Ketika Ahok Berbicara tentang Bhinneka Tunggal Ika

8
91

Ahok.Org – Semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu ini tampaknya sudah mulai luntur bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan isu primordialisme yang muncul di tiap daerah dalam setiap pemilihan umum kepala daerah (pilkada).

Begitu pula dengan Jakarta, isu primordialisme semakin kuat akhir-akhir ini. Bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menuturkan, awalnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berpikir berulang kali untuk menempatkan dirinya mendampingi Joko Widodo dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.

“Ada anggapan kalau sama Ahok, udah China dan Kristen kan menurunkan nilai jual. Tapi selama ini kan PDI-P selalu berteriak-teriak tentang empat pilar,” kata Ahok saat berkunjung di redaksi Kompas.com, Selasa (17/4/2012).

Seperti diketahui, empat pilar kehidupan berbangsa yang memang selalu disuarakan oleh partai berlambang banteng dengan moncong putih ini terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Harusnya empat fondasi ya. Kalau pilar itu gampang roboh, jadi fondasi-lah lebih kokoh. Nah di dalamnya kan ada Bhinneka Tunggal Ika. Ini mau menyelesaikan Bhinneka Tunggal Ika, tapi takut taruh Ahok karena warna kulit dan keyakinan dia. Lucu gitu, lho,” ungkap Ahok.

Menurutnya, seseorang harus dilihat dari kemampuan dan rekam jejaknya, bukan hanya dari asal keturunan dan keyakinannya. Bahkan, ia menegaskan bahwa masalah keyakinan adalah masalah pribadi seseorang dan bukan sesuatu yang harus diumbar dan dijadikan bahan penilaian untuk memutuskan sesuatu.

“Itu urusan saya pribadi. Kenapa orang jadi takut masang seorang Ahok yang Kristen? Ini kan lucu. Memang realitanya ada orang enggak mau milih yang beda agama. Ini yang mau kita selesaikan tentang ke-Indonesia-an,” ungkap Ahok.

“Kami ini targetnya jelas, kami bukan petinju yang asal mukul. Target kami sangat jelas, yaitu jangka panjang tentang Indonesia; dengan ke-Indonesia-an, dengan mimpi Indonesia. Mimpi rumah Indonesia di atas empat fondasi, di mana semua suku, agama, ras berhak tinggal dan mendapat hak yang sama,” tandasnya.

Seperti yang tercatat dalam sejarah, pada tahun 1964, Jakarta pernah dipimpin oleh orang keturunan Manado dan beragama Kristen. Bahkan, dari 12 tokoh yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, sebanyak 10 tokoh tidak lahir di Jakarta dan bukan merupakan keturunan asli Jakarta.

Hanya dua tokoh yang memang lahir dan besar di Jakarta, yaitu Surjadi Soedirja dan Fauzi Bowo. Sementara itu, gubernur legendaris DKI Jakarta, yaitu Ali Sadikin, berasal dari Sumedang dan tidak besar di Jakarta. Namun, sumbangsih dan programnya untuk Jakarta dapat dinikmati oleh warga Jakarta hingga saat ini.

Begitu pula dengan Soemarno yang lahir di Jember, meski tidak memiliki latar belakang asli Jakarta, ia mampu merealisasikan pembangunan Monas dan Patung Selamat Datang yang hingga kini menjadi ikon Ibu Kota.

Lalu, masihkah isu primordialisme ini menghancurkan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan Indonesia?

Bukankah seharusnya Bhinneka Tunggal Ika ini menjadi pengikat primordialisme agar bangsa Indonesia tidak tercerai-berai?

Hanya masyarakat yang dapat menilai dan menentukan sikap yang terbaik untuk bangsa ini.[Kompas]

8 COMMENTS

  1. Sangat setuju sekali…

    Penjelasan Mas Ahok sangat jelas dan berbobot… pas banget.

    Jelas gituloh, kan 4 Pilar, kemudian salah satunya Bhineka Tunggal Ika, Ini kan sudah harga mati. Jadi mestinya seluruh rakyat Indonesia tidak boleh dan tidak bisa mengutak atik lagi. Jadi isu-isu sara tidak boleh dipakai sebagai alasan memilih calon pemimpin Indonesia.

    Di Indonesia ada 5 agama resmi, kemudian semua yang lahir di Indonesia adalah orang Indonesia. Nah asalkan menganut salah satu agama dan orang Indonesia (WNI) maka yah berhak dong naik memimpin Indonesia, apalagi latar belakang/rekam jejaknya sudah jelas…

    Kalau tidak begitu, sampai kapan Indonesia bisa maju? semua dihitung berdasarkan agamu apa rasmu apa. 🙂

    Sangat tidak masuk akal dijaman modern seperti ini pemikiran-pemikiran mundur dan nggak bermutu seperti itu masih ada di bumi ini.

    Semoga deh kebanyakan masyarakat Indonesia tidak begitu dan bisa memilih dengan cerdas! Setuju teman-teman?

    • mantap bro…5 agama 1 bahasa..harga mati coy
      siapa potensial silakan maju …primitif hy memikirkan ras & agama…bkn rahasia lg jawa makan jawa betawi makan betawi….
      maju jokowi ahok GBU

  2. Yang jelas agamanya di indonesia dan rasnya asli Indonesia malah bikin sengsara rakyatnya – Indonesia, jadi manakah yg lebih baik, se-agama, se-ras, tapi korup, menindas rakyat bahkan merampas hak-hak rakyat kecil ???! atau walau tidak se-agama, tidak se-ras, namun yg asli Indonesia, WNI, dan yg sungguh2 pimpin rakyat Indonesia dgn hati dan kerja nyata…yg bijak pasti bisa pilih !

  3. Setuju P. Ahok. Tapi barusan tadi pengkotbah Jumat di mesjid dekat kantor saya mengajak u/ memilih calon yg seiman jgn yg kafir sambil mengutip ayat2 dan parahnya jg terang-terangan menyebut bahwa salah satu kandidat berasal dr Kristen Protestan. Salam

  4. 1. Bhineka Tunggal Ika harga mati untuk Bangsa ini, walau masih banyak oknum-oknum yang mencari keuntungan dari issue primordialisme…, Maju Terus Pak Ahok insyaallah Allah memberikan hidayah kepada bangsa ini untuk memilih pemimpin yang bersih dan ikhlas.

    2. #Brio : Pengkotbah “mengajak u/ memilih calon yg seiman jgn yg kafir” banyak orang yang merasa hebat dalam ilmu beragama tapi mereka hanya belajar agama secara dogmatis, menjalan sholat tapi tidak pernah tegakkan sholat…

  5. Indonesia memang belum sempurna…

    Tetapi saya percaya, bahwa masyarakat Indonesia (Jakarta) adalah masyarakat yang cerdas…jadi semakin lama akan semakin baik.

    Saya bersyukur karena di Indonesia, kesetaraan ras, gender, sudah semakin terasa. Dunia ini semakin sempit karena canggihnya tekhnologi, komunikasi…adanya internet, social media dll. Dunia tidak lagi terkotak-kotak… bisnis bisa dijalankan tanpa batas.. bahkan perjodohan.

    Jadi segala pemikiran yang masih mengkotak-kotak, sempit, dan primordialisme, sangat tidak sejalan dengan “trend” yang ada di dunia… dimana masyarakat semakin maju, semakin terdidik, dan semakin terbuka dengan keanekaragaman penduduk dunia.

    Coba yang masih berpikiran “rasmu apa keyakinanmu apa” TANYAKAN ini jika anda sakit dan harus ke dokter… apakah anda masih peduli ras dokter yang akan menolong anda apa?

    Apakah ketika anak anda sekolah, anda masih peduli guru favoritnya beragama apa?

    Ketika saya mengajar, saya tidak pernah pedulikan, murid saya siapa, agama apa, dan rasnya apa…. tidak boleh begitu kan?

    Nah kalau saya sebagai guru, anda tidak ingin saya memperlakukan anak didik saya berbeda-beda, kenapa masih berharap bahwa pemimpin Indonesia harus sesuku dan seagama?

    Apakah jika anda naik pesawat, pilot dan pramugarinya harus sesuku seagama? nggak masuk akal bukan?

    Bukankah berbeda-beda, beraneka warna itu sangat indah? Kalau tidak, apa alasan Tuhan menciptakan berbagai binatang dan tumbuhan? Bagaimana kita bisa menghargai berbagai bangsa yang datang berkunjung ke Indonesia?

    Kebangsaan dan Kenegaraan, Konstitusi, harus diletakkan diatas agama… saya sangat setuju. Walau pak Ahok Kristen, dia katakan saat berbagi pandangan di depan umat Kristiani bahwa konstitusi… adalah yang dia prioritaskan. Bukan agama. Kenapa? yah karena jika Ahok terpilih, maka dia akan menjadi milik rakyat Indonesia…

    Ketika seorang menjadi negarawan, maka seharusnya dia lepaskan baju agamanya… tetapi bertindak sebagai pemimpin dari bangsa negaranya… dan karena rakyatnya terdiri dari beraneka ragam budaya, agama, dan suku, maka dia HARUS meletakkan “konstitusi” sebagai yang diatas dibandingkan agamanya.

    Itu baru negarawan yang hebat dan adil. Bukan hanya milik orang sesuku seagama.

    Tapi biar bagaimana, saya bersyukur karena pesta demokrasi kali ini menampilkan warna baru… naiknya mas Jokowi dan Ahok menunjukkan bahwa orang baik tidak selalu “tertindas” di negara ini.

    Orang yang membela kepentingan rakyat pun bisa naik dan bertanding menuju kursi DKI1-2.

    Sudah bukan rahasia, bahwa pak Jokowi dan Ahok adalah dambaan masyarakat dan mereka ada di track yang benar.

    Jika Tuhan mengijinkan, saya sangat percaya bahwa mereka berdua akan memenangkan pilkada ini, tidak peduli berapa banyak orang yang ingin menjegal, atau berapa parahnya pun isu2 yang dihembuskan…

    Sekali lagi, berbeda itu INDAH…. saling menghormati, saling menghargai itu ELEGAN… mari melihat indonesia sebagai bagian dari dunia yang sangat majemuk. Kita semua adalah warga dunia, bukan lagi warga Indonesia atau bahkan warga Jakarta.

    Sudah seharusnya kita bersikap semakin profesional dan tidak membeda-bedakan orang lain…. Saya percaya Jokowi Ahok akan menjadi pemimpin DKI bahkan pemimpin Indonesia berikutnya!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here