Ahok: Saya Bersyukur Banget Dikasih Hati yang Temperamental

4
55

Ahok – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merasa bersyukur karena memiliki sifat yang temperamental dan spontan. Hal ini menyelamatkannya ketika kini difitnah oleh Ketua Balegda DPRD DKI Mohamad Taufik yang menyebut Ahok (sapaan Basuki) menyetujui penghapusan tambahan kontribusi.

“Saya bersyukur banget dikasih hati yang temperamental juga emosi,” ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (6/9/2016).

Ahok mengatakan, dengan sifatnya yang temperamental, dia langsung emosi dan menuliskan kata “gila bila seperti ini bisa tindak korupsi” pada draft disposisi. Akhirnya, kini disposisi tersebut menjadi alat bukti ketidaksetujuannya atas penghapusan tambahan kontribusi.

Hal ini akan membantah ucapan Taufik yang menyebut dia setuju dengan penghapusan tambahan kontribusi.

“Kalau saya setuju, mungkin enggak saya secara refleks menulis gila?” ujar Ahok.

Saat menjadi saksi dalam sidang terdakwa mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja, Taufik mengatakan, Ahok sudah setuju untuk menghapus tambahan kontribusi sebesar 15 persen.

Persetujuan ini, menurut Taufik, disampaikan Ahok usai melihat tabel simulasi. Dalam tabel itu, pengembang harus mengeluarkan Rp 48 miliar untuk Pemprov DKI jika tambahan kontribusi yang digunakan sebesar 15 persen. Kata Taufik, Ahok menilai itu sama saja Pempro DKI merampok pengembang.

Namun, hal itu dibantah Ahok dalam persidangan Senin kemarin. Ahok mengatakan, dia tidak pernah disodorkan tabel simulasi. Dia juga tidak pernah mengucapkan soal “merampok pengembang”.

Dia menilai Taufik telah memfitnahnya dan menggunakan fitnah itu membohongi anak buahnya. Semuanya, kata Ahok, demi menghapus tambahan kontribusi dalam perda reklamasi. [Kompas.com]

4 COMMENTS

  1. Halo OmSak coba lihat diksi dari kalimat yang ditulis Gub sekarang versi Kompas ini.
    Yang ditulis Gub adalah Gila KALAU seperti ini bisa tindak pidana! Dan bukan seperti diatas: Gila BILA seperti ini bisa tindak pidana!
    Ini diksi yang berbeda! Kompas juga Tempo tidak pernah menulis akurat, Bahasa Indonesia amburandul dan Bahasa Inggris entah kemana. Inilah Indonesia, mengutip saja tidak bisa, mau bertarung di level internasional???

  2. Mendengarkan kesaksian di Tipikor kemarin 2 jam lebih (sampai mabok) saya terheran-heran dengan sosok SEKDA, bukankah ini yang pernah dikatakan top oleh Gub sendiri, dan orang andalan Gub, mengapa menjadi seperti ini ekornya? Kalau Sylviana itu sih tidak heran, beda bagai bumi dan langit dengan Bu Tuty (BAPPEDA)! Disandingkan dengan MienUno memang paling tepat, tetapi ini bukan civil servant!! Sejak tema kota tua dimana Bu Vero dan adik PakGub digiring untuk dimanfaatkan si Murni ini, tidak ada yang percaya lagi, lalu cctvnya hilang. Rendahnya perempuan satu ini, penuh kemunafikan!! Melihat si Murni ini selalu ingat akan Wiryatmoko ini juga koruptor terbesar jaman Foke.

  3. Penghentian dana untuk BAMUS harap segera dilaksanakan Gub jangan tunda-tunda, agar mereka ini mengetahui tidak ada dana untuk mereka-mereka dalam bentuk apapun yang mau menumbangkan rumah Pancasila dan UUD45 yang fondasinya telah diletakkan oleh pendahulu NKRI ini. Kurang ajar betul organisasi Betawi ini apa dikiranya Jakarta itu milik mereka, rasis juga Sekda ini diluar dugaaan, ini ketua NU, bagaimana Mas Nusron Wahid?

    • Tindakan BAMUS ini dan Sekda yang merestuinya bisa diterima sebagai MAKAR kepada NKRI dan tindakan ini sudah bisa dipolisikan, mengapa tidak ada yang bertindak untuk melaporkannya? Dan Sekda bukan tidak tahu, pada event ini Wagub hadir!! Komjen Tito dimana Anda?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here