Mengenal Sosok Ahok Si Calon Petahana

6
106

Ahok – Tiga bakal calon gubernur yang akan bersaing pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta. Salah satunya adalah bakal calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Meski berstatus petahana, ini merupakan pertama kalinya ia maju sebagai calon gubernur DKI. Pada Pilkada sebelumnya, Ahok masih berstatus sebagai calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo.

Saat itu, pasangan Jokowi-Ahok menjadi pemenang mengalahkan petahana, Fauzi Bowo. Sebelum menjabat Gubernur DKI, Ahok sudah pernah beberapa kali menduduki jabatan politik.

Karier politiknya dimulai pada 2004 saat ia mencalonkan diri sebagai calon legislatif untuk menjadi anggota DPRD di kampung halamannya, Kabupaten Belitung Timur. Melalui Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Ahok berhasil terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur.

Setahun menjabat, pada 2005, ia memutuskan maju pada Pilkada Belitung Timur sebagai calon bupati. Diusung oleh Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Ahok berhasil terpilih mejadi Bupati Belitung Timur.

Namun, baru belasan bulan menjabat, pada 2016, Ahok mengundurkan diri dari jabatannya. Saat itu ia memutuskan ingin maju pada Pilkada Bangka Belitung 2007. Pada Pilkada Bangka Belitung 2007, Ahok dikalahkan oleh pesaingnya, Eko Maulana Ali.

Ahok sempat menggugat hasil Pilkada Babel ke Mahkamah Agung. Dalam permohonannya, MA menolak permohonan keberatan Ahok dan pasangannya, Eko Tjahjono.

Dua tahun berlalu, Ahok mencalonkan diri maju sebagai calon legislatif untuk menjadi anggota DPR RI pada Pemilu 2009. Melalui Partai Golkar, ia berhasil menjadi anggota DPR RI.

Ahok kemudian menjadi anggota Komisi II DPR RI. Tiga tahun berselang, Ahok memutuskan maju menjadi calon gubernur pada Pilkada DKI 2012 melalui jalur independen.

Namun, jumlah data KTP yang dikumpulkannya tak memenuhi syarat. Dalam perkembangannya, Ahok akhirnya diajukan Partai Gerindra untuk mendampingi calon gubernur yang diajukan PDI-P, yang juga Wali Kota Solo, Joko Widodo.

Keduanya pun maju pada Pilkada DKI 2012 dan memenangkan pemilihan dalam dua putaran. Setelah menang pada Pilkada DKI 2012, Ahok mundur sebagai anggota DPR RI dan keluar dari keanggotaan Partai Golkar, untuk kemudian bergabung dengan Gerindra.

Ahok menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta selama sekitar dua tahun. Pada November 2014, ia naik jabatan menyusul terpilihnya Jokowi menjadi Presiden.

Tak lama sebelum dilantik menjadi gubernur, Ahok menyatakan keluar dari Partai Gerindra karena merasa tak sepaham dengan partai tersebut terkait proses pemilihan kepala daerah.

Selama menjabat Gubernur DKI, Ahok tak bergabung dengan partai manapun. Dalam persiapan menghadapi Pilkada DKI 2017, Ahok sempat menyatakan ingin maju melalui jalur independen. Melalui bantuan kelompok relawannya, “Teman Ahok”, ia sudah memiliki modal 1 juta data KTP.

Namun dalam perkembangannya, Ahok akhirnya membatalkan niatnya maju melalui jalur independen menyusul datangnya dukungan dari Hanura, Golkar, dan Nasdem. Sehari sebelum dibukanya pendaftaran oleh KPU DKI, dukungan kepadanya juga datang dari PDI-P.

Ahok kemudian mendaftar sebagai calon gubernur dengan diusung empat partai. Pada Pilkada DKI 2017, Ahok menyebut secara garis besar visi misinya sama dengan visi misi saat dirinya maju mendampingi Joko Widodo pada Pilkada DKI 2012.

“Kami ingin kepala, dompet, sama perut warga Jakarta penuh,” ujar Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (23/9/2016).

Otak penuh berarti pendidikan terjangkau dan berkualitas, mengembalikan tempat ibadah menjadi pusat kegiatan masyarakat, dan membuka semua data secara transparan guna meningkatkan partisipasi publik dengan berbagai program e-government.

Kemudian perut penuh berarti masyarakat menikmati makanan yang aman dan bergizi serta memperkuat BUMD sebagai penyeimbang harga dan menjaga suplai kebutuhan.

Sementara kantong penuh berarti pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan penghasilan dan subsidi di berbagai bidang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar sesuai kebutuhan hidup cukup. [Kompas.com]

6 COMMENTS

  1. Di twitternya SU menulis (quote)
    @sandiuno: Akibatnya, masyarakat miskin tambah miskin, sedangkan yang kaya tambah kaya.

    Ini harus dicounter, karena entah sudah berapa kalinya PakGub berkata (sampai bosan para pendengar!) bahwa kita tidak mengikuti ekonomi kapitalis, dimana yang miskin tetap dimiskinkan untuk yang kaya …
    Tetapi ekonomi Pancasila dimana yang kecil disupport disubsidi sehingga bisa setinggi yang kaya. Halo siapa belum pernah dengar lihat youtube ya, peresmian RPTRA atau pasar Jaya atau rapim2.

    SU orang muda tetapi sepertinya konsep pikirnya ya itu memang … kapitalis …
    hanya saja dia seperti tidak sadar. Perjuangan untuk kaum dibawah menengah/berkekurangan sudah sangat jelas di pemprov DKI dan diperjuangkan habis-habisan, hanya orang tuli dan tidak mendengarkan youtube Gub berbicara di RPTRA apa Pasar Rakyat ngetwitt seperti SU, aduh imut banget satu ini, Ibu Mien Uno. Ayo kerja kerja kerja!!
    Sayang seribu sayang kirain mau nyagub engga tahunya diserobot jadi nyawagub sayang seribu sayang!! More than sorry PAkSU!

  2. Ditulis juga agar Pak Basuki juga transparan mengenai dana kampanye baik langsung maupun tidak langsung lah iya lah Pak SU itu loh KPK mengincar. Apa yang dimaksudkan TA nah kalau itu tanya TA, juga sudah online semua pengeluaran dan pemasukan bisa dilihat. Yang lain kan masih mau dijalankan jadi belum ada pemasukan. Transparansi itu assett Gub petahana!!
    SU sperti orang naive! Jakarta keras dan gahar Bung!

  3. Dua calon lain cuma formalitas doank, toh pasti kalah juga lawan petahana nanti, lagian jg dadakan jadinya tuh dua calon baru, ketahuan blm siap n matang benar. Ceritanya malu donk partai2 lain kl petahana melanggeng jd gubernur DKI tanpa lawan tanding sama sekali, mau taruh dimana tuh gengsi dan muka partai. Maka dibuatlah calon2 lawan yg ecek2 plg nga bs kelihatan ada lawan tandingnya, soal kalah nga jd persoalan yg penting gengsi hrs dipertahankan demi kepentingan partai dimata rakyat. Satu putaran cukup itu.

  4. wa rokhmat tu Loh
    wa barokat tu . . . .
    .
    saya pahami :
    semoga rokhmat yang dari Allah
    menjadi berkat yang dari Nya . . . .
    .
    zamrud di katulistiwa; yang notabene adalah rakhmat Nya; yg tanpa bandingan di dunia ini, sudahkah mendatangkan damai sejahtera bagi penduduknya . . . kita ???
    .
    kata kuncinya : atas rakhmat Nya, kita harus menjawab : Iya dng mantab dan kuat, dng segenap hati nurani, jiwa raga, akal budi kita, barulah rokhmat Nya menjadi berkat yg penuh bagi kita . . . . .
    .
    alih-alih mengotak-atik, memodifikasi, menunda-nunda, mengatur-atur, agar sesuai dengan keinginan kita pribadi or kelompok / bukan kepentingan orang banyak . . . .
    .
    dalam event pilgub dki kali ini, sekali lagi kita dikasih kesempatan untuk memilih mau menjadi apa dan dengan memilih siapa . . . .
    .
    salam,

    • biarkanlah nurani mu berkeliaran bebas, bebas dari kungkungan otak-logika mu; . . . bebas berkeliaran, bebas menyapa ketidak-adilan disekeliling kita, bebas menyapa keadilan yang ada serta memahaminya luar dalam; . . .
      .
      biarkanlah hati-nurani mu memimpin mu, sekali ini saja, paling tidak, untuk mengambil arah dalam memilih dki-1 th 2017; karena sejatinya, pilihanmu ini bukan hanya memilih gubernur dki jakarta, serta nasib wrga dki saja, melainkan akan menentukan arah perjalanan bangsa ini sampai beberapa abad kedepan, apakah akan menjadi bangsa kuli, seperti yg diwanti-wanti dihindari bung Karno, ataukah akan menjadi tiga besar bangsa, negara didunia ini.
      .
      karena ini akan menghapus efek jelek karena hilangnya satu generasi semasa orde baru yang kelam, dan mengembalikannya ke alur sejarah dengan seksama . . . .
      .
      sejarah akan mencatat “ulah” kita !!!
      .
      salam,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here