Penempatan Unit Rusunawa Pinus Elok Akan Diundi

7
145

Ahok.Org – Rencana Pemprov DKI merelokasi warga bantaran Waduk Ria Rio ke Rusunawa Pinus Elok, Cakung, Jakarta Timur, baru akan dilakukan satu bulan ke depan mengingat kondisi rusunawa belum siap 100 persen. Namun, agar dalam penempatan tidak menimbulkan kecemburuan sosial, Pemprov DKI akan mengundi unit rusun sehingga hasilnya menjadi lebih adil.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengatakan, relokasi warga akan dilakukan secara bertahap. Namun agar tidak ada kecemburuan maka pemilihan hunian akan diundi, sama seperti yang dilakukan pada penempatan kios pedagang di Blok G, Pasar Tanah Abang. “Nanti diundi karena kalau tidak diundi nanti ada yang minta di bawah, di pojok, di atas,” kata Jokowi, Jumat (30/8).

Rencananya warga akan mulai direlokasi pada satu bulan ke depan, setelah semua fasilitas rusun terpenuhi. Warga akan mendapatkan berbagai kemudahan dan fasilitas, seperti televisi, kulkas, tempat tidur, lemari, dan kompor. Mereka juga akan dibebaskan dari biaya sewa selama enam bulan pertama. Berikutnya, warga akan dibebankan biaya sewa sekitar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per bulan.

“Itu rusunnya sudah ada TV, kompor, kulkas, tempat tidur, dan lemari, akan selesai untuk semua. Jangan sampai ada yang dapat dan tidak,” ujar orang nomor satu di ibu kota itu.

Dikatakan Jokowi, pihaknya hanya menyediakan tempat dan fasilitas, namun keputusan ada pada warga sendiri. Kerena lokasi yang saat ini ditempati oleh warga merupakan milik PT Pulomas. Sehingga warga harus pindah, karena lahan akan digunakan untuk menambah ruang terbuka hijau di Jakarta.

“Tanah di sekitar waduk itu memang status hukumnya milik PT Pulomas. Kalau sudah status hukumnya begitu saya tidak bisa apa-apa, sampai di pengadilan pun kalah warga. Makanya saya kasih solusi ini dan fasilitasnya. Tapi kalau warga mau, kalau tidak mau ya sudah saya cuma menyiapkan,” tegas Jokowi.

Namun dirinya optimis warga mau untuk direlokasi. Sebagaimana saat pihaknya merelokasi warga di Waduk Pluit, Jakarta Utara. “Dulu di Marunda pertama saya ajak tidak mau, lalu saya ajak kedua terus mau. Dulu yang ada hanya 1.300 hunian, terus yang minta 3.000 KK. Jadi aku yang dimarahin,” ucapnya.[Beritajakarta]

7 COMMENTS

  1. Diundi itu bagus
    Namun menurut saya perlu dipertimbangkan juga apabila penghuninya memiliki anak-anak kecil, lansia, naik tangga 5 lantai tentu berbahaya.
    Apa ada dispensasi memilih lokasi hunian untuk kondisi seperti contoh diatas ?

  2. kalau minta dispensasi, semua keluarga juga punya orang tua, punya anak kecil, bahkan ada anggota keluarga yg perlu pertolongan dlm bergerak (kursi roda).

    Jadi diundi sudah pas caranya! Ini resiko menempati rusunawa, kecuali apartemen, anda bisa milih!!!

    • Hampir di semua tempat umum sudah dibuatkan fasilitas untuk kemudahan penyandang cacat
      Bagaimana dengan di rumah susun…?

      Menurut saya usulan mb tamara cukup memiliki alasan.

    • Mungkin bisa saja yg punya orang tua (Lansia) atau anak kecil (Balita) diperbolehkan tinggal di lantai 1, tapi pengundiannya hanya soal unit mana yg akan ditempati

  3. Saya setuju sekali dengan solusinya, tapi tolong “the way of life” dari yang biasa hidup di bantaran pindah ke rusun diperhatikan.
    Antara lain kemungkinan WC akan mampet, penggunaan air yang berlebihan, listrik yang sembarangan. Sekali-sekali sebaiknya diberikan pengarahan dan pengawasan. Dan kemungkinan barang yang telah diberikan dijual.

  4. “Namun, agar dalam penempatan tidak menimbulkan kecemburuan sosial,”

    Oh sudah terjadi itu pak…!
    Lihat ini:
    http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/30/0729346/Warga.Waduk.Pluit.Cemburu.kepada.Warga.Ria.Rio

    Untungnya masih di taraf ‘kepingin disamakan’, belum sampai ke taraf ‘nuntut ngotot disamakan’.
    .
    “Bagus… Sudah bayar pajak (rumah) ke pemda DKI, bapak-ibu??? Oh, belum… lha koq nekad ngotot minta2 ini-itu???”
    .
    Sifat egois (gak mikirin kepentingan orang lain/bersama selain dirinya sendiri) ternyata juga melekat pada orang2 yg kurang berpendidikan dan miskin… bukan cuma monopoli orang2 yg lebih mapan yg mampu bayar pajak spt yg distereotipkan selama ini… kalau tidak egois, mindahin mereka akan cukup mudah tanpa rusuh dan huru-hara berarti… bahkan kata2 sang provokatorpun (yg punya kepentingan bisnis/politis) bakal diabaikan..
    .
    Tak bersyukur sudah dapat tempat enak bebas banjir, eh masih iri hati juga ke tetangga yg lebih ‘kaya’ spt tayangan sinetron2 picisan…
    Inilah potret sifat mentalitas bangsa saat ini (yg merasa miskin harta abadi, tak pernah puas dgn apa yg sudah dimiliki) yg tak pernah bersyukur masih diberi napas dgn lancar olehNya, lupa meditasikan diri barang bentar shg malah tambah rakus mengejar materi spt kapitalis (harap ngaca diri sendiri dulu sblm ngata2in Amerika sarangnya kapitalis) – memang nyata sekali terkuak di depan mata telanjang pemirsa, dan ini bukan cuma khayalan negri mimpi belaka…

    Pak Jokowi, jangan lupa dipajaki juga semua warga ‘gusuran’ ini ya? ga boleh ada diskriminasi pajak! semua warga yg tinggal di Jakarta harus ikut aturan pajak di pemda DKI!
    Kalau gak, nanti warga yg sudah rajin bayar pajak bakal ‘iri’ juga lho… masih untung gak ‘ngamuk2’ kek mereka nuntat-nuntut ini-itu tanpa bayar pajak (bayar ke preman gak termasuk bayar pajak – itu namanya ente dipalak, bukan dipajak!).

    • Atau gini aja pak Jokowi, pake model bisnis MGM (member-get-member) aja.

      Untuk 1 KK yg berhasil mengajak 10 orang KK pindah ke rusunawa/lokasi pemindahan yg ditentukan, maka hadiah TV LCD akan diberikan.
      .
      Untuk 1 KK yg berhasil mengajak 30 orang KK pindah ke rusunawa/lokasi pemindahan yg ditentukan, maka hadiah TV LCD plus kulkas 1 pintu akan diberikan.
      .
      Untuk 1 KK yg berhasil mengajak 50 orang KK pindah ke rusunawa/lokasi pemindahan yg ditentukan, maka hadiah TV LCD + kulkas 1 pintu + (kompor gas 2-burner + tabung LPG 12 kg) akan diberikan.

      Intinya spt itu, model hadiah bertingkat nilainya – utk komposisi finalnya silahkan atur sendiri.

      Kenapa hadiah set kompor gas 2-burner dan tabung LPG 12 kg?
      Karena selain mereka sudah hidup cukup modern (TV LCD + Kulkas), mereka juga sudah jadi penghuni rusun/apartemen modern – selain tidak perlu ganti tabung sering2 (apalagi jika tinggal di lantai teratas), mereka sudah dianggap lebih mampu daripada yg masih tinggal/jualan di jalanan, apalagi yg masih dikejar2 petugas razia (si ibu ‘egois’ itu tak berterima kasih sudah tak perlu pusing2 mikirin ini lagi) – sekaligus mengurangi subsidi pemerintah ke gas 3 kg yg rentan spekulasi/permainan/penipuan dan mengalihkannnya ke hal yg lebih penting spt pembangunan infrastruktur jalan, listrik/gas, pengairan (air bersih) di wilayah2 pelosok terpencil di Indonesia yg sampai hari ini masih belum dibangun2 juga (shg beberapa warga kita malah memilih negara lain sbg ‘negara’-nya yg lebih maju dan baik infrastruktur2 dasarnya).
      Janganlah kita egois spt orang2 pindahan ini, pulau Jawa sudah ‘kaya’, yg dibutuhkan hanya pembenahan yg sudah ada agar lebih baik – coba tengoklah keluar baik2, banyak pulau2 lain di luar Jawa masih belum tumbuh dgn baik atau bahkan masih tertinggal (hampir gak beda saat ini dgn 70an tahun lalu, palingan beberapa warga di desa2 sudah berpakaian lebih modern dgn memakai kaos ‘promo/iklan’ dan celana pendek ‘hadiah promo’ serta perangkat masak/makan dasar yg ‘hadiah promo’ juga, lebih dari itu ‘so-so’ alias masih kuno/terbelakang termasuk pendidikannya).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here