BTP: Soal Premium Ada Dasar Hukumnya

29
726

Ahok.Org – Pertimbangan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menghilangkan premium di Jakarta bukan sembarang wacana. Rencananya, pemberlakuan aturan ini dilakukan ketika pemerintah pusat kelabakan memberi subsidi BBM terus-menerus.

“Itu kan kita bilang kalau semua transportasi massal lancar, kalau pemerintah pusat kelabakan (memberi) subsidi,” kata Ahok saat dihubungi wartawan, Kamis (27/12/2012).

Menurut Ahok kalaupun premium jadi dihapuskan, Pemprov DKI mempunyai dasar hukum. Jadi, tidak ada salahnya kalau penghilangan premium ini diuji coba nantinya.

“Ya bisa uji coba Jakarta itu, dalam UU DKI Pemda kan berhak itu sebenarnya,” ujar Ahok.

Wacana penghilangan premium sendiri pertama kali dilontarkan Ahok ketika rapat dengan Kadis Perhubungan Udar Pristono. Penghapusan premium ini diberlakukan agar masyarakat memilih Busway sebagai alat transportasi utama.

“Nanti kan orang akan memilih, lebih baik naik Busway (TransJ) atau bus biasa yang kosong. Kita akan usulkan kepada Pak Presiden, Jakarta tidak ada lagi bensin premium. Itu hemat negara. Orang yang tidak mampu (beli BBM non Premium-red) akan pakai (kendaraan pribadi-red) satu sampai tiga kali seminggu,” ujar Ahok di Balai Kota, Rabu (19/12/2012).[Detik]

29 COMMENTS

  1. Kalau pakai sistim Kuota gimana Pak Ahok? Misalnya tiap satu mobil ukuran <1300 cc, diberikan jatah sekian liter pertahun. Jadi Batas Pemakaian Premium yg bersubsidi tidak akan terlampaui. Penerapannya bisa pakai sistim kupon (atau lainnya). Tiap satu mobil dapat kupon untuk membeli bensin subsidi sampai batas tertentu.

    • Gw ada ide Pak..cuma butuh komitmen.. tentukan dan data orang2 yg dapat subsidi..abis itu buatin rekening di bank..setor tuh subsidi..harga dipasaran untuk premium jadi non subsidi semua… tepat sasaran kan… berani ga negara ini…tiap ada penambahan angkot atau kendaraan masyarakt yg make premium ( bukan pribadi) wajib lapor ke satgas untuk di data layak ga dapat subsidi…gimana hayo…ini boleh diuji coba dijakarta dolo, check deh jebol ga subsidinya…salam perubahan

  2. Betul juga wacana pak Ahok mending jakarta di jadikan contoh bagi daerah lain yang mampu untuk menghilangkan premium .Orang Jakartakan kaya-kaya. Punya mobil/ motor pasti sangguplah pakai pertamax.Klo keberatan juga ya naik angkutan umun.Biar jakarta jadi renggang gitu.

    • ide yg bagus untuk mengurangi kemacetan di jalan-jalan jakarta … daripada masih ada premium, yg nikmatin juga orang kaya-kaya di jakarta, orang miskin mah mana mampu beli mobil …

  3. biar cepet kelihatan hasilnya, 2013 diberlakukan sistem genap ganjil, ERP, hapus bensin premium……

    segera sterilkan jalur busway, tambah armada 500 bus TJ, 1000bus Metronini/Kopaja

    Jakarta akan lega bernapas, 2 tahunan sambil menunggu DEEP TUNNEL jadi banjir akan berkurang, macet berkurang banyak….

    belum lagi monorel selesai dan MRT juga selesai, alangkah indahnya Jakarta ku…

  4. yang gak kalah penting adalah keamanan di seluruh wilayah DKI. Jika masih banyak preman, pemalak, copet, pemerkosa, rampok, tawuran dan pembunuh berkeliaran seenaknya busway, taxi, kereta api gak akan pernah laku masak berangkat kerja, sekolah harus menyabung nyawa. Ingat pemenang lomba fisika dunia dibunuh di halte busway karena dirampok hp nya….

  5. Ini solusi dr akar permasalahan ga? Supir2 angkot , tukang ojek,yg rajin ngantar sya dr kecil , sekolah hingga sy sekarang bisa kerja , pengendara motor gmn nasibnya? Emang negara indonesia jakarta aja? Sudah memikirkan efek nya ga kedaerah2 yg bakal kena imbas klo ini dilakukan di indonesia? Jgn sekedar wacana. Data validnya mana klo bocor nya subsidi krn bnyaknya penggunaan kendaraan dibandingkan faktor X ainnya. Ada ga data yg menunjukkan berapa jumlah kendaraan di jkt, berapa konsumsi bbm rata2 yg menggunakan premium non subsidi dan subsidi. Berapa penghematan yg didapat jika semua dinaikkan jadi non subsidi tanpa menghilangkan premium, dan dibandingkan lg dgn jebolnya subsidi..? Please deh, bahkan almarhum wamen yg ahli dlm ekonomi migas dan energi tidak se ektrim ini. Info yng sy ikuti, krn terlalu jauhnya harga bbm subsidi dan non subsidi (khususnya premium) maka bnyak penyelewengan terjadi ditengah jalur supply. (Coba aja googling) shg bbm subsidi malah tidak dinikmati masyarakat yg membutuhkan. Sy sering ngobrol sama supir angkot, tukang ojek dll bahwa mereka sebenarnya fine2 saja harga bbm naek klo itu program pemerintah. Nah biasanya yg heboh siapa.? Hayo loh…jawab aja sendiri,..Kasian rakyat kecil brur di jadikan tumbal

  6. Setuju pak Wagub, dengan syarat subsidi yang biasanya diberikan pemerintah pusat untuk warga Jakarta untuk harga Premium diminta pak, kita pakai untuk pembenahan kota, memberdayakan PKL dan mempercepat pengadaan transpotasi massal…..hasilnya pasti lebih baik

  7. @dhany , saat tdk dijual bbm bersubsidi, SPBU sepi, saat ada BBM bersubsidi, SPBU byk yang ngantri, hehehe,

    Di Indonesia bagian timur, orang beli BBM ngantri, BBM langka, harga BBM mahal dr yg di patok pertamina,bahkan mencapai Rp20.000-Rp25.000 / liter..kagak kasihan tuh saudara kita yang disana. Supir2 angkot , tukang ojek, pengendara motor disana , gimana ya nasibnya disana?, Emangnya yg bukan Indonesia, Jakarta aja?
    Sudah memikirkan efek nya ga Jakarta , kalo bakal kena imbas spt yg terjadi di daerah2. Subsidi oh subsidi

  8. saya setuju sekali pak ahok premium dihapuskan dr DKI demi kelancaran transportasi Jakarta lah. Meski mobilku msh avanza gpp lah yg penting utk kebaikan bersama. Jangan ragu pak, segera laksanakan saja, asal transportasi massal juga cepat2 dibenahin….

  9. Pak Ahok, mending corong isi bensin dibedain aja. Khusus mobil mewah, kriteria ditentukn, tuh corong sempit, ga masuk injector premium di Spbu. Hanya ukuran injector pertamax. Mudah ituuuu…mobil yg sdh ada di masyarakt, ditambahi adapter dan disegel. Petugas Spbu dpt bonus kalo ada mbl melanggar, fotoin buktinya. Mobil2 baru, sdh harus terapkn ukuran corong ini.
    Bonus untuk mencegah akal org kita, bawa adapter corong. Polisi jg razia, kalo ketahuan ada, denda berat…
    Kebocoran bbm untuk industri jg dipantau.

  10. inti dr smua koment sy rasa setuju ASAL…
    transparansi soal bbm ini.
    slm ini khaan sgt terasa ditutupi2 alias KONG KALI KONG dr kepala sampe ekor.

    tapi emang dampak kenaikan hrg bbm subsidi sangat berat, apalagi klo sampai hrg sama dg SPBU SHELL.
    ekonomi perdagangan nyariiiiiiiiis tidak bersuara alias sunyi sepi [kuburan msh lbh rame…wkwwkwk]
    pokoke rakyat makin kejepit beaya hdp…”bkn kejepit anuan itu seh enak legit..wkwkkw

    • kalo saya sih setuju aja dihapuskan cuma timingnya aja yg belum tepat saat ini. itu bisa diterapkan apabila transportasi masal sudah memadai ( aman, nyaman,dan efisien) nanti dengan sendirinya orang akan berpindah ke angkutan umum masal. sebetulnya pengendara mobil pribadipun banyak yg terpaksa mambawa mobil pribadi karena saat ini tidak ada pilihan angkutan umum yang baik. trus bisa gak kalo untuk pelajar dan mahasiswa dilarang naik kendaraan pribadi ke kampus ya.

  11. hehehe.. pusing2 amat ampe ribet gitu cuman mikirin mobil2 yg pake BBM. Sudah usang teknologi mesin BBM/ICE ini dan sudah waktunya beralih ke mesin listrik yg bebas polusi asap dan hemat energi. Koq masih senang berkutat dgn problem2/hal2 yg kuno2 sih? apa pada gak bosen ya, ngurusin problemnya terus berulang itu2 terus?
    Asep knalpot kotor dan bikin sesak apalagi klo macet, harga BBM/gas naek akibat sapekulan dunia/lokal, boros BBM, Premium hilang dari SBPU, maling BBM (rampok negri sendiri trus juwal ke luar negri) makin marak akibat disparitas harga yg beda jauh, dst – masih demen ya ngurusin beginian? ga kapok2… ga tau kenape masyarakat kite demen banget ngurusin tema2 jadul nyang kayak beginian…
    padahal dah lama ane kasih solusinye yg praktis dan giving multiple benefits termasuk ramah lingkungan disini, berkali2 lagi.
    nih ane tulis-ulang lagi deh saran ane dulu.

    Mulailah memakai mobil/motor litrik spt yg ane saranin sejak dulu. Hemat energi (lagi macet/stop ga jalan teyus mesinnya, injek gas baru jalan mesinnya), ga pake BBM, ga ada knalpot, bebas polusi asap, bebas problem BBM menahun, dst.

    Yg dibutuhin sekarang, membuat demand akan mobil/spd-motor listrik itu tinggi terutama yg murah meriah dan ukuran city/mini-car (sbg pengganti spd-motor) agar hemat space jalanan shg jalanan rada legaan dan mengurangi kemacetan/beban jalan serta problem joki2 3-in-1.
    Jika demand akan mobil listrik mini yg murah tinggi, supply akan mengalir dan otomatis harga jadi lebih murah ngikutin demand pasar.

    TaZ messages:
    “Kenapa tidak kita mulai dari sekarang utk membuat demand ini?”
    “BBM/Gas itu cocoknya buwat kompor/pemanas/mesin-jet, lebih pas dan efisien/efektif, bukan utk kendaraan bermotor, apalagi di jalanan yg selalu macet.”
    “Kendaraan listrik lebih efektif/efisien di jalanan yg sering macet, karena saat diam/stop, mesinnya pun ikut mati dan tidak terus hidup spt mesin BBM, shg jauh lebih hemat energi/BBM.”

    Nyang ini ane kutip dari proyek propaganda “Energi Dasar Listrik (EDL)” ane sendiri utk menggantikan Energi Dasar BBM/Gas (EDB/G) yg sudah saatnya ditinggalkan krn sudah terlalu banyak mengumpulkan problem di negri kita sekarang, termasuk problem ‘subsidi salah sasaran’ yg terus ada ga ilang2 ga ada abisnye:
    “Sumber energi Listrik bisa didapat darimana saja (R=Renewable/terbarukan): panas-bumi(R), air(R), angin(R), surya(R), gelombang air(R), tekanan (R) [efek piezo], coal/batubara, BBM/petro-oil, petro-gas, dst – jauh terlalu banyak sumber2 energinya yg bisa dikonversi jadi listrik dibandingkan hanya menggantungkan dari energi panas/ledakan BBM/Gas saja yg juga mrpakan non-Renewable energy resources (bisa lenyap pd saatnya nanti).”
    “Subsidi penuh lebih baik diberikan pada EDL daripada EDB/G, karena nanti yg juga bisa menikmati adalah warga2 kita yg miskin di ujung2 pelosok perbatasan NKRI yg kekurangan pasokan listrik, bahkan tak ada suplai listrik sama sekali! mereka lebih butuh lampu dan tipi/radio (eh klo skrg sekarang mah lebih butuh buwat charger ponsel ya? :D) daripada kendaraan motor BBM/Gas yg tak terjangkau kantong mereka.”

    Mulailah jadi manusia modern yg efisien, efektif, hemat, tepat guna/sasaran (semua bisa menikmati dan bukan cuma warga kelas tertentu saja), dan sadar akan lingkungan bersih (ramah lingkungan)…
    “Ayo siapa yg mo ikut ‘gerbong haitek modern’ ane?” 🙂 Dijamin bebas problem2 seputar BBM/Gas bo…
    Meledak kayak bom sih kagak, tapi nyetrum ngagetin sih iya.

    • oiya lupe…
      tambahan benefit dari kendaraan listrik:
      ngisi/charging energi listriknya ke batere ga butuh ke SPEL/Energi Listrik (SPBU-nya kendaraan listrik), bisa cukup dirumah ente sendiri, aliyas Bebas Antrian SPBU! sapa nyang ga mao? (ato masih pade cinte binti demen ama suasana ngantri di SPBU yg puanjaaaaaaaag dan luamaaaaaa sekaleeeee, apalagi pas Premium mo abis krn apes kena jatahnisasi dadakan? ya silahken, ga ade nyang larang bernostalgila antrian BBM nyusahin geto… kita2 masih diberikan pilihan koq).

      Nyang penting bawa tuh colokan charger 220VAC kemane2, ato batere cadangan (klo mobil/motornya ga support), jaga2 aje kalo butuh ngecas di jalanan/rumah/gedung orang.
      Ato modif kendaraan listrik ente sendiri pake panel surya buwat alternatif tambahan suplai listrik (bisa buwat charging battery juga) selain tumpukan batere Li-ion.

      Mobil listrik itu pelan/letoy? (Perne disruduk mobil golf blom? korban ampe semaput pincang2 ayan berbuse dah ade tuh)
      Noh, Tamiya racing car ntu larinye kenceng buanget ampe lompat2 bikin zeport zanthung engkong TaZ, padahal modal cuma 2 batere AA, setau ane ga selevel ama pasukan gerak jalan sepidnye, jauh banget boz!
      Nyang penting teknik modif enginenya boz!

      • pas nyolok….PLN byarr pett, mau nyolok di idung bro?? hehehe..

        mobil listrik, batre nya ada umur pakai, dan sangat mahal kalo rusak. Ini pengalaman teman sendiri di US, mobil nya batre nya tiba2 ngadat dan rusak.
        Bawa ke bengkel, biaya ganti nya 5.000usd.
        Padahal mobil baru pakai sekitar 2 tahun.

        Negara kita kaya BBM, dan Gas, tinggal yg ngurus nye aje, becuss kagak…

        Pembangkit Listrik di negara ini belum maksimal (mgkin dikondisikan gak maksimal), banyak sumber alam yg bisa dimanfaatkan, solar cell, geothermal, angin, ombak, kalo nuklir….masih rada serem, Japan aja bobol….

        • makanya ane dulu bilang PLN harus siap utk menanggung peralihan beban pemakaian energi dari kendaraan2 yg dulunya pake BBM/Gas yg dulunya ditanggung/ditangani Pertamina ke mode listrik – tinggal kesiapannya aja diatur/dikoordinasikan scr bertahap – kan pindah moda mesin transportasi ga langsung drastis gitu langsung ke mesin listrik semua, pastinya bertahap lah, dan biyar gak ditolak warga juga programnya.

          soal mahal, ini sangat umum dan wajar utk ‘barang baru’ – semua juga dah tau yg sering urusan dgn juwal-beli barang.
          saat pertama kali diperkenalkan mobil bertenaga BBM/gasoline berapa harganya dipasaran bos?
          wah ga ada yg kuwat belinya, terlalu mahal! cuma orang2 nyentrik kaya aja yg mampu beli, nyang laen cuma bisa nonton ‘barang aneh’ yg jarang lewat yg ‘ngebut’ (1-5 km/jam max) dgn suara berisik sekali dan zuper polutif asap krn saking tidak efisien mesin ICE-nya (Internal Combustion Engine), juga boros BBM sekali akhirnya (mobil2 BBM amrik yg boros BBM adalah contoh paling gampang yg fosil idupnya masih ada bersliweran disono, mangkanye ukuran isi tengkinya pake gallon bukan liter utk nunjukin seberapa borosnya mobil2 di amrik sono makanin BBM: Hummer contoh paling gampang, si raja penghisap BBM yg terkenal seantero dunia).
          tapi lihat sekarang lebih dari 1 abad kemudian, mobil2 BBM bersliweran banyak sekali dan dianggap murah harganya meski kena pajak tinggi, tidak berisik lagi dan ada optimisasi pemakaian BBM dgn sistem EFI (electronic fuel injection) yg dikontrol microprocessor agar irit BBM, plus netralisasi asap knalpot.

          mahal itu relatif, tergantung seberapa butuh anda akan barang tsb.
          kalo anda butuh sekali, maka mahalpun tetap dibeli.
          dan kalau anda pemerintah yg punya kemauan tinggi agar beres masalah macet/polusi/BBM ini terutama di kota yg diwakilinya, bisa mulai membeli sbg starting point seberapapun mahalnya dan mendorong pasar agar harga produk tsb bisa lebih murah nanti dgn banyaknya demand atas produk tsb. nanti lama kelamaan kalo sudah populer di warga, harga pasar akan menyesuaikan dgn kantong konsumen aliyas jatoh murah spt kasus ponsel yg paling gampang (emangnye dulu waktu diperkenalkan sampe 10 taon lebih ntu tukang2 sayur dah bisa beli ponsel? ga ada yg mao bos… sekarang coba liyat, pemulung aje punya bos!).

          batere mahal? kan bisa dimprove terus, baik membuat kapasitas yg lebih besar, lebih ringan, lebih kecil, dan tentunya lebih murah harganya.
          Dulu palingan paling banter bisa beli batere Ni-Cd aje itupun masih dirasa mahal. sekarang batere rechargeable jenis baru bermunculan dan berharga sama/lebih murah dari Ni-Cd dan dgn benefit lebih banyak (lebih tahan lama daya simpannya hampir setara dgn performa batere carbon-acid standar, lebih cepat waktu isi chargenya, lebih besar kapasitasnya, dst).

          Ngga perlu takut, justru daya beli yg lemah itulah yg membuat harga barang tsb sulit turun/murah (lower demand = lower production volume = higher production cost) spt yg sudah sering terjadi dari masa lalu dan tercatat dlm sejarah.
          Kadang memang kita butuh ‘orang nyentrik kokay’ agar bisa menciptakan demand besar tsb, shg uangnya bisa dipakai utk mengimprove produknya dan ujung2nya bisa membuat lebih murah biaya produksi/maintenancenya dgn demand yg besar.
          Ga percaya? emangnye dulu itu komputer IBM lebih bagus drpada Apple? insting bisnislah utk menciptakan demand besar agar produknya bisa terjangkau konsumen rumahan dgn produksi dlm volume besar/massal (outsourcing OS ke microsoft juga membantu IBM menurunkan biaya produksi drpd harus membuat sendiri OSnya yg diperkirakan bakal makan waktu lama), sedangkan Apple masih bertahan dgn model produk rumahan/garasi yg high cost biaya produksinya.
          Akhirnya Apple cuma bisa dibeli orang2 kokay nyentrik dan IBM sukses membuat produknya laku bukan cuma dibeli orang2 kokay nyentrik tapi juga konsumen rumahan biasa dan perusahaan bisnis lainnya dgn makin murahnya harga juwal produk yg ditawarkan. Padahal kalo mo bandingin spek teknisnya utk mesin yg populer pertama dulu scr head-to-head, jelas Apple punya lebih maknyus, klo ga salah sepidnye sudah bisa running sekitar 4 MHz (Motorola) sedang IBM baru bisa 1 MHz (Intel/IBM) saja, blon lagi kemampuan processing intruksinye per sekon, chip Motorola yg dipake jauh lebih tinggi drpd chip Intel/IBM, bakan bisa dibilang Apple bikin stepping stones, IBM cuma ngikutin lompatin batu yg dibuwat Apple, aliyas sering kalah teknologi. Apple dah 16-bit, IBM masih 8-bit, teyus begitu ampe era Pentium klo ga sale, saat IBM nyerah dan digantiin Intel langsung perang microprocessornya.
          Inti dari cerita sejarah diatas, barang jelek bisa laku dijuwal kalo bisa masarin dgn baik dgn harga murah.
          Kasus dgn teman anda diatas, blon bisa dipakai utk hal ini krn mobil listrik masih termasuk ‘barang baru’ tapi jika ada yg bisa juwal batere lebih murah dan biaya maintenance lebih murah, apa anda kira teman anda akan menyesal membeli dan memakai mobil listrik? waktu akan mengatakannya, krn jika ia kembali ke mobil BBM dan ternyata 5-10 taon kemudian harga spareparts dan maintenance mobil2 listrik jatuh murah dan harga BBM melonjak gila2an krn mulai menipis cadangan dunia dan ulah spekulan yg manfaatkan situasi ini, saya ingin lihat lebih menyesal mana dia: bertahan dgn ato juwal mobil listrik.
          karena jelas akibat event ini, harga juwal mobil listrik akan melonjak drastis krn kurang suplai akibat serbuan warga yg pindah ke mobil listrik tiba2 krn ga tahan dgn mahalnya harga BBM.
          apalagi setau saya, sekali kita udah seneng dgn satu barang yg lebih baru/modern, maka kalo disuruh balik lagi ke yg lama/kuno akan nolak. paling gampang soal audio mono vs stereo, sekali dah kesengsem ama nuansa stereo, maka ogah dia balik ke mono lagi kecuali terpaksa. sekali ngerasain Dolby 5.1 channel maka rasa Stereo pun dirasa ‘ada yg kurang nih kayaknya’, trus begitu, termasuk era 3D-TV/monitor, meski masih cacad sana-sini tapi yg kesengsem berat dah banyak dan ga mo balik lagi dgn Tv/monitor biasa (2D).

          Itu sebabnya yg saya usahakan dulu adalah menciptakan demand besar dulu, krn produsen kan liyat demand pasar juga, trus ada feedback demand baru dari konsumen, dan trus prosesnya begitu bolak-balik.
          soal siapa/kelas apa yg beli saya ga peduli, meski biasanya orang2 kokay nyentrik yg umumnya beli duluan – dan saya berterima kasih pada mereka ini krn berpartisipasi dlm menciptakan demand dan mengembangkan pasar produk yg dibeli tsb.
          nanti harganya akan turun 1-2 tahun kenudian dan orang2 kelas OKB bisa beli, trus 2-3 tahun kemudian kelas menengah bisa beli, 5-10 taon lagi kelas bawah, dan 20 tahun kemudian, mudah2an para pemulung bisa bawa mobil listrik kelas mini golf utk mengangkut sampah2 lingkungan ke TPSementara/bank sampah terdekat.
          Dan seluruh pelosok2 NKRI bisa terjaring listrik PLN berkat subsidi penuh kpd PLN yg dialihkan dari Pertamina yg dulunya utk subsidi BBM/Gas.
          Boleh saja Premium hilang dari pasaran (tanpa subsidi), tapi kalo solusi murahnya ga ada nanti ada yg marah lo pak BaZ… 😀
          “Create high demand and make electric cars cheap and small, Mr. BaZ! Then off you go with your ‘Say No to Premium’ project.”

          “Be optimistic my friend! Life is much better experienced in that way.” – TaZ 🙂

        • oiya lupa nambahin:

          mobil baru pake 2 tahun trus rusak itu wajar bos, garansinya aja cuman 1 taon buwat barang elektronik/listrik. speda motor BBM ane cuman digaransi 2 taon, jadi si vendor dah tau lewat 2 taon model spd motor ane bakal rusak.
          mesin BBM kudu pake ganti oli spy mesin bisa awet (ente bakal diomelin mekanik kalo coba2 bawa mobil tanpa oli aliyas kosong plong, siap2 keluwar duwit gede deh turun mesin). mungkin ini saatnya para produsen mobil listrik mulai memikirkan cara bikin mesin listriknya bisa lebih awet lagi (krn blon perne denger pake kudu ganti oli tuh mesin listriknye, CMIIW) krn sistemnya dah beda solusinyapun beda, mungkin bisa dilengkapi dgn pendingin rotor dan bearing tahan panas/gesek dgn teknologi baru?

          Negara kita tidak kaya BBM, kalo gas mungkin. semuanya sporadic kantung2 minyaknya dan tidak punya cadangan besar spt di wilayah arab sono dari hasil eksplorasi yg sudah2 (klo cadangannye besar, tuh kilang2 dan silo2 dah dibikin disini semua bos, ngapain ekspor mentah langsung keluar negri).
          laen kalo gas, kita emang punya cadangan besar dan sayangnya belum maksimal dimanfaatkan demi kepentingan bangsa sendiri. Kasus PLN minta gas ‘ga dikasih’ yg menjerat pak DI contoh paling gress – kita butuh koq ga dikasih, aneh kan? gas punya kita sendiri koq malah milih diekspor saja langsung keluwar negri, ada apa ini?
          Tapi ane lebih tertarik dgn potensi energi2 terbarukan/renewable energies daripada BBM/Gas yg bisa lenyap/habis nanti, krn ane berpikir jangka panjang, bukan cuman buwat sepanjang seumuran ane aja waktu idupnya.
          Energi Panas Bumi/geothermal di Indonesia jauh lebih potensial digali drpada gas/BBM, scr wilayah kita ada diatas “Ring of Fire” hotspots, hasil energinya dikonversi ke listrik langsung via cara kuno: “electric-generators connected to turbines and water vapor will propel/drive them to create electric energy.” Modalnya aja bisa dibilang cukup murah dan gampang, alirkan air lewat pipa ke bawah tanah tempat ditemukannya hotspot tsb dan uap panasnya ditangkap pipa kedua yg mengalirkan ke turbin2 uap, trus kondensasi jadi air dan berulang lagi, kirim air ke bawah tanah lagi spt semula trus berulang begitu.
          cuman wajib diperhatikan pipa2nya harus tahan tekanan uap yg tinggi dan kedap bocor ‘angin’ spy optimal.
          Jumlah hotspot2 geothermal ini yg perlu terus dieksplorasi agar PLTPB/PLGT (Tenaga Panas Bumi/Geo-Thermal) bisa dibangun lebih banyak lagi di seluruh Indonesia agar kapasitas listriknya yg dihasilkan bisa lebih besar scr total.
          Kalo soal LTS/Listrik tenaga Surya dah jelas ya brow… tinggal banyakin produksinya biyar lebih murah harga per unitnya shg mudah2an bisa dibeli para PKL 24 jam dgn mudah dan murah agar mandiri listrik.
          tenaga Angin, ombak, dst masih perlu dikaji dulu lebih jauh di negara kita, terutama biaya bangun+operasi vs hasil – tapi pastinya kincir angin memang butuh daerah yg sering dilanda angin ribut supya bisa optimal hasilnya, krn angin tidak selalu kontinyu ada di Indonesia, musti disurvey dulu mana daerah2 potensialnya. Kalo ombak, blon banyak yg manfaatin dan hasilnya tidak besar setau ane dulu, jadi ane kira negri kita bakal ntar dulu deh ama nyang ini – ga tau deh kalo ada trobosan baru di bidang utilisasi water-wave energy ini utk bikin tenaga listrik agar lebih besar hasilnya per unit.

          Dan jangan pesimis dulu dgn energi nuklir.
          nuklir yg dimaksud umum kan fisi nuklir (pecah), tapi pada lupa ada jenis fusi nuklir (gabung) dlm pemanfaatan energi nuklir ini – test bom hidrogen oleh USA adlah contoh paling fenomenal utk unjuk gigi betapa hebatnya energi fusi nuklir yg tak terkontrol.
          fisi nuklir ampasnya emang berbahaya, tapi fusi nuklir ampasnya cuma aer murni bos.
          ada terobosan2 baru utk urusan nuclear safety nanti. apalagi kalo ada yg berhasil nemuin cara mudah dan efisien pemanfaatan teknik fusi nuklir dingin dgn cukup memakai atom2 hidrogen dan turunannya (aer ‘berat’?). Pengontrolan besar energi nuklir adalah aspek utama dlm pemanfaatan energi panas nuklir, baik mode fisi atau fusi, supaya tidak jadi ‘bom waktu’ akibat ledakan energi panas yg tak terkontrol.
          Apa perlu dipecah2 lagi unit sumber energinya (misal dulunya pake 1 rod ukuran 1 mm, nanti dibatasi pake 1/2 rod ukuran 0.5 mm saja agar berkurang intensitas ledakan jika terjadi masalah ‘lepas kontrol’ nanti ato limiter rods dibuat lebih efektif dalam membatasi jumlah partikel2 yg ngacir lewat scr cepat dan pasti) agar lebih mudah dikendalikan jika lepas kontrol nanti atau apa – we still don’t know yet.
          Kita tunggu saja perkembangan seriusnya nanti.
          “Just be optimistic to good things!”

          Eh, ane mo ngaso dulu deh, tiker ane baru dibalikin abis dicopet ame si ipin ca-ca-cad tadi.
          bye!

          • Oiya, sedikit nambahin:
            Scr umum wilayah Jawa Timur adalah daerah sumber potensial energi Geo-Thermal dan Gas Bumi.
            tragedi “Lumpur Sidoarjo” adalah contoh pas utk energi geo-thermal jauh dibawah tanah sana. semburan campuran air panas bercampur tanah (= lumpur panas) menunjukkan area dibawah Sidoarjo ada sumber panas bumi yg cukup dekat shg mampu mendorong air naik keatas akibat efek pemuaian zat akibat panas yg dapat mendorong air terpanaskan tsb keatas. airnya darimana? kemungkinan besar, antara air tanah biasa atau air laut, atau campuran keduanya, krn wilayah Sidoarjo dekat laut juga dan adanya lumpur juga bisa berarti ada daerah berlumpur dekat laut/rawa yg tanahnya ikut kesedot ke arah lokasi titik semburan keatas itu atau bisa juga air tsb baru bercampur dgn tanah disekitar titik semburan yg panas yg mempercepat proses pencampuran air+tanah = lumpur.
            Adanya gas yg mudah terbakar yg keluar di titik semburan (bukan hanya ada di Sidoarjo saja, tapi di beberapa tempat lain di sekitar Sidoarjo yg pernah dilaporkan ada munculnya titik2 semburan baru bercampur gas atau murni semburan gas2 kecil shg terbentuk efek “nyala api abadi” spt yg sudah diketahui warga sekitar dan laporan berita, di Madura/Bojonegoro contohnya) juga menunjukkan kemungkinan wilayah sekitar Sidoarjo ini juga sumber gas alam flammable. tapi potensi komersilnya perlu diuji/diteliti lebih lanjut krn banyak yg bercampur dgn gas H2S yg bau amis/anyir itu (normal, tapi makin sedikit kandungan H2S/sulfur-nya akan makin baik kualitasnya), shg jadi merendahkan tingkat kemurnian gasnya, shg bikin kurang baik kualitasnya sesuai standar pasar BBM/gas dunia.
            Yg diperlukan/diambil sbg gas komersil layak juwal (spt LPG/LNG) adalah gas butane/propane (C4H-/ C3H-) yg sedikit kandungan racun gas methane (CH4) dan gas H2S-nya (makanya sering sengaja dibakar di kilang penyulingan).

            Jadi waspada aja buwat warga yg masih tinggal disekitar wilayah Sidoarjo, wilayah dibawahnya mengandung potensi semburan gas alam yg besar (daerah dgn kantong2 gas alam besar dibawahnya) selain energi panas bumi yg potensial dimanfaatkan jika jarak sumber panas-nya dekat dgn permukaan tanah.
            Munculnya titik2 baru semburan gas/lumpur/air disekitar Sidoarjo sudah bukan hal aneh lagi bagi ane, sudah diperkirakan jauh2 hari sejak tragedi lumpur Sidoarjo muncul dan penampakan2 mirip lainnya disekitar situ (di pojok dinding rumah warga, sekolah, kebun, dst) bahkan di Madura.
            Ada yg berminat eksplorasi lagi? tapi buwat potensi gas dan geothermal nya… bukan demi minyak/BBM yg sptnya kurang banyak cadangannya disitu.

            Mohon maap ye kalo analisa ane sale… namanya juga analisa amatiran ala engkong2 gan… hehehe… 😀

        • Sedikit tambahan lagi, baru inget sekalian ajah masuk:

          Selain meningkatkan kapasitas suplai dari PLN sendiri utk menghadapi naiknya pemakaian daya utk charging mobil2 listrik ini self-service di rumah2, dan utk menghindari problem listrik byarpet karena kapasitas listrik terbatas di rumah konsumen (spt yg dialami sdr Wirss, aliyas dibawah standar normal ukuran kota besar 🙂 yg umumnya 1300 Watt adalah yg paling rendah utk residensial dan 2200 watt adalah standar terendah utk bisnis), maka perlu dibuwat cara alternatif utk pengisian energi listrik tanpa perlu melibatkan proses charging batere yg lama dan kapasitas daya listrik yg terbatas di rumah konsumen, yaitu dgn cara:

          (Hal ini sudah pernah ane utarakan dulu, tapi ane ulangi saja lagi disini biyar jelas utk semuanya, kali2 aje ada yg blon tau.)
          Kita pakai saja cara Pertamina menyalurkan gas elpiji ke warga/konsumen.
          Kita perlakukan batere mobil/motor listrik spt tabung gas elpiji dimana ada standarisasi utk tabung/batere dari Pertamina/PLN itu sendiri (SNI utk tabung/batere), dan konsumen tinggal menukarkan tabung/batere yg telah kosong dgn tabung/batere yg telah terisi penuh, cukup beli isinya saja (gas/e-charge) di SPBU/SPEL terdekat atau di toko2 penyalur gas elpiji/batere MoLiN (Mobil/Motor Listrik Nasional). Jika tak mau beli isi batere ala elpiji, dan mau nunggu selama waktu charging batere ala SPBU ya silahkan isi langsung aja di SPEL/Energi Listrik yg juga tersedia selain melayani beli isi batere dan beli batere baru full-charge, shg listrik di rumah anda tidak perlu byarpet lagi dgn alasan apapun (ga ada yg bisa dimatiin/ngalah dulu, kapasitas daya rumah terlalu kecil bahkan utk charging 1 batere aja, dst) ketika charging batere.

          Di setiap batere (kering/gel) diharapkan ada meter terpasang utk keperluan test Ampere dan Volt, tinggal pencet tombol langsung terlihat berapa ampere/volt di batere tsb, jadi tak perlu lagi pake multitester terpisah utk mengetahui kondisi isi batere (kecuali gak percaya ama meterannya PLN :D).
          Batere MoLiN ini saya harapkan jadi standar bagi batere mobil2 listrik di Indonesia dan kalau bisa dunia, yg bersifat mudah utk dibongkar-pasang spt halnya batere size AA/AAA yg sering dipakai di barang2 elektronik.
          Karena jika belum adanya standar dunia yg mengatur soal portabilitas batere2 yg dipakai di kendaraan2 listrik (mobil/motor) maka kita perlu membuatnya supaya mudah dipakai di kendaraan listrik manapun yg mengikuti standar dunia ini.
          Apalagi ketika ane mendengar produk2 mobil listrik lokal yg rencananya bahkan tidak memiliki batere cadangan, maka standarisasi batere mobil listrik ini perlu sekali, agar vendor mobil/motor listrik cukup membuat port utk menampung batere (tempat batere) saja beserta plug/elektrodanya (utk konek ke batere buwat ambil listrik dari batere) yg mudah/cepat digunakan dan user tinggal tancep batere spt masukin batere AA ke kotak batere AA di remote.
          Dgn begini, vendor tidak bisa mamaksa user lagi agar nrimo aja beli mobil yg ga punya batere cadangan, aliyas user bisa bawa batere cadangan sendiri kalo perlu, dan berapapun jumlahnya terserah maunya user.
          Tinggal ganti batere aja dgn mudah/cepat kalo dah abis, dan ngacir lagi dah tuh MoLiN (ga lucu klo abis batere kayak situasi mobil BBM mogok aje, die aja bisa bawa BBM cadangan sendiri, masa mobil listrik malah ga bisa support batere cadangan sama sekali? aneh… ga sesuai dgn pola pikir modernisasi yg juga mewajibkan efektifitas dan efisiensi selain hemat).
          Intinya batere MoLiN ini cara masangnya ga perlu serepot masang batere aki/accu yg kudu bawa obeng/kunci pas, cukup spt masang batere AA/AAA aja, tinggal langsung masuk kotak batere dan langsung konek (ato pake sistem lever/tuas-kunci juga boleh, utk mastiin koneksi 100% ke elektroda batere, yg penting simple/gampang/cepat shg ga repotin user).

          Nantinya, ane harap batere MoLiN ini jadi dasar standar PLN utk setiap batere mobil listrik buwatan lokal yg beredar di RI, shg jadi lebih mudah pemasarannya dan penerimaannya nanti (atur aja sendiri antara PLN dan pihak2 terkait gimana sebaiknya, apa perlu bikin badan tersendiri utk ngurusin masalah ini, terserah).
          Standar batere MoLiN/PLN ini dirancang demi kemudahan pemakaian shg bisa tinggal langsung dipasang/dipakai di mobil2 listrik lokal mana saja tanpa perlu adapter apapun lagi (jika beda spek plug/kontak batere) ato peralatan2 khusus lagi (obeng/kunci pas/dst). Kalau mobil2 listrik impor mo ngikutin standar batere milik PLN/MoLiN ini silakan, boleh2 aja, bahkan dianjurkan, agar bisa diterima scr massal dan mudah di seluruh Indonesia spt halnya tabung gas Elpiji milik Pertamina itu.

          @Sak: Mudah2an yg ini tidak terlalu panjang lagi ya… 😀
          Krn ane butuh sampaiken soal batere ini juga biyar lebih trang-jlas masalah seputar mobil listrik, dan MoLiN pd khususnya.
          Thanks!

  12. saran ni utk pak basuki

    mending subsidi bensin ada di awal pembelian kendaraan aja.
    harga kendaraan yang tadinya seharga 10jt di subsidi misal 20% (tapi yg hanya di bawah 125cc utk motor dan di bawah 1100cc utk mobil)tapi dengan catatan bukan kepemilikan kendaraan nya yg ke dua ke atas. ya secara tidak langsung si pemilik hanya dapat subsidi atas 1motor n 1mobil. kalo ada lebih maka ya kendaraan selanjutnya ya gak dapat subsidi
    maka harga bensin bisa kita jual dengan harga standart (jadi gak udah di hilangkan)
    dan utk pajak tahunannya hanya di berikan diskon hanya 5 tahun… selepas 5 tahun maka pajak nya hrs agak tinggi/normal(jadi saling bisa subsidi silang)

    na bagaimana kl kendaraan yg beli seken atau motor sdh tua…? ya kan emang sudah resiko beli nya…
    dan kita juga bisa “meremajakan” secara tidak langsung kendaraan yg ada.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here