Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berencana memperbanyak jumlah Puskesmas yang menyediakan fasilitas rawat inap. Targetnya, pada 2014 telah terwujud minimal satu Puskesmas berfasilitas rawat inap di setiap kecamatan.
Basuki menjelaskan, rencana itu untuk mendongkrak layanan kesehatan pada masyarakat. Khususnya warga miskin Ibu Kota pemegang Kartu Jakarta Sehat (KJS).
“Uang kita cukup kok, tapi selama ini kan cuma dimain-mainin aja,” kata Basuki dijumpai di Balaikota Jakarta, Jumat (21/12/2012).
Menurutnya, fenomena membludaknya pasien KJS di sejumlah rumah sakit dipicu karena sistem belum berjalan seperti yang diharapkan. Di satu sisi layanan kesehatan diberikan mulai dari Puskesmas, namun kemudian menjadi selalu dirujuk ke rummah sakit, RSUD maupun swasta, karena tidak semua Puskesmas memiliki fasilitas rawat inap.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati membenarkan adanya usulan untuk memperbanyak jumlah Puskesmas rawat inap. Ia menyampaikan, dalam dua tahun ke depan, target DKI memiliki 44 Puskesmas rawat inap dapat terwujud.
Saat ini, jumlah Puskesmas yang dilengkapi dengan fasiitas rawat inap telah tersebar di 29 titik. Sesuai aturan, Provinsi DKI Jakarta hanya dapat melahirkan 10 Puskesmas rawat inap di setiap tahunnya.
“Dua tahun lagi kan, tapi nanti lihat anggaran yang disahkan bersama DPRD,” ujarnya.[Kompas]
Bayangkan ya, uang rakyat yg selama ini dimain mainin, bisa disita kembali sama KPK……ahhh betapa sejahteranya rakyat negara ini.
Ayo rakyat, dukung semangat anti korupsi!
mangkanya foke harus bertanggungjawab…dia harus bisa jawab….ahok saja berani bilang dimain mainin…berarti foke memain2kan benar2an dong kan …???? teringatnya dia sudah pulang belum…..lalu laporan icw ttg foke ke kpk gimana kabarnya…
dari dulu,
puskesmas-rusun-pasar tradisional,dsb memang dimain2in..
manajemen buruk, pelayanan buruk, dan akhirnya tercipta stigma negatif masyarakat.
—-
untuk apa?
agar banyak warga beralih ke rs swasta-apartemen-mall, dsb yg bersifat komersil.
—-
untuk siapa?
tentu saja mereka yang mengeruk keuntungan daripadanya.
—-
pelayanan sosial kok dikomersial(k)an.
Betulll sekali…kongkalikong,,….sekolahan jg..
Sekrg harga2 bahan pokok, tlg dipantau, biarkn pendptan rakyat naik, jgnlah pengusaha2 itu sengaja naikin hrg, supaya tdk trcapai kesejahteraan..
Teriak2 rugi, diaudit tuh, kekayaan koq bisa nambah terus..
Jgn serakah!
Bener kan ane perne bilang dulu, mangkanye pak Baz baru nyadar nih ;):
“Pelayanan (Rawat) diutamakan dulu segera, Birokrasi (Kartu) diurus belakangan nanti.”
Duwitnye (termasuk waktu/tenaga dan resources-nye) mending buwat bagusin pelayanan kesehatan warga (miskin) daripada buwat bikin kartu (toh pake KTP/e-KTP aja cukup, soalnya pengenal/ID-nya pake NIK juga ujung2nya).
—
Kalo orang pisioner kayak ane mah udah bisa liat duluan apa yg bakal terjadi nanti, ga perlu nunggu kejadian dulu. Believe it or not!
—
Sekarang jadinya mo pilih “Layan Rawat” atawa “Layan Kartu” duluan dilakonin bos?
(FYI, sistem JS bisa jalan tanpa kartu, krn pada dasarnya menggunakan NIK pasien, artinya cukup ketik NIK pasien di terminal sistem jika belum punya Kartu-JS/e-ktp atau cuma punya KTP. Kecepatan pendaftaran ‘nasabah’ JS tergantung dari terkoneksi/tidaknya dgn sistem database e-ktp online pusat, jika sudah online/konek maka tak perlu ‘daftar data ulang’ nasabah/pasien, cukup sedot dari database e-ktp online langsung. Warga ‘miskin’ cukup didaftarkan terpisah dgn skala prioritas pertama/utama dlm sistem JS, tak perlu pakai diberi kartu-JS duluan – masukkan saja NIK-nya dalam daftar ‘warga miskin’ dan nanti difilter setiap NIK yg masuk dgn daftar ‘miskin’ tsb.)
—
IT/SisFo saja masih punya problem inefisiensi inheren, apalagi sistem kuno/konvensional yg berjalan tanpa bantuan IT/SisFo – akan lebih tidak efisien lagi!
Lebih baik perbaiki sistemnya agar lebih efisien daripada membuat kartu baru lagi yg cenderung membuat sistem JS inefisien (cukup pakai saja e-ktp yg berbasis NIK nanti di 2013).
—
Oh iye, ditest aja dulu “sistem-JS dgn NIK/e-ktp” usulan ane di puskesmas/RS negri milik sendiri (kan dah pasti mo nurut, ga rewel kayak swasta), kalo bagus hasil testnya, nanti bakal dilirik swasta juga kok apalagi ga perlu keluar duwit buwat beli card reader tambahan lagi selain cukup pakai e-ktp reader yg sudah ada/punya. Dan tenaga medis juga ga perlu dialihkan jadi pembuat kartu karenanya, aliyas pul konsentrasi semua ama perawatan pasien, termasuk bikin fasilitas khusus spt UGD di puskesmas.
makanya pak ahok hrs tegas krn msh byk org yg mencoba menghalngi profram kjs