh di atas perhitungan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan yang dipatok US$ 45 per barel.

Menurut Ahok, Pertamina akan untung seumpama pemerintah menyetujui pergeseran BBM Premium. “Subsidi Premium digeser ke Pertalite yang sudah 80 persen penjualan BBM. (Pertamina) Bisa untung,” tutur dia.

Ahok mengakui kini gap harga itu menjadi kerugian yang ditanggung sementara oleh perusahaan. Meski demikian, perusahaan belum menurunkan harga BBM Pertalite.

“Sejauh ini tidak ada (rencana kenaikan harga). Keputusan di Kementerian (ESDM),” tutur Ahok. [Tempo.co]

Pertalite di Bawah Harga Keekonomian, Ahok: Sementara Jadi Kerugian Pertamina

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan perusahaan saat ini menjual harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di bawah harga keekonomian. Pertalite dijual di harga Rp 7.650 per liter, sedangkan harga keekonomian mencapai Rp 11 ribu per liter.

Ahok menyebut ketidaksesuaian harga itu menjadi kerugian yang ditanggung perusahaan. “Untuk Pertalite bukan masuk kategori subsidi. Jadi sementara jadi kerugian Pertamina,” tutur Ahok saat dihubungi melalui pesan Pendek, Jumat, 29 Oktober 2021.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan alasan perseroan menjual harga Pertalite di bawah harga pasar. Menurut Ahok, kondisi itu terjadi karena harga minyak mentah melambung di atas US$ 70 per barel.

Sementara, dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan, harga Pertalite diproyeksikan sebesar US$ 45 per barel.

Meski demikian, Ahok mengatakan belum ada rencana perusahaan untuk menaikkan harga Pertalite. Kenaikan harga menjadi wewenang pemerintah. “Keputusan di Kementerian (Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM),” ujar Ahok.

Ahok melanjutkan, perusahaan telah melakukan optimasi biaya hingga US$ 675 juta sebagai upaya agar tidak merugi. Menurut dia, Pertamina akan untung bila pemerintah setuju subsidi Premium digeser ke Pertalite.

“Sekarang penjualannya sudah 80 persen untuk penjualan BBM (Pertalite). (Pertamina) bisa untung,” ujar dia.

President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan harga minyak mentah dunia terus naik sejak awal tahun. Saat ini harga minyak pun telah menembus level US$ 85 per barel.

“Tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM dan juga makin menekan profitabilitas Pertamina,” kata dia.

Tak hanya Pertalite, harga keekonomian pada Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) seperti Premium saat ini sebesar Rp 9.000 per liter. Tapi, Pertamina masih menjualnya di harga Rp 6.450 per liter. Perusahaan, kata dia, melakukan pembahasan dengan pemerintah untuk mencari solusi terbaik. [Tempo.co]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here