PKL Merasa Dirangkul Pemprov DKI

5
82

Ahok.Org – Niat para pedagang kaki lima untuk berdagang dengan tenang dan lebih terjamin mulai terbuka. Khusus di Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI mulai berbaik hati untuk merajut kerja sama denga para pedagang yang sebelumnya selalu menjadi korban penertiban.

Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Hoiza Siregar mengatakan, Pemprov DKI tengah merancang terobosan baru guna menata PKL di seluruh wilayah Jakarta. Bukan hanya PD Pasar Jaya yang akan menjadi target lokasi relokasi, melainkan juga sampai menyentuh mal, sekolah, dan gedung-gedung perkantoran.

“Baru kali ini Pemprov DKI mau merajut kerja sama dengan PKL. Ini terobosan karena PKL akan mendapatkan lokasi berjualan yang tetap,” kata Hoiza saat ditemui di Balaikota Jakarta, Senin (5/11/2012).

Ia mengungkapkan, dalam rapat yang digelar bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama beberapa saat sebelumnya, Pemprov DKI mengaku akan merelokasi 300.000 PKL ke tempat berdagang yang lebih layak, tertib, dan tidak mengganggu fasilitas umum. Akan tetapi, semuanya masih dalam kajian dan akan dilakukan secara bertahap.

Mengenai aturan mainnya, para pedagang tak akan dikenai biaya sewa dan digratiskan selama jangka waktu tertentu. Setelah itu, angsuran atau biaya sewa baru diwajibkan apabila telah memasuki waktu yang sebelumnya telah disepakati bersama.

“Kita dijamin gratis oleh pemprov selama beberapa bulan, setelah itu baru dikenai biaya angsurannya,” ucap Hoiza.[Kompas]

5 COMMENTS

  1. PKL DIRANGKUL PEMDA DKI JAKARTA
    Sangat setuju, biar mereka berdagang dengan tenang dan sekaligus tidak menyebabkan kekumuhan dan mengganggu ketertiban dengan berjualan disisi badan jalan. Tempat relokasi harus layak untuk jualan,mudah dan nyaman dijangkau pembeli.PKL diminta bertanggungjawab atas ketertiban dan kebersihan lingkungannya. Masing-masing lapak harus ada keranjang tempat sampah. Dan ada area sekitarnya yang jadi tanggungjawab kebersihan dengan tanda garis yang jelas. Dimanapun siapapun harus bertindak bersih dan tertib. Kenakan denda yang tegas.PKL yang masih ada dipinggir jalan setelah ada relokasi harus terkena sangsi demikian juga pembelinya. Pemda harus manusiawi namun jelas dan tegas, aturan dipasang supaya dimengerti semua fihak.
    Usul: Pemda harus juga mengamankan area-area kosong dipinggir jalan atau selokan, misalnya sepanjang pinggir jalan KRL menuju Lenteng Agung dari arah Tanjung Barat, Pasar Minggu.Jangan sampai terlanjur diokupasi orang yang tidak berhak. Agar ditulis: “dilarang memanfaatkan lahan”. Kalau ada yang mulai memanfaatkannya harus segera diminta membongkar sendiri bangunannya dalam waktu tertentu. Juga jembatan2 pribadi diatas sungai atau selokan harus ditertibkan sebab sering menjadi perluasan lahan ybs dan aliran air bisa tertahan. Tindakan mencegah atau tindakan sedini mungkin jauh lebih baik daripada menertibkan. Masing2 Kelurahan dan Kecamatan harus bisa mengidentifikasi area2 spt demikian yang harus diamankan.
    Semoga bermanfaat bagi Jakarta Baru.

  2. Ada yang namanya The Broken Window theory.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Fixing_Broken_Windows

    Consider a building with a few broken windows. If the windows are not repaired, the tendency is for vandals to break a few more windows. Eventually, they may even break into the building, and if it’s unoccupied, perhaps become squatters or light fires inside. Or consider a sidewalk. Some litter accumulates. Soon, more litter accumulates. Eventually, people even start leaving bags of trash from take-out restaurants there or even break into cars.

    JAdi jika ada tempat yang sudah mulai rusak/ditempati homeless/vandal, pemda DKI harus cepat-cepat memperbaiki tempat itu agar mencegak tempat itu di rusak/ditempati lebih lanjut lagi.

    logikanya begitu……

    • baru tahu nih pengurus Wikipedia curhatnya ditulis disitu toh 😀 – persis spt yg dialami situs tsb yg sering dijahili vandals. ga ada yg patroli, vandalisme jadi tambah banyak. wkwkwk..

      OK, skrng ciyus nih…
      teori ini didasarkan pada kecenderungan kebanyakan orang yg lebih senang merusak krn lebih mudah dikerjakan drpd membangun (tidak semua, krn ada yg tidak suka merusak/anti-vandalism dan lebih suka repairing/building meski lebih berat dibanding merusak).
      Contoh paling mudah, membangun sebuah gedung sampai punya atap yg layak butuh 1 bulan minimal dan jumlah duwit yg besar (belum termasuk lama waktu utk urus ijin IMB dan duwit pelicin utk ijin2 lainnya yg perlu lewatin banyak meja; lalu ongkos jasa kontraktor/arsitek, jasa tukang, dst), tapi utk meratakannya dgn tanah kembali hanya butuh 1 hari maksimal dgn dinamite-grids (coreographed mini explosions) atau cara konvensional dgn pakai buldozer dan traktor bola-gada (itu lho yg pake pendulum bola besi besar buwat ancurin dinding bangunan) dan duwit yg dikeluarkan tidak lebih besar daripada waktu membangunnya (cuma buwat ongkos jasa vandal/ancurin dan ga ada duwit keluar buwat ijin ancurin bangunan de-el-el selain ijin ‘keamanan’ lingkungan dari RT/RW/Kelurahan setempat – pokoke jauh lebih murah drpd ongkos membangun).

      Intisarinya (di negri utopia yg tanpa konsekuensi atas aksi apapun): “Merusak/menghancurkan/menyampah jauh lebih mudah dan murah daripada membangun/membuat/merawat.” (“Destroying/trashing is far much easier and cheaper than building/creating/maintaining”).
      Ataw kalo pake gaya/istilah komentator bola:
      “komentar/kritik lebih mudah drpd menjalani langsung/membereskan masalah – emmmbbeerrr itu, makanya saya lebih suka jadi komentator ajah :)”.
      Vandalis juga liat2 situasi dolo lah, mana brani klo masih ada orang tinggal/jaga disitu, kec. ga waras brani nantaning preman yg lagi jaga disitu cuma buwat nge-vandal jendela rusak ato trashing.
      logika vandalisnya masih kurang parameternya masbrow.. namanya “situasi yg mendukung” (window of opportunity/chance to do so).
      Kalo ada yg jaga disitu, entah watchdog atawa preman, vandalis bakal pikir2 dulu.
      Kudu sering patroli liatin daerah yg dianggap ‘bakal kumuh’ dan tegas menindak yg melanggar aturan spt layaknya preman/polisi/anjing yg lagi jagain rumah/gedung.

      Kalo saya liat ada jendela/pintu yg rusak, maka saya cenderung ingin mereparasinya sblm tambah rusak kemana2 (jiwa builder/fixer). tapi orang2 spt saya jumlahnya memang lebih sedikit drpd yg lebih senang merusak/menyampah (jiwa destroyer/trasher), ya krn kecenderungan utk berbuat hal2 negatif yg lebih mudah dilakukan itu tadi (aka. “jadi penjahat lebih mudah drpd jadi polisi”) apalagi jika situasi mendukung utk berbuat kejahatan di negri tanpa hukum yg jelas.
      Sbg contoh berdasar kisah nyata:
      ketika sebuah rumah dikira tidak ada yg jaga (ga ada penghuninya) maka ada aja yg coba2 bikin gaduh entah menggedor2 pintu utk bikin bunyi2an musik ato ngetest ajah ato menciptakan bentuk kegaduhan laennya biar dikira lebih eksis disitu klo lebih narsis gayanya dgn kegaduhan yg diciptakan (polusi suara gaduh/bising entah grang-greng mesin motor ataw menyalakan musik keras2 dari ponselnya/motornya/mobilnya ataw dijadiin tempat ‘ngumbar’ [ngumpul-bareng] makin rame/gaduh makin asyik buwat mereka). menyampah di depan pintu/atap rumah, mencorat-coret dinding, dst.
      Tapi ketika anda keluar dan menyalak kpd para pengganggu lingkungan, entah dgn menegur langsung/via orang laen, dgn keras atow baek2 gaya bicaranya, dgn gaya rambo/terminator tanpa banyak bacod tapi muka dipermak abis biyar terlihat amat sangar dan bengis sambil gayanya spt robocop/polisi koboy lagi mencari2 sang pembuat onar (body kudu seterek mirip body-builder bergaya robocop ato pake gaya mafia klo ga mampu), dgn menyebar gosip ke sekitar bahwa anda pernah bekerja utk polisi/BIN/Densus-88 sbg asisten/informan (jangan lupa pake jaket FBI/POLISI klo kemane2 gan :D), jangan pernah pajang anjing galak klo dia ga pernah gigit orang (krn bakal jadi obyek olok2 si pengganggu saja, alias ikutan menggonggong kayak anjing yg sedang diolok2) ato ga pernah kelaperan berat (terlalu cukup gizi shg ogah gigit apapun yg berdaging dan bau darah) – anjing liar/buwas/rabiesan yg kelaperan berat dan tidak diikat alias bebas lari kemana2 sangat bagus buwat jagain rumah krn mereka ugah NATO dan jauh lebih jantan daripada jenis anjing tas (kecil, portable, dan super NATO) bisa terlihat jelas dari jumlah dan dalamnya gigitan taring yg penuh virus kuman rabies/anthrax/AIDS/H5N1/Ebola/dst yg dibenamkan kedalam daging si pengganggu, dst – silakan karang sendiri gaya anda yg terbaik – maka biasanya esoknya ga ada yg brani mengganggu rumah anda lagi, jangankan menyentuh pintu/jendela rumah anda, yg lewat aja cuma brani bisik2 perlahan – tapi orang2 luwar yg ga tau ada ‘penghuni asli’ yg sedang bermukim dgn tenangnya tanpa pernah mengganggu tetangga disitu sih tetep aja pada ngocol, jadi kudu tetep patroli sekitar biar tetep eksis di lingkungan, ini bukan mo narsis lho, cuma mo ‘iklan’ aja bagi yg blon tau ada penjaga/penghuninya disitu. Dan polisi kudu sering patroli buwat bantuin jaga lingkungan sekitar.

    • Oh iye, judulnye di Wikipedia ntu lebih cucok (menurut ane):
      “The Common Mass-Majority Thrashing Effect Theory”
      (“Cuma butuh satu orang geblek aja nyampah sembarangan, yg laen pasti pada ngikutin ga perlu pake pikir panjang lagi, trus perilaku si sapi geblek kedua yg nyontoh sapi geblek pertama bakal diikutin lagi ama yg ketiga, dst… dan ini dlm deret pangkat itungannya macem level duwit MLM aje, bukan deret aritmatik lagi yg dipake bos! alias ga brenti cuma satu garis pengikut aje 1-2-3-dst, Nyang inisiator pertama itu aja perilakunye bisa diikuti ribuan sapi geblek yg ngeliat+ngikutin perilaku geblek si sapi geblek pertama, bukan cuma satu sapi geblek doang bos! – Silakan ente semua bayangkan sendiri multiplier effectnya. Ga heran sampah mudah numpuk dimanapun itu dlm satu hari aja. Pengikut setianya zuper bejibun sih!”)

      Scr orang lebih mudah buang sampah sembarangan ga perlu pake liat2 dolo ada yg bakal negor/nilang ato ngga dan ga perlu pikir panjang, asal liat ada yg buwang sampah disitu ya nyang laen bakal ngikutin (alesannye: die aje buwang disitu kenape aye ngga bole?), ga perlu mikir udah bener/ngga buwang disitu (ya udah dlm waktu singkat sampah langsung menggunung dlm waktu singkat, bahkan kurang dari seperseratus sekon – “Waaaw!” trus langsung koprol ane biyar lebih menjiwai) daripada coba2 merusak jendela orang yg tdk diketahui ada penghuninya ato tidak (kebanyakan malah mikir2 dolo lumayan lama sblm eksekusi).

      Contoh gampang kan yg suka buwang sampah ke kali/got. Kalo bahan bio-organik cepat busuk (cth: telor busuk, susu basi, dst) sih masih gapape, masih bisa busuk trus terurai cepat di alam, tapi kalo bahan non-organik (cth: bahan plastik dan turunannya termasuk styrofoam, logam, kaca/gelas, bekas potongan2 material bangunan [bata/semen/asbes/kawat], dst), dan bahan ‘lama busuk’ (long-time degradables) yg bisa menghambat saluran air (cth: potongan2 kayu, daun pisang, kertas/kardus, dst), apalagi yg beracun/toxic (cth: oli/minyak, bahan kimia berbahaya) bakal lama (banget) terurai di alam – nah ini yg sering bikin repot pemda DKI buwat menjaga kebersihan saluran2 aer di seluruh DKI bukan? menurut laporan hampir tiap hari ada berton2 sampah kayak jenis yg terakhir ini yg kudu diangkat dan dibuang ke TPA.

      Jadi penyakit yg lebih umum di warga kita khususnya ya suka buwang sampah sembarangan krn ga ada denda berat buwat itu. Kalo ngerusakin jendela orang mah ane jarang denger, krn masih pada pikir panjang takut digebukin preman2 jaga yg tau2 nongol kayak tukang parkir liyar (TPL) aje tinggal mintain duwit padahal ga jagain apa2 – ape ga enak ntuh? pantesan makin banyak aje nyang kayak gini di DKI.

  3. untuk PKL.. diminta jujur nanti setor pajaknya harus bener juga… biar pajaknya juga bisa buat yang lain…Seperti Pemerintahan disolo PAD pasar naik berlipat2
    dah ga ada setoran ke SatPol PP lagi dehhh, ada yg sakit hati tuhh

    salam Jakarta Baru

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here