Ahok.Org – Situasi politik jelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta 2012 kian memanas. Sejumlah kampanye hitam atau black campaign terus bermunculan untuk menjatuhkan kandidat demi kandidat yang akan bertarung memperebutkan kursi DKI 1.
Komisi Independen Pemantau Pemilu (KIPP) menemukan dua ribu selebaran hitam putih yang berisi informasi yang berusaha menyudutkan calon gubernur Joko Widodo (Jokowi).
Selebaran tersebut banyak ditemukan di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Temuan tersebut langsung dilaporkan KIPP kepada Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Jakarta. KIPP bertemu langsung dengan Ketua Panwaslu DKI Ramdansyah yang berjanji menindaklanjuti temuan.
Ketua KIPP Jakarta, Wahyudinata, mengatakan selebaran ditemukan Rabu, 6 Juni 2012, di Tambora. Selebaran dibagikan oleh anak-anak kecil di wilayah Tambora dan dibagikan kepada warga dengan alasan untuk bungkus gorengan. Relawan KIPP menemukan sebanyak empat tumpukan selebaran yang bergambar wajah pasangan cagub Jokowi dan cawagub Ahok.
“Kemarin relawan menemukan pukul 13.00 WIB dan melaporkan ke kami pada pukul 16.00 WIB. Untuk menjaga netralitas dan tidak dianggap berpihak kepada salah satu calon, maka KIPP langsung melaporkan temuan tersebut kepada Panwaslu,” kata Wahyudinata di Jakarta, Jumat, 8 Juni 2012.
Menanggapi laporan itu, Ketua Panwaslu DKI Jakarta, Ramdansyah, meminta KIPP untuk membuat laporan resmi sehingga temuan itu dapat ditindaklanjuti.
“Laporan resmi itu akan kami pelajari apakah hal ini merupakan black campaign (yang ditujukan untuk pasangan) Jokowi-Ahok atau negative campaign, yang pasti kami berterima kasih atas temuan KIPP,” katanya.
Anggota tim sukse Jokowi-Ahok, Marihot Napitupulu, menyerahkan sepenuhnya temuan itu kepada Panwaslu. Dia percaya Panwaslu mampu
melakukan penyelidikan untuk menemukan pelaku penyebaran selebaran negatif.
“Kami serahkan semuanya kepada Panwaslu mengenai temuan di lapangan. Kami menunggu hasil penyelidikan dari Panwaslu, setelah itu kami baru menentukan sikap,” ujarnya.
Dalam selebaran tersebut tertulis “Cerita baik tentang Solo ternyata kenyataannya buruk!!”. Ada 6 point kenyataan tentang keburukan Solo yang tidak diungkapkan oleh Jokowi. Di antaranya, walau berpenduduk hanya kurang lebih 559.318, Solo masih mengalami macet.
Selain itu budaya korupsi tinggi di Pemerintahan Kota Solo tahun 2010 kota Solo adalah urutan ke 4 kasus korupsi terbanyak di Jawa Tengah. Penduduk miskin di Solo tahun 2009 sebanyak 107.000 jiwa naik mencapai 130 jiwa di tahun 2011, atau meningkat 4 persen. Lalu setiap tahun Kota Solo mengalami banjir, bahkan rumah keluarga wakil walikota Solo kebanjiran pada Januari 2012.
Fakta buruk lain yang dituliskan dalam selebaran tersebut, yaitu tentang revitalisasi pasar tradisional tidak beres. Contohnya Pasar Panggungrejo, Jebres, Solo menjadi pasar yang sepi.
Pedagang pasar tersebut kian terpuruk, karena penghasilannya menurun dari Rp400 ribu menjadi Rp50 ribu per hari. Tidak hanya itu, kota Solo bermasalah soal sampah, hanya satu TPA dan umurnya tinggal dua tahun. Bahkan Jokowi mengaku takut dengan persoalan sampah di Kota Solo.
Pada selebaran tersebut, juga tertulis link keenam fakta nyata tentang Solo yang telah dituliskan di beberapa media massa online di kota itu.[Vivanews]