Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai pelaksanaan kebijakan pembatasan kendaraan melalui sistem 3 in 1 efektif mengurangi kemacetan di Jakarta pada jam-jam sibuk. Oleh karena itu, menurutnya, kebijakan 3 in 1 tidak akan dihapus.
“Nah, kalau kita menghilangkan kebijakan 3 in 1, bagaimana ya? Sekarang kita lagi pikirkan apakah harus ada kombinasi ganjil genap dan 3 in 1. Jadi kebijakan 3 in 1 tidak usah dihapuskan karena terbukti efektif mengurangi kemacetan,” kata Basuki di Balai Kota Jakarta, Senin (25/2/2013).
Basuki pun memberi contoh kemacetan yang terjadi di Jalan Gatot Subroto. Menurut Basuki, sejak diberlakukan 3 in 1 di kawasan tersebut, hampir 70 persen kemacetan lalu lintas berkurang saat penerapan kebijakan itu. Apabila kebijakan 3 in 1 diganti dengan penerapan ganjil genap di Jalan Gatot Subroto, Basuki khawatir hal itu akan menambah kemacetan hingga 40 persen. Basuki pun mengatakan akan menguji coba penerapan sistem itu di rute transjakarta koridor I, Blok M-Kota.
“Makanya, saat ini sedang dipikirkan, sistem ganjil genap akan diterapkan di jalan sepanjang jalur Koridor 1, yaitu Blok M-Kota. Tapi, kalau hanya bergantung pada satu koridor saja, dan tidak membangun jaringan transportasi, maka ujung-ujungnya akan mentok seperti jalan layang non-tol Antasari yang tidak dibangun secara menyeluruh,” kata mantan Bupati Belitung Timur itu.
Menurut Basuki, sebelum menerapkan sistem ganjil genap, fasilitas transportasi massal pun harus dapat diperbaiki Pemprov DKI. Dengan hal ini, warga pun akan lebih konsisten untuk menggunakan transportasi massal atau umum, dan mengantisipasi pembelian kendaraan pribadi baru atau membeli pelat nomor baru.
“Nah, itu belum diputuskan, apakah akan dikombinasikan antara ganjil genap dengan 3 in 1. Tapi intinya, kita ingin melakukan pembatasan kendaraan supaya dapat memindahkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum,” ujar dia.[Kompas]
Terkait:
ayo dukung DWITUNGGAL JOKOWI-BASUKI for president and vice president
Bagaimana dengan sepeda motor pak?
Semoga tidak kena aturan ganjil genap juga ya
setuju Pak…asal transprotasi aman, nyaman, jalur busway steril sehingga tepat waktu (per 5 menit lewat misalnya), masyarakat pasti pilih transportasi publik ketimbang pakai kendaraan pribadi..karena muaaacet…Motor juga ya Pak dibatasi, kalau ngak kayak di vietnam, dominasi oleh motor dan mereka cenderung ugal-ugalan dan seenaknya saja kalau jalan..tidak tertib dan disiplin dalam berlalu lintas….SAlam…Go JB
gimana dengan bus-bus mayasari, ppd, kopaja, deborah, kowan bisata, dll yang dari luar jakarta kyk depok, tangerang dan bekasi? apakah ada terobosan untuk meningkatkan kualitas moda transportasi publik yg lawas ini?
saya akan dengan senang hati meninggalkan motor dan naik bus jika sudah tepat waktu, aman, dan nyaman 🙂
Bp jokohok,,Ri1 Ri2 di 2019,,kami di branda depan nkri menunggumu pak,,,
kami di parbatasan butuh pengayom pemimpin sepertimu pak,,agar kami punya jalan layak,,punya listrik,,punya sinyal komunikasi di kampung2,,,
sehat selalu pak,,,kami menunggumu.!!!!!!!!
tinta stiker untuk warna merah dan hijau, paling gampang luntur…jangan belum satu tahun sudah harus ganti stiker lagi, bisa pemborosan….
kenapa ga ERP aja langsung, pemasukan juga langsung mengalir masuk kas pemprov, rasanya beli alat ERP 500ribuan untuk dimobil, masyarakat sanggup…!kalau ada yg melanggar denda 1 juta, gratis alat ERP…
Usul :
Ganti warna Plat Nomer Kendaraan, misalnya:
Ganjil : Merah
Genap : Hijau
Memudahkan Polisi membedakannya
perhatikan jg, fenomena kalo hari libur anak sekolah, kenapa jalan relatif lebih tidak macet…
apa perlu disediakan bus TJ khusus anak sekolah, dengan titik jemputan tertentu?
motor harus dibatasi pak. sudah over populasi nya. dan sebagian besar attitude nya tdk layak punya SIM.