Ahok.Org – Pemprov DKI akan mengerahkan 200 alat berat, untuk melakukan normalisasi sungai yang berada di wilayah DKI Jakarta. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut pria yang memulai karir sebagai Bupati Belitung Timur itu, normalisasi sungai masih terus berjalan. Pihaknya sudah menargetkan sebanyak 100 alat berat untuk diturunkan. Bahkan, dia menargetkan akan mendatangkan 200 alat berat, untuk melakukan pengerukan sungai-sungai yang di Jakarta.
“Normalisasi jalan terus. Awalnya kami menargetkan 100 alat berat, tapi kami mampu menerjunkan 200 alat berat,” ujar Ahok, di Balai Kota DKI, Jakarta, Senin (8/4/2013).
Pemprov DKI mengklaim, saat ini telah menurunkan sebanyak 57 alat berat di semua sungai dan waduk yang ada di Jakarta.
“Sampai hari ini udah 57 kami kerahkan untuk mengeruk waduk dan sungai,” jelas Ahok.
Namun, Wagub mengakui, saat ini pengerukan sungai hanya dilakukan 2-3 jam setiap harinya. Itu dianggap kurang. Oleh karena itu, Wagub mengintrusikan Suku Dinas (Sudin) terkait, untuk mengevaluasi dan bergerak turun kelapangan.
“Kasudin yang tidak mematuhi instruksi, maka akan kami copot. Karena, kami ingin pengerukan dilakukan secara rutin,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana pengerukan sungai atau proyek Jakarta Emergency Dredging Inisiative (Jedi), sedianya akan dibantu oleh pihak Bank Dunia (World Bank).
Namun, belakangan bantuan tersebut kemungkinan dibatalkan Pemprov DKI, lantaran persyaratan yang terlalu memberatkan pihak Pemprov DKI.[Sindonews]
Pak Wagub yang terhormat,
Kali jelankeng merupakan perbatasan antara jakarta utara dan barat dari kali pakin, normalisasi kali jelankeng terhenti.
Normalisasi kali pakin menuju kali jelankeng terhenti, kali jelankeng sangat dangkal dan menyempit juga banyak sampah, tidak tahu sebab apa tidak dikeruk padahal merupakan lanjutan dari kali pakin dan waduk pluit.
seperti nya pak wagub harus sidak ke kali pakin dan jelankeng, seperti waktu pak jokowi sidak ke kali pakin dan mereka semua dinas sibuk dan menurunkan alat berat ke kali dan pura pura keruk di depan pak jokowi.
penyakit lama kambuh kembali, coba evaluasi lagi Kasudin yg terlibat pengerukan sungai dan kebersihan pembuangan sampahnya…..
rasanya seperti ada tangan-tangan kotor, mau ngobok-ngobok pembaharuan sudin-sudin, yang dinilai mau kerja maksimal buat Jakarta Baru….
memang sebaiknya, yg tidak mampu menjaga etos kerja, mundur aja…!!!
Mulai panas nih pak WAGUB, 200 alat berat harus didukung 100 loader dan 300 dumptruck. Tiap lokasi proyek harus ada Time Schedule (TS) dan menggunakan Critical Path Methode (CPM) agar mudah dikontrol oleh pak WAGUB. Kalo pak SUDIN gak bisa buat TS dan CPM di copot aja pak.
Pengawasan melekat pak , siapapun yg mengganggu kinerja, apakah dari intern SUDIN atau dari org setempat, harus di tertibkan. Pidana kalo perlu.
Jika memang pekerjaan harus berhenti, berikan papan pengumuman di lokasi, alasan nya apa?, jadi warga tau, kenapa terhenti.
Apakah berhenti sesuai prosedur atau bentuk pelanggaran.
Jadi saat dilaporkan ke wagub/gub, warga bisa jelaskan. Ada pengumuman spt itu.
Sudin jangan melapor ABS aja….
Kalau cuman 2-3 jam sehari pemakaian alat beratnya, nga ada guna pak Wagub. mau 200 alat berat skalipun mubasir. lakukan saja siang dan malam sekaligus. smpe bnar2 bersih. satpol pp, lurah, rt/rw, satpam rt diberdayakan utk jaga kebersihan sungai. hukuman berat utk yg ketangkap basah buang sampah ke kali. spt: hukuman kerja sapu jalanan, cat dinding kota. dsb. klo smpe 3x kejadiannya, usir dari jakarta slama 3-4 tahun. knapa sih nga bersikap tegas aja pak Wagub ?
Non Grace, jangan galak2 dong ntar ilang caemnya. Perlu diteliti kenapa alat berat hanya bekerja 2-3 jam perhari, apakah karena kekurangan loader dan dumptrucks, lokasi pembuangan/penimbunan yg jauh dsb2. Tapi saya sangat setuju untuk pemberdayaan RT/RW/Kelurahan karena memang merekalah ujung tombak kemasyarakat.
Padahal kalau mau menyewa alat berat minimal per hari 8 jam diluar biaya solar dan operator, kayaknya harus dicopot tuh dinas pu minimal penanggung jawabnya
Saya dengar gaji pegawai DKI besar . Ya gak apa-apa tapi kinerjanya harus sesuai dengan pendapatan. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengawasan pegawai untuk membantu Pak Wagub. Jangan sampai Pengawas kolusi dengan yang diawasi nanti mubazir pengawasannya. Hasil pengawasannya terhadap Pejabat-pejabat tertentu seperti para Kasudin dll secara periodik agar diumumkan dan dibuatkan nilai rapornya. Kalau ada angka yang kurang agar yang bersangkutan memperbaikinya pada periode berikutnya. Adil kan, jadi masih ada kesempatan memperbaiki diri. Juga kriteria penilaian untuk jenis pekerjaan harus dibuat agar tidak sembarangan menilai misalnya Alat pengeruk harus ditentukan lamanya beroperasi, kalau kurang berarti mengurangi nilai kinerja.