Pak Ahok dan Mimpinya Merubah Indonesia

2
92

Ahok.Org (02/01) – Sekian minggu yang lalu, salah satu teman saya memberikan link di Youtube tentang Ir. Basuki Tjahaja Purnama yang lebih kerap disapa Ahok. Barangkali bagi anda yang sering mengikuti ranah politik di tanah air ini, pernah mendengar nama Pak Ahok. Pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, 1966 ini adalah bupati Tionghoa pertama di Indonesia. Yup, prestasi yang menjadi luar biasa karena Pak Ahok ini seorang minoritas (Tionghoa-Kristen) yang berhasil dipilih mayoritas (Melayu-Muslim) untuk menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur untuk periode 2005-2010.

Mengagumkan, tapi saya yakin kerikil dan batu karang yang dihadapinya untuk mencapai posisi tersebut pun tidaklah sedikit. Akan tetapi, terpilihnya Pak Ahok ini merupakan suatu prestasi tersendiri dunia politik NKRI, barangkali bolehlah dibilang sebagai pencapaian utuh sebuah demokrasi walaupun masih dalam tahap kecil.

Saya tidak tahu menahu soal Pak Ahok dan prestasinya itu, sampai ketika teman saya ini mengirimkan link Youtube tersebut (http://www.youtube.com/watch?v=cH7BHRJMoCo&playnext_from=TL&videos=-ME8Wco6eIM), dan saya terus menonton sampai selesai (part 7) video ini, kemudian mencari tambahan informasi tentang beliau di internet. Ternyata, lika-liku menjadi seorang abdi rakyat itu penuh intrik ‘permainan’, tidak semata hanya kepribadian, otak, dan hati, tapi uang juga pegang kendali. Yah, saya tidak heran juga kenapa banyak yang terjaring korupsi selepas duduk di posisinya, soalnya sudah habis banyak modal selama kampanye sih… Susah yah, berpolitik di Indonesia tercinta ini…

Pak Ahok ini dikenal vokal menyuarakan kepentingan rakyat, tahu bagaimana menempatkan posisinya ketika berkomunikasi dengan rakyat sehingga mampu bergaul luwes dengan semua kelompok masyarakat, dan toleransinya tinggi. Adapun program yang menjadi prioritasnya ketika menjadi bupati adalah membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin.

Sebelum menjadi bupati, Pak Ahok terlebih dahulu mengabdi sebagai anggota legislatif periode 2004-2009. Dan kiprah terjunnya ke dunia politik sebenarnya sedikit banyak mendapat pengaruh dari ayahnya yang berharap anaknya itu dapat membawa perbaikan bagi orang banyak.

Pada tahun 2007, Pak Ahok mencalonkan diri untuk menjadi gubernur, tapi ia kalah suara. Patut disayangkan, karena faktor kekalahan juga dikarenakan ada pihak-pihak tertentu yang memang tidak senang dengan Pak Ahok melakukan ‘kampanye’ berbau rasis dan hasilnya ada beberapa pihak yang bahkan ngotot akan melakukan jihad apabila Pak Ahok terpilih.

Akan tetapi, Pak Ahok bukan tipe orang pesimistis. Pemimpin ada untuk melayani, bukan dilayani. Dan seperti halnya Pak Ahok sendiri, orang-orang lain pun yang mendukungnya – terlepas dari berbagai latar belakang – juga meyakini bahwa pada waktu yang tepat, Pak Ahok pasti dapat berkiprah lagi menjadi abdi rakyat.

Setidaknya masyarakat Kabupaten Belitung Timur sudah turut menyempurnakan sebuah proses dari sebagian besar proses demokrasi utuh dengan memberikan kesempatan bagi Pak Ahok untuk melayani mereka, terlepas dari berbagai perbedaan yang ada. Saya salut bukan hanya dengan Pak Ahok, tapi salut saya jauh lebih besar kepada masyarakat Kabupaten Belitung Timur yang begitu open-minded.

Sementara itu di berbagai wilayah lain di Indonesia, isu latar belakang kerap kali menjadi permasalahan dan pertentangan. Isu yang selalu dibawa oleh pihak berpikiran sempit dan segera menjadi panas karena masyarakat kecil mudah dipanasi. Sayang sekali, ranah politik kita haruslah seperti ini kondisinya.

Sebuah quote menarik dari Pak Ahok: (diambil dari http://www.majalahouch.com/Inspiring-Profile/Basuki-Tjahaja-Purnama-Mimpi-ngerubah-Indonesia_108)
“Mimpi saya adalah agar semua orang bisa menjadi Presiden. Maksud saya dari semua adalah, tidak ada kriteria-kriteria tertentu. Seperti harus orang Jawa atau yang beragama tertentu. Sebenarnya Indonesia mempunyai bibit yang lebih maju daripada Amerika karena saya pernah dipilih menjadi Bupati di Bangka, di kota dimana 93% dari penduduknya adalah Muslim. Jika suatu saat Indonesia bisa mempunyai Presiden yang bukan Muslim dan berasal dari suku lain selain Jawa, maka dunia bukannya harus belajar demokrasi dari Amerika, melainkan mereka seharusnya belajar dari Indonesia.”

Kapankah Indonesia mampu mengaplikasikan Bhineka Tunggal Ika yang sesungguhnya?

Semoga link video youtube yang terdapat di artikel ini ada manfaatnya bagi kita semua, dan tetaplah cinta tanah air.

Sumber: Kompasiana

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here