Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) mengatakan, saat ini pihaknya bersama PT MRT Jakarta sedang menyiapkan seluruh berkas administrasi terkait rencana pembangunan proyek MRT.
Termasuk juga, peraturan gubernur (Pergub) dan peraturan lainnya yang akan menjadi payung hukum pelaksanaan pembangunan MRT.
“Semuanya sedang kami siapkan. Begitu juga dengan BPKD (Badan Pengelolaan Keuangan Daerah) yang mempersiapkan masalah finansialnya. Diharapkan dari pengumuman sampai siap kontrak perlu turun duit lagi berapa nih. Nah, mungkin akhir bulan ini akan bisa diumumkan siapa yang menang,” kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Selasa (9/4).
Setelah pengumuman pemenang lelang, Ahok menambahkan, proses akan dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak. Sesudah itu, harus dipikirkan bagaimana mengatasi kemacetan yang dapat ditimbulkan saat konstruksi fisik dilaksanakan. Kemungkinan besar akan dilakukan pengalihan lalu lintas dengan sistem buka tutup di jalan yang terkena pembangunan MRT.
“Kita harus tanda tangan kontrak. Kemudian harus dijabarkan bagaimana buka jalan dan dipikirkan bagaimana mengatasi macetnya. Misalnya Sudirman atau Gambir, jadi ada lobang yang harus ditutup ada yang harus dibuka di stasiun itu teknis lah,” jelas Politisi Gerindra itu.
Selain itu, sejak Jokowi menunjuk Dono Boestami sebagai Direktur Utama (Dirut) PT MRT Jakarta, Dono enggan berkomentar dan memilih tutup mulut saat ditanya progress reports MRT. Namun demikian, Ahok justru mendukung langkah Dono itu.
“Bagus dong. Ya kerja aja, biar dimatengin semua. Kalau nanti sudah beres, baru nanti Dirutnya yang ngomong,” tandasnya.[Merdeka]
Pak Jokowi dan Pak ahok yang kami banggakan,
Kami mendukung bapak untuk segera memulai konstruksi MRT. tapi saya ga setuju mrt dibangun elevated gitu (gak pantes n endah banget diliat). kl mau elevated dipinggir kota lah, jangan ditengah kota. misal dari bekasi timur sampai cawang. Jakarta semakin hari semakin semerawut, amburadul, keras, membuat kami para pekerja benar2 peras baju, otak, energi setiap harinya. bahkan hari sabtu yang libur kerja pun menjadi ikut2an keras seperti hari
kerja biasa. ketika pulang kerja, langsung terbayang oleh saya harus mengalami macet yang sejadi-jadinya. perasaan kesal bercampur aduk dengan lelah dan stress
di jalan. kesalnya kenapa macet dah berpuluh-puluh tahun gak bisa diatasi. sambil menggerutu dalam hati, “dulu gimana sih desain tata kotanya kok bisa amburadul begini”
kenapa jalan gak dibuat lebar2. kl blm punya uang untuk buat jalan yang lebar, kenapa gak menyisakan tanah ditengah2 jalan biar kedepannya kl dah ada uang yah tinggal dilebarkan seiring dengan
petambahan jumlah kendaraan dan penduduk. buntut2nya kan kayak sekarang, mau lebarin jalan susah, pembebasan lahan yang butuh dana besar, waktu lama, sosialisasi, negosiasi. jalan pintas pun ditempuh
jalan layanglah dibangun buat nambah rasio jalan. kl gitu kan secara estetis kota kurang bagus.