Ahok.Org – Bertemu dan memberi arahan kepada para pegawai di Balai Kota DKI dilakukan Wagub DKI Basuki Thajaja Purnama alias Ahok di hari keduanya bekerja. Kepada para pegawai Ahok menceritakan pengalamannya sewaktu menjadi Bupati Belitung Timur, saat dia tak segan menangkap PNS yang malah nongrong-nongkrong saat jam kerja.
“Dulu, kalau ada PNS nongkrong di luar saya tangkap lho. Saya suruh tangkap. Masyarakat yang laporin,” ujar Ahok di hadapan sejumlah pegawai Pemda DKI di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (17/10/2012). Ahok bersama semua pegawai mengenakan seragam PNS warna cokelat, lengkap dengan tanda jabatan.
Ahok mengakui tentu pegawai Pemda DKI dan Pemkab Belitung Timur berbeda. Jumlah pegawai Pemda DKI jauh lebih banyak ketimbang pegawai di kabupaten yang dulu dipimpinnya itu.
Ketika melihat mesin presensi pegawai yang menggunakan sidik jari-jari tangan, Ahok mengatakan alat semacam itu bukannya tanpa masalah. Sebab bisa jadi setelah melakukan presensi ada pegawai yang meninggalkan kantor.
“Ini punya masalah. Saya tahu, jadi datang setor tangan, lalu dia pergi. Jadi mau pulang, dia setor lagi,” cetus mantan anggota DPR Komisi II itu.
Dia juga mengingatkan agar para pegawai Pemprov DKI selalu mengenakan seragam plus label nama. Label nama itu pun harus dipasang di tempat yang mudah terlihat agar pegawai yang satu dengan yang lain saling mengetahui nama masing-masing.
“Jadi kita harus pakai (seragam) supaya kita sama. Namanya yang belum pakai, pakai nama. Harus bangga jadi PNS. Bangga jadi Korpri. Kalau sudah malu sudah gawat ini,” imbuh Ahok.
Ahok juga berkeliling melihat-lihat ruangan di Balai Kota. Menurutnya Balai Kota DKI memiliki terlalu banyak ruang rapat. Hal itu bisa mengakibatkan pemborosan. Sehingga dia berencana untuk mengurangi ruang rapat yang ada.
“Buat apa ruangan segede gajah tapi nganggur semua,” kritiknya.
Dia meminta kepada seorang staf untuk mendata ruang rapat mana saja yang biasa dipakai. Ahok juga meminta data dalam sebulan berapa kali ruang-ruang rapat itu digunakan, lama pemakaian ruang rapat, dan berapa peserta rapat. Data itu untuk mengevaluasi berapa ruang rapat yang ideal untuk para pegawai di Pemprov DKI.
“Kita harus hemat ruang rapat. Per meter kalau di Jakarta ini Rp 80 juta. Di belakang Istana lho, Merdeka Utara, Merdeka Selatan. Kantor paling mahal ini,” sambung Ahok yang disambut tawa beberapa pegawai.[detik]
lovely info by this blog and youtube vis a vis. truly educated and informed, as we live in tanah sebrang. big applaus for cameramen, nice angle. it’s real complemented each other, tumbu lan tutupe.
‘presensi’ itu apa ya?
asal dari kata Inggris ‘presence’?
koq ga pake b.indo sih? ‘catat-hadir’ atau ‘catat-kehadiran’ misalnya, yg bisa disingkat ‘cadir’ kalo perlu, sekedar usul dari saya.
Jangan 1/2 (x2) klo mau jadi patriotis sejati.
kata ‘absensi’ yg sudah lama dikenal kita dirubah jadi ‘presensi’ skrg, ini krn kesalahan arti ya?
lalu kata ‘incumbent’ (inkamben) yg telah lama dikenal skrg dirubah jadi ‘petahana’, tapi yg ini kesalahan artinya dimana ya?
kalau alasannya cuma ingin menasionalisasikan kata Inggris, berarti ga konsisten dong, masa ‘absensi’ yg udah dinasionalisasi scr fonetik sejak lama (meski salah arti) dirubah jadi ‘presensi’ yg sama juga caranya yaitu terjemahan scr fonetik (transkripsi), bukannya harus dicari padanan kata Indonesianya spt kasus ‘petahana’ (asli baru ngarang, yg ternyata belum masuk KBBI) VS ‘inkamben’ (fonetik) itu?
Sepertinya memang suka-2 kita mau translate spt apa katanya ya? Tidak perlu wajib harus kata Indonesia ‘asli/sejati’ dan kalau perlu bikin baru kalo nggak ada.
Btw, banyak Media TV nasional (MetroTV/TVOne akhirnya serius jadi pro ‘inkamben’ sekarang ;)) pakai ‘inkamben’ (incumbent) yg lebih dikenal dari bunyinya yg mirip aslinya daripada ‘petahana’ yg kata bentukan baru yg kurang dikenal luas selain media cetak – berarti suka2 kita juga ya mau pakai yg mana? Nggak wajib pakai kata-2 yg tercantum di KBBI misalnya, apalagi jika tidak ada disitu.
Skor Sementara (inkamben/incumbent VS petahana) = 1 – 0.
Jadi, anda lebih suka ‘presensi’ (fonetik) atau ‘cadir’ (asli baru ngarang) nih?
Tidak perlu takut milih, dari dulu nerjemahin kata asing nggak selalu wajib patriotik harus dicari padanan kata B.Indo-nya atau wajib ngarang kata bentukan baru kalo nggak ada (alias tidak anti fonetisme/transkripsi) tuh.
Sebelum dikurangi dikaji dulu Pak, maksimalkan pemakaiannya. Jangan-jangan ruang rapatnya tidak dipakai karena pejabat (baik dari kantor gubernur, walikota atau dinas-dinas) pilih rapat di hotel daripada di kantornya.
Mantap sekali pak Ahok… kerennnnnn
Bagus sekali Pak Ahok, mulailah dari kantor sendiri dulu, lalu kantor2 pemda yg lainnya, ajarkan mereka kedisiplinan kerja juga pak, sudah digaji besar tapi kerjannya banyak nganggurnya sampai cari obyekan diluar, pelayanannya lelet (sengaja biar ada duit tol nya )…. Titip juga pak . . Tolong perhatikan walikota atau dinas tata kota, pengurusan imb lama dan biayanya naik sampai 1000 persen.