Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama, Rabu (27/3) melakukan rapat terkait pembenahan Jalan S. Parman terutama jarak jalan antara Mal Taman Anggrek dan Cintraland yang hingga saat ini sering terjadi penumpukan kendaraan di ruas jalan tersebut.
Usul saja Pak…kenapa tidak dibuatkan saja peraturan antara akses masuk Mall dengan akses keluar mall dibuat berbeda saja…Contoh, arah masuk melalui S.Parman, tapi akses keluar mall tidak boleh ke jalan S. Parman, tapi harus melalui arah jalan Panjang…Untuk Citraland akses masuk via S.Parman (kalau memungkinkan) dan akses keluar via Daan Mogot…jadi kendaraan tidak pada numpuk dan memperlambat jalan di S.Parman..Mudah-mudahan bermanfaat pak…Salam..Go..JB
Kalo Citraland, relatif sdh bagus penataan pintu2 masuk nya.
Kalo MTA dan Central Park, yg sebelah2an…ini yg suka bikin macet, krn ruas jalan nya kecil dan dekat sekali dgn perempatan tomang. Paling cara nya adalah, dilebarkan ruas jalan nya. Dan diberi Jalur sendiri dgn pembatas, untuk masuk ke Mal tsb. Jadi jatah jalan raya umum, tdk terganggu.
Jalan arjuna/sisi tol, dari belakang MTA, juga di bbrp lokasi, ada bottle neck, ini sering menyebabkan kemacetan. Entah kenapa dulu nya, waktu dibangun, bisa mengecil di bbrp lokasi.
Pak mo share dikit nich.
Dari pengamatan saya, kadang2 macet dijalan sekitar shopping center atau mall bukan hanya karena jalannya yang (mungkin) mengecil, tapi di karenakan hal hal lain seperti dibawah ini :
1, Banyak kendaraan umum yang berhenti di sekitarnya, terutama di Jakarta yang kendaraan umumnya boleh berhenti seenak jidatnya saja (saya sering bilang kalo ada lomba service menerima dan menurunkan penumpang di bis2, team dari Indonesia pasti menang total, karena bis kita pan bisa nurunin ato naikin penumpang di mana aje, di tengah jalan juga boleh tu).
2, Banyak orang2 yang jalan atau nyebrang seenak jidatnya juga di sekitar shopping center atau mall.
3, Banyak pedagang yang berjualan di sekitar shopping center atau mall (makai push cart).
4, Sistem parkir yang masih berantakan, berapa banyak shopping center atau mall yang karena setiap kendaraan mau parkir mesti mengambil tiket parkir, dimana karena sistemnya yang kurang benar atau karena box tempat mengambil tiket terlalu dekat dengan jalan utama sehingga mobil2 mengantri panjang demi untuk mengambil tiket parkirnya.
5, Jalur keluar dari shopping center atau mall yang terlalu dekat dengan perempatan atau pintu jalan masuk tol atau dekat tikungan atau dekat lampu merah, plus ditambah rambu2 yg ngak cukup atau ngak benar plus petugas yang cuek bebek. Akibatnya berapa banyak kendaran yg keluar dari shopping center atau mall bisa langsung motong dari kiri ke kanan karena mau belok atau masuk ke jalan tol, nah akhirnya ya jlimet de.
6, pintu masuk dan pintu keluar yang terlalu dekat, coba bayangkan, karena mau ambil tiket, kendaraan pada antri panjang sampai ke jalan utama, eeeeee banyak kendaraan yang keluar pula dari shopping center atau mall ditambah mau nikung pula, jadi de benang kusut.
Usul :
1. Belokan dari S.Parman ke arah Cengkareng diperlebar. Sebagian area parkir hotel Citraland dipangkas untuk pelebaran jalan.
2. Arah putar balik depan hotel Citraland (kolong jembatan) ketinggian aspalnya terlalu tinggi, memperlambat kecepatan kendaraan yang mau berputar. Resiko bagi sedan, bempernya bisa mentok aspal. Mohon ketinggian aspalnya dapat dibuat lebih landai.
3. Perlu jalan alternatif dari MTA langsung ke tomang, tanpa melalui Citraland. Mungkin dari Jl.Arjuna sisi tol, bisa dibuatkan jalan tembus langsung ke arah perempatan tomang.
Terimakasih.
Setuju.
Antar mall juga seharusnya terhubung seperti di singapura.
Kalau jalan dilebarkan, mohon tetap buat trotoar yang nyaman, air mancur didepan taman anggrek semestinya membuat daerah s parman menjadi indah dan menyejukan, sayang sekali dibongkar, kalau ada alternatif yang membuat lebih indah sih gak apa2.
Di singapure semua jalan indah dilihat
Usul:
Karena sepanjang jalan S.Parman mulai dari Grogol sampai persimpangan Tomang merupakan jalur komersial dan Pendidikan, sebaiknya beberapa perubahan bisa diterapkan:
1. Lebar trotoar 5-10m yg memungkinkan masyarakat, pelajar, mahasiswa untuk berlalu lalang tanpa menggunakan kendaraan.
2. Penghijauan dengan pohon yg teduh agar membuat nyaman pejalan kaki berlalu lalang.
3. Trotoar diberi patok besi agar tidak ada motor yg berjalan di trotoar dan Lampu Penerangan agar mengurangi potensi kerawanan.
4. Disediakan Toilet umum koin (seperti diluar negeri).
Untuk jalan S.Parman mulai dari Tomang ke Slipi, karena banyak terdapat perkantoran dan institusi (kepolisian, pengadilan):
1. Harus ada gedung parkir yg memadai karena di depan kantor polisi, justru banyak mobil parkir di jalan dan trotoar.
2. Lebar trotoar 5-7m dengan Penghijauan yg baik dan Lampu Penerangan.
Sarana Transportasi:
1. Sterilisasi jalur Busway (peninggian separator)
2. Disediakan BUS COMMUTER LINE yg beroperasi hanya di sepanjang jalan S.Parman (Grogol – Slipi) saja, gunanya membantu mobilitas masyarakat yg mau menuju kawasan komersial (Mall Taman Anggrek, Central Park, Ciputra Mal), Kampus (Tarumanagara, Trisakti, Ukrida), Perbankan (BCA, Bukopin, Mandiri) dan Perkantoran.
Menurut saya, kalau S.Parman dijadikan percontohan seperti yg saya usulkan diatas, akan berdampak positif terhadap kemacetan dan polusi di sekitar S.Parman.
demikian dari saya.
terima kasih
Pak Bottell nek/penyumbatan di Pancoran gatot subrto sisi pintu masuk tol Pancoran(ex.MBAU)sebaiknya dilebarkan selalu membuat macet di pagi hari,seperti janji Ahok dulu.
Saya mengusulkan agar
1. GERBANG MASUK toll di dpn bekas kantor walikota Jakbar di rubah menjadi GERBANG KELUAR toll saja.
2. Akses ke Jembatan layang yang menuju Tol Kb Jeruk juga di tutup, sehingga pengguna toll dalam kota dari arah pluit bisa langsung akses. Untuk mencegah mobil tinggi (truk besar) melintas di jembatan layang tsb, maka buatlah palang dengan ketinggian 3 (tiga) meter
3. Bagi kendaraan besar/truk yang akan menuju ke tol Kebon Jeruk, mereka bisa gunakan jalan datar melalui lampu merah tomang.
4. Perbesar jalan inspeksi Tomang Banjir Kanal dan Jl Bakti agar bisa dijadikan alternatif
5. Perbesar jalan inspeksi Setiakawan( dari arah roxy ke Latumeten city) sehingga ini dapat dijadikan alternatif untuk pengendara dari arah roksi, kemakmuran yang akan mengakses toll dalam kota di gerbang masuk Latumeten.
6. Toll dalam kota pada setiap sore macet hingga ke sekitaran pasar minggu dikarenakan terjadi penumpukan kendaraan yang akan keluar di gerbang Slipi (depan slipi Plaza), saya sarankan dibuatkan gerbang keluar juga di depan Central park seperti dulu atau dibuatkan gerbang keluar tambahan di Latumeten, krn sekarang gerbang keluar terlalu jauh dari Slipi lalu ke Angke
(Jelambar).
Usul pak Joseph soal pengadaan bus Commuter Line sangat bagus. Dana pengadaan bisa dimintakan gedung2 yang akan disinggahi. Sedangkan biaya tiketnya bisa didesign seharga 1000 atau maksimal 2000/kali jalan jauh dekat. Jika ada 20 bus melayani lintas grogol slipi bolak balik dengan pemberhentian di Untar, RS Darmais, BCA, Barito, Slipi, Slipi plaza, Perempatan tomang, MTA, CP, Citraland. Maka mobilitas masyarakat akan sangat terbantu serta efisien.
Saya 40thn tinggal di jl.taman s parman, dan sangat paham sekali perubahannya di jalan tsb.
Yang namanya macet, biar diapain juga, jalan ini tetap macet, dan akan semakin macet, kecuali jam 2 malam.
YANG PENTING JALAN JANGAN ADA YANG BERLOBANG, ITU SUDAH SANGAT MEMBANTU SEKALI
bukan jalan s. parman aja yang macet, tapi di jalan raya pakin (pasar ikan
) menuju jalan lodan raya jakarta utara tiap hari macetnya luar biasa, untuk itu bapak gubernur dan wakil tolong tinjau lokasi ini untuk mencari solusi kemacetan.