Ridwan Saidi: Kita Tidak Bisa Memilih Terlahir Dari Suku Apa

3
100

Ahok.Org – Ridwan Saidi, Sejarawan, sekaligus budayawan Betawi yang dikenal vokal dalam menyuarakan pendapatnya, pada putaran pertama lalu adalah salah satu pendukng pasanan Alex Nurdin-Nono Sampono.

Pada putaran kedua ini, Ridwan Saidi beralih mendukung Jokowi-Basuki. Kepada Jakarta Baru, Bang Ridwan menjelaskan alasan dukungan tersebut, sekaligus membahas isu SARA yang akhir-akhir ini marak.

Partainya Alex sekarang dukung Foke, kok Abang dukung Jokowi?

Alasannya, saya kan pribadi bukan partai. Saya dan pada umumnya orang yang memilih Alex, Hendrarji, Hidayat, Faisal maupun Jokowi adalah orang yang tidak mau memilih Fauzi Bowo, yang akhirnya mencari alternatif penggantinya, yang pas menurut masing-masing.

Pada putaran pertama, menurut saya 66 persen pemilih yang memilih lima pasangan penantang, itu mereka tidak menginginkan Fauzi Bowo lagi.

Bagaimana dengan partai yang jusru mendukung Fauzi Bowo?

Partai ngga ngaruh, makanya saya bingung ngapain pada rame-rame ngejar dukungan partai. Suara Alex-Nono itu menjadi kecil, karena partai ngga bekerja.

Saat ditanya media kenapa tiba-tiba mengalihkan dukungan, Anda mengatakan tidak tiba-tiba? Anda bagaimana sih menilai karakter dan figur Jokowi?

Ya ngga tiba-tiba dong, kan ada prosesnya, Saya juga sudah kenal dan ngobrol dengan Jokowi dari putaran satu. Soal karakter figur, sekarang ini orang tidak merasa membutuhkan seorang profesor, doktor atau orang-orang yang pandai akademis saja.

Orang saat ini butuh pemimpin yang praktis dalam mengatasi masalah. Kecenderungan orang sekarang begitu, cari orang yang sederhana saja. Cara berpikirnya juga sederhana namun rasional, tidak yang kalau dalam memuat kebijakan menurut logika dia bagus yang bagus dan langsung dilaksanakan. Kalau ngga yang ngga, apapun nggak.

Nah Jokowi, saya lihat tipenya seperti itu. Kalau menurut dia ok, ya lakukan jalan dan kontrol. Orangnya juga tida keminter, mau bertanya pada masyarakat untuk cari solusi.

Mengenai isu SARA yang ramai beberapa minggu lalu, dan sering menyudutkan Jokowi dan terutama Ahok, bagaimana pendapat Anda?

Kita tidak memilih, terlahir sebagai abak dari suku apa, Ahok tidak bisa disalahkan terlahir sebagai warga negara keturunan Tionghoa, bahkan agamapun, sebagian besar hampir semua kita kan sudah dipilihkan oleh orang tua dan lingkungan, jarang yang benar-benar karena piliham sendiri. Jadi hal itu ngapain dipersoalkan, tapi mungkin karena ngga ada lagi hal lain yang bisa jadi bahan.

Hati-hati memainkan isu SARA, nanti bakal rusak sendiri, sudah ada beberapa kasus yang membuktikan isu itu tidak efektif digunakan, malah justru berbalik susah sendiri. Orang tidak suka diatur hak privilage mereka, apalagi dengan cara menghakimi Tuhan.

Sebenarnya orang Betawi sendiri, masih berpendapat harus dipimpin oleh Betawi juga ngga sih?

Ngga, lihat saja data Exit Poll, yang dikeluarin lembaga survei, ternyata hanya 48 persen orang Betawi yang milih Fauzi, sisanya pilih yang lain.

Selain itu saya juga ngga ngerti, ada sloga Jakarta Maju Terus. Itu maju terus kemana?

Masalah Seni dan Budaya Betawi sendiri, dimana masalahnya?

Masalah orang Betawi adalah, tertahannya Raperda Pelestarian Budaya Betawi, Sudah diajkan, sudah dibahas, tinggal Fauzi Bowo bawa ke DPRD lalu dibahas disana, Fauzi ngga bawa-bawa, lalu soal batik Betawi, itu juga lima tahun ngga putus-putus, jadi menurut saya, ya sudahlah cari yang lain saja, yang bisa berpikir sederhana namun rasional dan ada tindakan.

Saya juga kecewa pada kurangnya kontrol pada aparaturnya, masa sampai lolos di buku PLBJ, soal istri simpanan Maman. Jajaran dia itu rusak berat, sudah lama saya mengeluh itu.

Fauzi Bowo juga saya nilai gagal dalam menggerakkan dinamika kehidupan seni dan budaya tradisional di Jakarta. Saya punya pemikiran, kenapa tidak di kantor-kantor walikota yang besar dan berhalaman luas itu, tiap malam Minggu dibuat pentas budaya.

Diluar soal seni dan budaya saya lihaty Jakarta juga kurang ruang terbuka hijau, harusnya 30 opersen, sekarang baru berapa persen itu? Jakarta juga perlu inventarisasi kekayaan daerah, kita punya apa saja, dimana saja? Masa setiap saya tanya dijawab “sedang dibuat Pak”.

Dan terakhir, pedagang kaki lima digebah melulu, kita bukan tidak setuju penertiban tapi caranya dan solusinya harus ada. Ya dari leadership-nya juga sih. Leadership seperti Jokowi itu dibutuhkan, tanya dulu pedagang maunya apa. Kita butuh pemimpin macam Jokowi.[Koran Jakarta Baru]

3 COMMENTS

  1. ridwan saidi: ridwan saidi: Diluar soal seni dan budaya saya lihaty Jakarta juga kurang ruang terbuka hijau, harusnya 30 opersen, sekarang baru berapa persen itu? Jakarta juga perlu inventarisasi kekayaan daerah, kita punya apa saja, dimana saja? Masa setiap saya tanya dijawab “sedang dibuat Pak”.

    sdang dibuat petugas tiap deket lebaran pak 😀 ps lebaran istirahat + “bagi2 THR”habis itu ditinggal setengah jalan bikin tambah parah

  2. Kita tidak memilih, terlahir sebagai anak dari suku apa, Ahok tidak bisa disalahkan terlahir sebagai warga negara keturunan Tionghoa, bahkan agamapun, sebagian besar hampir semua kita kan sudah dipilihkan oleh orang tua dan lingkungan, jarang yang benar-benar karena piliham sendiri. Jadi hal itu ngapain dipersoalkan, tapi mungkin karena ngga ada lagi hal lain yang bisa jadi bahan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here