Ahok.Org – Ibarat sebuah tim dalam sepakbola, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjalankan tugas sebagai penyerang yang sibuk blusukan menggedor segudang masalah di Ibu Kota. Sementara wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama menjalankan peran bak seorang kiper, menjaga gawang dan mematahkan semua serangan masalah yang datang silih berganti.
Banyak sudah cerita tentang cara kerja Jokowi yang mengundang decak kagum. Menyentuh masalah langsung dari akarnya, santai tapi tegas, mengobati rindu masyarakat akan pemimpin yang tak elitis. Lantas bagaimana kisah wakilnya yang terkenal dengan panggilan Ahok?
Tak jauh berbeda, sejak dilantik pada 15 Oktober lalu, Basuki juga menyita perhatian banyak pihak. Ciri khasnya adalah gaya bicara yang kerap meledak-ledak namun diimbangi dengan kinerja yang profesional. Setiap hari, sebelum jarum jam duduk di pukul 08.00 pagi, Basuki telah ada di kantornya, Balai Agung, komplek Balaikota Jakarta.
Tak pernah menunggu lama, setumpuk pekerjaan yang terjadwal dan tidak terjadwal langsung dilahapnya bak menu sarapan. Baik itu pertemuan rapat, atau melayani warga Jakarta yang datang mengadukan masalahnya. Ruang kerja Basuki ada di lantai dua Balai Agung. Ruang kerja dan ruang rapatnya terpisah tapi saling berhadapan. Di kedua ruang inilah Basuki banyak menghabiskan waktunya sebagai wakil gubernur.
Berbeda dengan Jokowi yang selalu berjalan dengan santai, Basuki memiliki gaya yang lebih gesit. Caranya berjalan sama dengan cara dia berbicara, seperti selalu “lapar” ingin segera menemui masalah. Saking gesitnya, Basuki seperti lupa kalau ada lift di sebelah ruang kerjanya. Naik turun gedung selalu ia lakukan dengan menyusuri tangga.
Bumper Jokowi
Saat Jokowi sibuk blusukan, Basukilah yang akhirnya mewakili. Menemui warga yang berunjuk rasa, memimpin rapat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), atau menerima tamu dari berbagai elemen.
Misalnya pada 24 Oktober bulan lalu, saat ribuan buruh dari seluruh penjuru Ibu Kota mendatangi Balaikota Jakarta menuntut kenaikan upah dan penghapusan sistem kerja outsourcing. Para buruh mendesak Gubernur DKI Joko Widodo untuk menemui mereka, namun di saat bersamaan Jokowi tengah blusukan ke beberapa pasar di wilayah Jakarta Timur. Saat itulah Basuki menunjukkan wibawanya.
Meski dalam tekanan ribuan buruh, tanpa ragu dirinya menerobos lautan manusia untuk menuju panggung orasi di tengah kerumunan buruh. Basuki mengajak sejumlah perwakilan buruh untuk berdialog di ruang rapatnya.
Belum lagi kebiasaan Basuki di setiap memimpin rapat. Dituntut transparan, suasana dalam rapat selalu diunduh ke dalam Youtube dengan akun Pemprov DKI. Tak sedikit “adegan” yang menampilkan Basuki tengah memarahi para bawahannya. Nampak penuh emosi, namun terbukti efektif melecut bawahannya melayani dan bekerja lebih optimal.
“Itulah kenapa saya nggak mau memegang pistol, karena kalau sedang marah saya mungkin saja bisa menembak orang. Tapi marah saya cepat reda, saya nggak mau stres, nggak mau stroke,” kata Basuki.
Tak hanya itu, saat ditinggal Jokowi blusukan, Basuki juga ambil bagian menghadapi masalah-masalah krusial. Contohnya dalam rapat penetapan upah minimum provinsi (UMP) DKI 2013, Basuki harus berkali-kali berhadapan dengan dua pihak yang “berseteru”, yakni unsur buruh dan para pengusaha. Meski akhir keputusan ada di tangan Jokowi, Basuki berperan lebih banyak mengawal proses sampai nilai UMP DKI tahun depan diputuskan Rp 2.200.000.
Lainnya, dalam rapat menentukan nasib angkutan massal berbasis rel (mass rapid transit/MRT), Rabu (28/11/2012) lalu. Saat rapat berjalan alot dan mulai memanas, Jokowi memilih untuk meninggalkan ruang rapat dengan alasan ingin menemui warga di Cilincing, Jakarta Utara. Kembali, Basuki harus mengambil alih, menengahi pro kontra pembangunan MRT.
Waktu pribadinya
Segudang kesibukan itu akhirnya membawa dampak pada kehidupan pribadi Basuki. Setiap hari ia mengaku bangun dari tidur di pukul 04.00 WIB. Waktu luangnya ia manfaatkan untuk berolahraga, entah itu jogging, senam jantung, atau olahraga lain untuk menjaga stamina dan kebugarannya. Minimal 30 menit di setiap harinya.
Pagi hari adalah waktu berharga Basuki untuk bertemu seluruh keluarganya, karena Basuki biasa kembali ke rumah sekitar pukul 22.00 WIB. Terkadang tak sempat bertemu dengan ketiga anaknya karena sudah tertidur.
Mengenai hobi, Basuki memiliki kegemaran membaca buku. Khususnya buku-buku yang memiliki konten filosofis. Saat sibuk, ada seseorang yang membantunya dengan membuat tanda warna (stabillo) di penggalan penting dalam buku-bukunya.
“Tiap pagi saya masih suka baca kok, tapi sekarang sudah nggak bisa banyak-banyak,” ujarnya.
Kontroversi Basuki
Satu hal yang melekat dari sosok Basuki adalah pribadinya yang kontroversial. Ia seperti tak memiliki takut melontarkan pernyataan yang bombastis. Meminta Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk memeriksa urine seluruh PNS, mengusulkan kenaikan gaji PNS, dan menilai banyak PNS di Jakarta yang kerja tak sesuai kompetensinya.
Dalam rapat bersama DPD RI, Kamis (29/11/2012) kemarin, Basuki tegas mengatakan bahwa status wajar tanpa pengecualian (WTP) bukanlah segalanya. Karena baginya menjamin kesejahteraan rakyat adalah yang utama, lebih dari sekadar status WTP sebagai esensi dari sebuah kinerja.
“WTP itu gampang, kerja saja yang benar pasti dapat status WTP. Tapi buat apa WTP kalau rakyat tak sejahtera atau kita dipenjara,” katanya.
Saat ini, popularitas Basuki mengimbangi Jokowi. Bahkan sebuah stasiun televisi internasional (Al-Jazeera) sempat menayangkan berita Basuki saat memimpin rapat yang diunduh dari Youtube. Meski demikian, Basuki tetap patuh dan menghormati Jokowi, koordinasi tak pernah putus, menjadi sepasang pemimpin pro rakyat yang saling melengkapi.[Kompas.com]
Bravo Pak Jokowi dan Pak Ahok !!!
semoga tetap kompak sampai masa jabatan berakhir, tidak terpengaruh oleh dinamika politik dalam mengemban tugas yang dipercayakan oleh rakyat DKI.
Performance kepemimpinannya sudah klop kok… sudah saling melengkapi, saling topang menopang, dan sudah gak perlu dibahas secara ngalor-ngidul lagi. Perkara istilah dan julukan yang bermunculan, itu gak penting : apakah itu “Ali Topan dari Muara Karang”, “Koboy dari Belitung Timur”, “Hantu bagi Birokrat Korup”, atau “Bumper Jokowi” — semua julukan itu gak penting. Bukan yang menjadi substansi untuk segera mengatasi persoalan Kota Jakarta. Tanggap terhadap dinamika persoalan yang berkembang dengan cepat, perencanaan dan strategi taktis, serta action nyata (kongkret) di lapangan, inilah yang terpenting dan tidak pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Lantas, Apa perlu ada julukan “Si Gila dari Balai Kota”…?
hehehe … lucu juga istilahnya.
tapi kita memang butuh pemimpin yang ‘gila’
Gila karena melawan arus dan melawan kebathilan bukan gila kekuasaan dan harta
Setuju. Tetap kompak Pak. Waspada, jangan mau diadu domba oleh orang-orang yang “terusik” kepentingannya.
Jokowi Basuki… ibarat 2 muka pada uang… ga bisa dipisahkan..
TERIMA KASIH TUHAN,ENGKAU KIRIMKAN 2 ORANG MANUSIA JOKOWI DAN AHOK YG TULUS ,BERSIH DAN CERDAS,UNTUK MEMAJUKAN RAYAT DAN NEGARA INDONESIA.JAGALAH BELIAU AGAR SELAMAT DAN SEHAT SELALU.AMIN
kenapa judul2 berita merdeka.com terkesan menydutkan pak wagub? dan bernada profokatif?
seperti http://www.merdeka.com/jakarta/naikkan-gaji-pns-ahok-ngaco.html
kenapa ucapan “tidak tepat” dirubah jadi “ngaco” ???
Mohon Pak wagub menegur dengan keras editor merdeka.com ada banyak judul2 yg cenderung membuat opini yg menyesatkan.
Mohon ditegur pak wagub!
maklum saja, itu kan media massa sisa2 pasukan nasbung.
ga usah digubris, toh bukan website elite 🙂
Basuki yang Melengkapi Jokowi – Bumper Jokowi.
Seem domesticated the meaning itself, complemented seem better. Wish the reporter add with anthropology approach or culture. Wish could be wise enough then.
Adakah Gubernur/Wakil Gubernur sehebat Jokowi/Ahok?
Gubernur yang Jenderal?
Gubernur yang Artis?
mana….mana….??
pak sedikit mengharapkan ,,hari ini pak jokowi membagikan kartu jakarta pintar buat anak sd,smp dan sma,,
pak anak kuliahan jg mau pak ,, klo bisa di canangkan jg buat anak kuliah yang kurang mampu pak,, yang punya niat untuk ke jenjang yg lebih tinggi ,, tp terhambat biaya…
terimakasih ,,.
bravo masbrow sak! cepat juga aksi balasan ente 😀
ini ‘iklan’ yg ane (dan tentunya pendukung Ahok lainnya) butuhin buwat menggempur balik pihak2 yg tidak senang dgn sepak terjang Ahok dan scr terfokus menyerang pribadi Ahok sendirian padahal kebijakan Ahok adalah kebijakan Jokowi juga krn Jokowi juga yg memutuskan pada akhirnya dan bgmanapun juga alias kebijakan bersama Gub+Wagub kalo mo dipotong renteng.
Ya itulah hebatnya sang Wagub, tetap hormat dgn pimpinan/atasannya sesuai etika kepemimpinan meski sering jadi bemper Jokowi, ga pernah dikit2 ngeluh kayak si AS dari KPK tiap kena masalah.
Cuma saya harapkan Jokowi juga mau sedikit mendukung Ahok kalo ‘kena musibah’, bilang kek se-engga2nya: “Hey, Ahok ini kepercayaan saya lho, jangan diganggu terus kayak gitu! Bicara langsung sama saya aja yah?!”
Kalo saling mendukung kuat gitu kan enak jadinya, ga perlu ada rumor2 bersliweran lagi yg mengancam kerjasama mereka berdua.
Bukan malah ngeluarin statement: “Saya sendiri juga ngeri lihat …” waktu komentar soal sepak terjang Ahok di video yutub. Ane ga liat ‘dukungan’ kuat dari Jokowi thd Ahok dgn statement spt itu.
—
GOOD JOB, brow Sak!
(masbrow Sak ternyata rajin baca tulisan2 saya yg sering ‘overdosis’ ya? 😀 ..oh, Al Jazeera ternyata sempat salah kira juga ya?)
hehehheheh forza bro TaZ 🙂
Setuju pak.
Wagub adalah bamper gubernur, dan gubernur juga back up wagub-nya.
Kadang-kadang pers juga yang lebay. Sengaja memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke ‘perpecahan’