Ahok.Org – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta saat ini terus mencoba mengembangkan transportasi massal di ibukota. Agar transportasi berkembang, Pemprov DKI ingin memaksa orang lepas dari kendaraan pribadinya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama (Ahok) mengatakan, pihaknya ingin menciptakan sistem tiket elektronik untuk semua moda transportasi di Jakarta, sehingga masyarakat bisa migrasi menggunakan transportasi umum. Ahok ingin mencari sebuah tempat luas untuk parkir mobil dan motor pribadi masyarakat pinggir ibukota yang ingin bekerja ke tengah kota.
“Kita ingin orang naik bus satu kali saja ke tempat. Saya lihat jumlah penumpang cukup kenapa harus antre panjang. Orang pasti lebih suka 1 kali naik bus. Makanya kita lagi cari 1.000 lebih tempat parkir motor atau mobil, orang bawa motor atau mobil parkir di mal atau gedung parkir langsung naik bus sampai tempat kerja. Konsepnya jadi moda transportasi terpadu seperti itu. Sama seperti kereta api kita lagi hitung setelah naik kereta api naik TransJakarta gratis,” tutur Ahok di Balai Kota, Jakarta, Selasa (7/5/2013).
Saat ini, Ahok menyatakan, pihak Mega Mal Bekasi sudah bersedia untuk menyediakan lahan parkir untuk warga bekasi memarkir kendaraan pribadinya dan naik transportasi umum menuju kota Jakarta.
“Bagaimana caranya memaksa orang melepaskan kendaraan pribadi. Kalau masih nggak jalan kita pasang ERP, sedang diskusi sama bank untuk investasi, kasih saja fee 1% kayak kartu kredit,” kata Ahok.
Pengendara motor juga akan dibujuk untuk menggunakan angkutan umum dengan cara memberikan keuntungan dari pembelian tiket elektronik transportasi di Jakarta.
“Kamu suami istri naik motor punya tiket bulanan TransJakarta, masuk Ancol gratis misalnya, bawa masuk Dufan gratis misalnya, asal tunjukkan kartu langganan, Dufan kan Rp 250 ribu, kita pancing orang kalau sudah beli tiket bulanan, kamu pasti rugi kalau nggak pakai,” jelas Ahok.[Detik.com]
pak, bagi orang kalangan menengah ke atas, pakai mobil bukan sekedar untuk berangkat kerja dan pulang kerja. yang saya amati, bagaimana mobilitas kerja mereka dari kantor/tempat kerjanya ke tempat kerja yang lain. Maksud saya, sebagai orang yg pernah bawa taksi. Coba kerjasama dengan pihak Perusahaan Taksi, misal Bluebird, Ekspress, Taksiku, Gamya, keluarin Voucher Langganan dan murah (plus sopir2 pengalaman yang siap antar jemput, kalau nyasar gak bayar, plus GPS). jadi gak perlu pakai mobil pribdi dech mereka. Pun demikian, batasin penambahan2 armadi taksi, contoh bluebird aja ada 25 ribuan, ekspress 19ribuan, belum taksi2 yang lain, kalw gak ada batasan ketat dan jalan gak nambah, sama aja bohong. he hehe, ini semua maksd saya selain Usulan yang disebutkan diatas atau selama ini di media2. terima kasih
Lebih baik lagi jika armada taxi ridak berjalan jika tidak ada penumpang.
dan bagi yang membutuhkan taxi dapat menelpon ke pusat dari taxi tersebut, dan mereka mengirim taxi ke pemesan.
keuntungannya :
1. irit bensin
2. mengurani polusi
3. mengurangi kemacetan
4. sopir tidak capai berputar-putar tanpa tujuan.
5. mengurangi biaya operasional taxi tersebut.(ban dan sparepart)
6. mengurangi kecelakaan yang tidak perlu.
.
.
ini yang saya lihat di negara yang saya tinggal sekarang loh mas. mungkin gak cocok kalau di terapkan di Jakarta.
Opini saya mengenai orang tidak ingin berpindah ke transportasi umum dipengaruhi banyak faktor, beberapa diantaranya :
1. Privatisasi, orang lebih senang menggunakan kendaraan pribadi ataupun taksi dari pada transportasi umum karena tidak ingin berdesak-desakan dan tidak leluasa dalam melakukan aktivitas selama perjalanan.
2. Kenyamanan dan keamanan, karena masih kurangnya fasilitas dan infrastruktur transportasi umum yang ada saat ini.
3. Kepraktisan dan inefisiensi waktu; karena harus berganti-ganti kendaraan ataupun jurusan beberapa kali membuat repot dan tidak efektif dalam hal waktu, karena setiap kali berganti kendaraan pasti harus menunggu / antri kembali dengan waktu yang cukup lama; jadi jika menggunakan transportasi umum yang ada saat ini waktu perjalanan pergi dan pulang kerja menjadi sangat (jarak perjalanan+macet+waktu antri).
Usulan saya :
Dari pada pemda menambah jumlah Bus TransJakarta, mungkin lebih baik jika perusahaan atau pengelola gedung perkantoran diwajibkan menyediakan bus antar jemput karyawan, mungkin bisa dengan dana CSR gabungan perusahaan atau pengelola gedung tersebut.
Sebab pengelola gedung atau perusahaan memiliki data yang akurat mengenai daerah pemukiman karyawannya, sehingga pengadaan bus lebih tepat sasaran (misal perusahaan A, jumlah karyawannya lebih banyak yang bermukim di Bekasi atau Tangerang) dibanding dengan penambahan Busway.
Kelebihan lain penyediaan bus Karyawan ialah memiliki rute yang lebih fleksible sesuai dengan jumlah karyawan, karyawan / penumpang tidak perlu berpindah kendaraan, masalah keamanan dan kenyamanan juga bisa teratasi.
Terima kasih. Semoga bisa memberi sedikit inspirasi atau menimbulkan ide2 lebih baik lainnya.
Selain yang diusulkan pak boedy di atas, bus Trans Jakarta juga harus ketat masa ujinya pak. Dalam jangka waktu tertentu harus di rekondisi atau diganti bus baru. Rasanya kurang pas kalau kita sedah susah payah rayu2 masy untuk pakai transportasi umum,tp tidak diimbangi dengan kondisi bus bus yang tersedia. Kami lihat banyak bus Trans Jakarta yang sudah tidak enak dilihat maupun ditumpangi, kumuh,
ac bermasalah dll.
bagi yg kerjanya keliling ya tetap aja pakai mobil/motor pribadi seperti sales, forwarder dll tapi setidaknya unt orang yg ngantor di 1 tempat sangat tepat nenggunakan transportasi masal, tapi bagi kalangan menengah butuh kenyamanan & terutama KEAMANAN pak…
JAKARTA MACET, kayaknya memang sudah nasib pak…
.
# Enjoy aja #
.
Aman, nyaman, murah, mudah.
Saya rasa kalau ke empat faktor di atas terpenuhi, maka banyak orang beralih dari mobil ke Transportasi Massal.
Saya ambil contoh Jalur Busway baru [Pluit – Tanjung Priuk] yang melewati Sunter.
Setahu saya, hanya ada 4 halte untuk yang tinggal di daerah Sunter: 2 di JL Danau Sunter Utara, 1 di Jl Danau Sunter Barat, 1 di Landas Pacu Barat Kemayoran
Untuk mencapai salah satu halte busway ini, diperlukan jalan beratus meter [tergantung tempat], dimana keadaan trotoar sangat tidak nyaman dan kadang2 tidak ada, karena sudah dijadikan area jualan PKL, belom lagi resiko kejahatannya.
Ini sekedar masukan dari saya.
Saya agak skeptis mengenai masalah kemacetan Ibukota ini, bertahun-tahun dan berganti-ganti Gubernurpun belum bisa sekalipun dengan segala upaya. Faktor masalah kemacetan ini adalah karena rasio pertumbuhan kendaraan roda empat dan dua tidak berimbang dengan pertambahan ruas jalan,tinggi pertumbuhan ekonomi,urbanisasi, laju pertambahanan penduduk, lahan parkir yg makin sedikit karena pembangunan gedung atau perumahan.Semoga upaya pak Ahok seperti kerjasama dengan mall, insentif untuk warga yg mau beralih dari kendaran pribadi ke kendaraan umum dapat diterima oleh pengguna mobil pribadi itu. Pembaca yg budiman semoga juga membantu menyukseskan ide wagub yg brilian ini. Go JB..
Pak Ahok selain tempat parkir, alat transportasinya dibenahin jg pak khususnya transjakarta(busway)antrinya super lama apalagi jurusan lebak bulus masa saya antri sampai 2 jam kan ga efisien pak. gimana orang tertarik naik angkutan umum klu ga terpaksa. Bapak tinjau aja yg jurusan lebak bulus hampir tiap hari lama antrinya paling cepat 30-45 menit itu jg jarak, sampe penumpang marah-marah baru ada, gimana itu pak sistem pengaturannya, masa bisa BBG bareng-bareng padahal ada lewat busnya sampai 4-5 tapi tidak naikin penumpang semua. Please check pak.
Pertama, saya sependapat dengan Pak James.
Saya pengguna jalan umum, Busway maupun reguler.
Mungkin yang bisa dilakukan untuk urgensinya sebelum proyek2 besar (MRT / MONOREL , dll) dijalankan, adalah :
– agar diperbaiki atau dilaksanakan pengaturan jalan sebagaimana mestinya (kordinasi dengan POLISI atau pihak2 terkait).
– balikan fungsi jalan busway, terutama di tikungan2 yang menyebabkan kemacetan.
– Fungsikan POLISI sebagaimana mestinya, bukan cuma tukang joget2 dipinggir jalan gak beda sama anak alay yg suka lambai2 tangan doang.
– Seharusnya polisi (jadi) lebih pintar daripada cuma sekedar lambai2 kayak gitu.
– terkait pengaturan jalan, tolong sampaikan ke Polisi utamakan kendaraan umum, biarkan pemilik kendaraan pribadi dengan kenyamanannya menikmati macet di jalan raya.
– saya setuju dengan opini ini : http://news.detik.com/read/2013/05/07/124219/2239975/471/busway-semestinya-lebih-baik?
Terima kasih
Banyak hal yang harus dijalankan serentak agar Masyarakat mencintai dan ingin menggunakan transportasi umum.
1. Naikan harga BBM ke harga pasar
2. Dana subsidi BBM digunakan untuk subsidi transportasi umum (busway, KRL, microlet, metromini, bus, dll) misalkan pengguna kendaraan umum bisa berlangganan bulanan dengan mengakses berbagai moda transportasi (busway, kereta, microlet, metromini)
3. Perbanyak rute kendaraan umum, perbanyak halte (kalau bisa setiap 1 km ada halte) sehingga penumpang yg naik kendaraan umum akan berjalan maksimal 500mtr saja sekali naik kendaraan umum.
4. Lakukan integrasi (satu tiket untuk semua jenis moda transportasi) sehingga penumpang yang berlangganan bulanan hanya dikenakan biaya sebesar 300.000 hingga 500.000 tergantung luas wilayah coverage yang diinginkan masing2 penumpang.
5. Pemda kerjasama dengan masyarakat setempat dipemukiman untuk mengelola penyewaan sepeda murah (Rp.1000/sewa) dengan tujuan dari pemukiman menuju halte. Dan disetiap halte ada petugas yang mengurus penyewaan sepeda dan merangkap penjaga keamanan juga.
6. Jika pembukaan jalur baru kendaraan umum dan penyewaan sepeda mendapat penolakan dari tukang ojek atau oknum, maka pemda harus tegas untuk menindak, dan bagi tukang ojek yang terancam mata pencahariaannya, didik mereka untuk menjadi penjaga sepeda sewa, petugas kebersihan di dalam kendaraan umum atau petugas kebersihan atau pekerjaan padat karya lainnya.
coba dilihat konsep park and ride.jadi parkiran yg menyatu dgn terminal/stasiun kereta.
http://en.wikipedia.org/wiki/Park_and_ride
lalu ada terminal yg menampung bbrp rute kaya blok m.cuma mesti yg gampang dilalui pejalan kaki.di blok m org lbi pilih nunggu diluar karna mesti naek turun tangga tinggi.prioritas pejalan kaki,bkn busnya.trayek smua bus mesti di susun ulang agar tidak ada yg dobel dan melalui byk daerah.
Masalah TransJ : Jumlah bis yang layak jalan hanya 60% (500-an unit), dan yang beroperasi adalah 60% dari yang layak jalan.
.
Selamat menunggu TransJ…..
Pak wagub, saya rasa metromini dan semua angkutan umum, harus di tertibkan.
bayarin gaji aja pak, ga pake setoran lagi, jadi ga ngetem di tempat.
jadikan seperti TransJ, berhenti hanya pada tempat pemberhentian, jadi supir pun harus wajib tegas dalam menjalankan kendaraan umumnya..
jadi pengguna mobil pribadi bisa tahu, dimana tempat bis nomer sekian berhenti dan dimana bis sekian berhenti, jadi bisa tau tujuannya.
sekarang, kendaraan paling umum untuk warga yang menggunakan mobil, adalah TAxi.. coba pak bayangkan…
saya bukan pengamat trasnportasi, tp menurut saya, yg membuat jakarta macet itu adalah angkot dan bus2 umum yg tdk mematuhi aturan, tetapi selalu dibeking sama aparat… coba lah pak basuki dan pak joko tindak semua angkot dan bis… polisi jangan hanya menjadikan kendaraan pribadi santapan nikmat.. basmi tuh preman dan aparat yang melindungi angkutan umum… ngetem sembarangan malah dibiarkan, bahkan dipungut uang… aparat macam apa itu?