Ahok.Org – Hasil Survei The Cyrus Network masih menunjukan keunggulan pasangan incumbent Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara). Yakni dengan angka elektabilitas 42,4 persen. Namun, perolehan ini tidak boleh membuat pasangan incumbent ini berbangga.
Pasalnya, perolehan ini belumlah optimal bila disandingkan dengan masa pemerintahan lima tahun yang dilakukan dan sebenarnya bisa menyedot suara di atas 50 persen suara pemilih.
Direktur Eksekutif The Cyrus Network, Hasan Nasbi A, menganalisa suara yang dicapai oleh pasangan incumbent bisa disalib pasangan Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahja Purnama (Ahok) satu hingga tiga bulan kedepan.
“Harusnya incumbent yang memerintah selama lima tahun bisa lempar programnya. Harusnya jauh-jauh hari incumbent punya elektabilitas diatas 50 persen,” Hasan Nasbi menjelaskan saat menggelar konfrensi pers di Pisa Kafe, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/4/2012).
Hasan Nasbi kemudian memberikan sinyal lampu merah bagi pasangan incumbent. Karena hasil yang dicapai malah di bawah angka 50 persen, tepatnya 42 persen.
“Kalau saya menjadi penasehat politik incumbent, atau saya menjadi konsultannya, maka saya akan memberikan lampu merah bagi incumbent. Karena perolehan incumbent hari ini itu merupakan hasil kerja dia, hasil sosialisasi dan hasil pencitraan dia selama lima tahun. Dan itu hanya sampai angka 42 persen,” tegasnya.
Bila dibandingkan dengan pasangan PDI-Perjuangan dan Gerindra, Jokowi-Ahok, yang hanya efektif melakukan sosialisasi sebulan di Jakarta dan mampu menggapai suara 31,8 persen, maka perolehan Foke-Nara bisa sama atau bahkan tersalib.
” Jokowi-Ahok efektifnya hanya selama satu bulan. Walaupun Jokowi secara pribadi itu mulai diangkat menjadi calon gubernur DKI, sudah mulai heboh mengenai berita Esemka dan segala macam. Sejak bulan Desember. Kalau kita boleh sederhanakan dalm bentuk perbandingan, 42 persen melawan 31 persen, adalah hasil perbandingan kerja lima tahun melawan lima bulan,” Hasan meyakini.
Ditegaskan dia, kalau melihat akselerasi yang begitu cepat pasangan Jokowi-Ahok, dirinya khawatir dalam waktu tiga bulan kedepan, angka incumbent akan disalib oleh pasangan Jokowi-Ahok. Karena akselerasi pasangan berbaju kotak-kotak ini dalam lima bulan itu bahkan tidak bisa diikuti oleh kandidat-kandidat yang sudah melakukan konsilidasi selama satu tahun.
Selain itu, katanya lagi, yang juga menjadi kekhawatiran incumbent adalah soal perbandingan popularitas (tingkat keterkenalan). Hingga hari ini tingkat popularitas Foke-Nara adalah kandidat yang paling popular hari ini, yakni 95 persen. Artinya, hampir seluruh pemilih di DKI itu sudah mengenal pasangan Foke -Nara. Tapi elektabilitasnya hanya sebesar 42 persen.
“Nah sekarang bandingkan dengan tingkat popularitas Jokowi-Ahok. Tingkat keterkenalan pasangan baru ini baru mencapai 71,8 persen. Baru sampai disana. Tapi tingkat keterpilihan, atau elektabilitas itu mencapai 31, 8 persen,” paparnya.
“Melihat itu bisa dibayangkan satu bulan kedepan, dalam dua bulan kedepan, tingkat popularitas Jokowi-Ahok mencapai 90 persen, maka angka elektabilitasnya kemungkinan besar akan menyamai bahkan melewati angka elektabilitas pasangan incumbent hari ini,” katanya lagi.[Tribun]
Ini calon Gubernur dan wakil gubernur masa depan, jika dicalonkan Presiden pun kemungkinan akan terpilih