Ahok.Org – Gubernur DKI Joko Widodo akan mengakomodasi fungsi pertahanan ke dalam program pembangunan Ibu Kota. Salah satunya melalui penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB) bagi setiap pembangunan proyek.
Ditemui seusai bertemu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin di Balaikota, Jakarta, Rabu (21/8/2013) siang, Jokowi mencontohkan, untuk proyek swasta, ada spesifikasi bangunan yang diwajibkan pemerintah. Hal itu untuk mendukung fungsi pertahanan di DKI Jakarta.
“Misalnya, swasta bangun gedung tinggi. Di top level-nya untuk pendaratan helikopter perang dan peralatannya. Cornya harus sekian sentimeter. Swasta itu wajib melakukan,” ujar Jokowi.
“Saat kapan dilakukan? Saat mereka minta IMB. Tidak saya beri IMB kalau tidak begini,” lanjutnya.
Jokowi mengakui, fungsi-fungsi pertahanan itu seharusnya telah dilakukan. Apalagi, Ibu Kota Republik Indonesia menjadi titik pusat pemerintahan serta pusat ekonomi negara. Oleh sebab itu, pelaksanaan harus sesegera mungkin.
Sebelumnya, Sjafrie Sjamsoedin menemui Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Balaikota, Jakarta, untuk membahas keselarasan antara strategi pertahanan dan pembangunan di Ibu Kota.
“Perlu adanya akses di Ibu Kota agar peralatan militer bisa difasilitasi di dalam penataan tata ruang pertahanan di DKI,” ujar Sjafrie.
Menurut Sjafrie, atas konsultasinya dengan gubernur, program penyelarasan tersebut akan dimulai pada tahun 2014. Ia meminta agar seluruh masyarakat mendukung program itu.[Kompas.com]
sangsi kerja sosial atau masuk desa bareng TNI , buat pelajar2 yg nakal atau pelaku pidana ringan.
kalo fungsi pertahanan, spt landasan heli militer di atas gedung. Apa perlu ya?
soalnya, perang modern jaman sekrg, kekuatan udara sangat dominan….di bom dari udara, posisi2 strategis. Dan jamming alat komunikasi, sdh kacau balau…
🙂
kamu coba berpikir kuas sebelum komen…
perang tidak berarti cuma dengan negara lain, misalnya mendaratkan helikopter TNI disuatu gedung karena untuk membebaskan sandera oleh teroris, untuk sosialnya mendaratkan heli untuk menolong dari suatu kebakaran gedung pencakar langit.
bukannya ini sudah standar (utk bikin tangga darurat) dan optional utk dek helikopter (bahkan di Amerika sendiri tidak semua gedung punya failitas dek helikopter ini, tapi tangga darurat wajib) bagi pemilik gedung tanpa perlu melibatkan pihak militer?
kenapa bukan kepolisian yg ngomong, krn soal teroris di urban/kota adalah urusan polisi (coz “saving lives” principle) dan militer = opsional (coz “taking lives” principle). 1 hostage terbunuh saja adalah prestasi negatif bagi polisi krn misi utamanya menyelamatkan nyawa tawanan bukan membunuh teroris, tapi tidak utk militer, krn tujuan eradikasi teroris (atau ‘masalah’) adalah misi yg utama (jadi kena 1 korban nyawa “is not a big deal”, yg penting nyawa lebih banyak bisa diselamatkan atau tujuan utamanya tercapai, meski misinya tetap sama = “saving hostages”) – Bahkah paham yg lebih ekstrim, utk militer anda bisa korbankan 1/beberapa nyawa tentara yg penting misi tercapai, tapi untuk polisi tidak bisa satupun dikorbankan, mending langsung batalkan misi kalau tidak bisa dilanjutkan dgn aman (ini juga tergantung dgn prinsip Special Force di unit itu sendiri, masing2 bisa beda tingkat squad safety-nya dan sikon di lapangan, “cari aman aja, ato bisa rada sedeng dikit, ato hantam terus” kira2 gitu). Kalo falsafah dasar kedua institusi ini emang sama, maka polisi gak perlu ada lagi, cukup militer saja utk tangani semua problem warga sipil. Tapi ternyata tidak sama kan?
—
Percayalah, nantinya cuma gedung2 mewah tertentu yg punya dek helikopter ini, tidak semuanya, apalagi klo yg punya hajat ternyata pihak militer, bukan polisi – krn alasan2 simple ini dari massa pemilik gedung: “memangnya siapa yg mo nanggung bayarin? emangnya murah biaya bangun dek khusus ini?”. Utk kepentingan polisi mungkin masih mau, tapi utk kepentingan militer?
—
Kalo pemda DKI kasih solar panel dan suruh pasang di gedung2 mereka (ato suruh beli + pasang sendiri), mereka masih mau, soalnya masih ada untungnya buat mereka (listrik gak bergantung pd atau mengurangi pasokan PLN/genset lagi). Lha iki buat fasilitas mudik pihak militer tok, apa untungnya buat mereka? blon lagi kalo gedung mereka jadi target utama utk diserang krn diketahui sbg ‘pangkalan’ militer oleh pihak ‘musuh’ alias fasilitas militer berkulit gedung sipil – mana mau? Sudah lihat pelem “Stealth” bos? itu baru satu contoh…
—
“Plis jek, lu pasang aja tuh segala mitraliur, dek militer, de-el-el di warung sebelah aje gih, utang gue biar cepet lunas… lagian KPR gue masih blon lunas nih… masa’ blon lama nikmatin, gedung ane dah ancur lebur? mana gue tetep kudu bayar terus KPRnya lagi… gak ah!”.
Jokowi emang bagus, tapi sayang kurang apresiatif dgn hal2 yg berbau hitek/teknologi modern (= senang yg ‘kuno2’ spt “dek militer” ini, kenapa gak pasang 500 rudal Patriot sekalian di atap deknya? jadi Jakarta kalo kekurangan stok petasan roket tiap Malam taon Baru bisa minjem punya militer ini).
Pak Jokowi udah consider blon, usulan saya lalu yg mungkin dianggap terlalu hitek, soal bikin mega-dome utk kota Jakarta? Selain bisa melindungi Jakarta dari cuaca tak menentu alias bisa atur sendiri cuacanya (mo sejuk/ujan terus? bisa diatur…:)), juga bisa dimodifikasi dome tsb di layer luarnya dgn perangkat militer spt proyek “Iron Shield” dan jutaan peluncur2 roket penangkis serangan udara/angkasa serta perangkat2 defensif lainnya spt dek Helikopter tadi TANPA harus mengganggu fasilitas2 rakyat sipil spt ini. Wow, pak Sjafrrie sendiri saya yakin pasti gak kepikiran sampe kesini… apalagi proyek sci-fi Force-Field Shield ala StarTrek atau yg mirip2 spt itu.
OK, kita stop ‘mimpi2 yg belum bisa terwujud dlm waktu dekat ini’ tadi… mari kita lanjut ke dunia nyata…
Intinya, ane setuju kalo utk kebaikan langsung saat ini bagi rakyat sipil di Jakarta spt proyek PLTS-Mandiri di setiap rumah/gedung di Indonesia, tapi demi alasan utk ancaman perang? apa tidak ada gedung/bangunan (militer) lain yg lebih strategis utk dipasangi perangkat2 militer tsb? misal kalo mo diserang kota Jakarta dari utara, utk antisipasi, ya pasang rudal2nya di pulau seribu dong! keburu telat klo cuma dipasang di gedung2 dekat sekitar istana presiden-nya! btw, kenapa bukan objek2 vital negara yg seharusnya dipasangi pernak-pernik militer ini? dan kenapa harus semua gedung2 bertingkat sipil? Aneh… terus terang sajalah alasan sbnarnya kenapa kpd warga Jakarta, drpd ane bikin asumsi: “Ah, ternyata masih pinteran ane drpd si Sjaffrie soal strategi militer dan hankam, en hobi ane utamanya urusan hitek, sedang politik dan militer cuman sampingan – masa’ bisa kalah pinternya sama ane?”.
—
Ini sebabnya ane mo liat jika BTP yg jadi No.1-nya apa BTP lebih pro teknologi tinggi yg efisien dibanding hal2 ‘kuno’ spt ini.
Ane sejak dulu pengen liat Bale kota di atap deknya itu selain ditanami tanaman penghasil oksigen yg pas (mo herbal/bushes/veggies/fruits/etc terserah – pokoknya sesuai dgn ketinggian gedung tsb) juga dipasangi Solar cell (trus beritain di media tipi biyar pada tau semua soal ‘brani dan hebat’ ini) agar Bale kota bisa suplai energi listriknya sendiri (= efisiensi energi, mengurangi beban suplai daya PLN), dan kebaikan ini bisa ditularkan ke segala penjuru Jakarta – yg saya yakin lebih disukai para pemilik gedung (irit biaya listrik) daripada cuma jadi tempat persinggahan alat2 militer di atap gedung mereka.
Kita tidak sedang perang, tapi sedang melarat binti sekarat krn terlalu kuno cara berpikirnya (jakarta macet berat, tapi tak ada tanda2 kendaraan2 bermesin listrik modern nan efisien utk bermunculan menggantikan mesin kuno usang yg super boros dan polutif serta nyusahin konsumen itu – cuma orang bego mo ngantri berjam2 di SPBU/G gara2 pasokan habis atau dipermainkan harga spekulasi BBM terus2an, padahal dia bisa isi sendiri energi listriknya di rumah dia sendiri – ini aja gak bisa dipikir dgn bener kok, makanya saya bilang masih pada kuno cara berpikirnya, mikir cuma utk sekarang aja, dan bukan berpikir ke masa depan nanti yg bakal jauh lebih nyaman – Mahal? Lha ngapain lu rela bela2in beli Mercy/BMW mahal2 kek mo saingan ama syahwat sebagian anggota2 DPR tukang pamer harta aje? Jauh lebih mahal Mercy BBM keluaran terbaru daripada mobil listrik keluaran terbaru yg terefisien (dan akan terus keluar versi murah/budget-nya spt VW itu loh), dan masih terus disempurnakan efisiensi mesin dan sistem charging dan besar kapasitas baterenya scr intensif, dan bukan ‘akan’ lagi – yg dibutuhkan cuma support dari massa [dan pemerintah tentunya] agar harga bisa turun sesuai hukum pasar dan kompetisi antar vendor bisa mulai shg harga bisa turun lebih murah lagi).
Saya sudah ‘curiga’ ketika pemda DKI pesan pengganti Bajaj yg ternyata pakai mesin listrik, apa koh AHok yg pesen sendiri ya? 😉
(ini berdasarkan analisa ane waktu masa kebanjiran di Pluit awal 2013 dulu, AHok sampe refot2 mo bagiin/minjemin ‘reverse osmosis’ devices ke warga yg butuh di pos2 terdekat – wah berarti ni orang faham soal barang2 hitek donk…).
Entah AHok atau pempu (via pak Dahlan – thx utk proyek bis/kendaraan listrik ekonomisnya pak! 🙂 we, the smart-n-efficient hi-tek people and community, truly appreciate it!) yg sedang menggodok soal kendaraan2 listrik ini, yg bisa diharapkan utk mewujudkan keinginan ane ini utk Jakarta (dan menular ke seluruh daerah di Indonesia tentunya) yg lebih modern scr fungsional (bukan kosmetikal) dan efisien dlm pengelolaaan energinya (SDE) lewat pemanfaatan kecanggihan teknologi scr maksimal.
Taman atap bersandingan dgn deretan Solar panel, why not?
Air taman juga bisa dipakai ut bersihin panel surya ini sekaligus, efisien kan?
—
“Ingat! Teknologi (-Tinggi) bukan monopoli milik orang kaya atau kelas elit saja! Orang biasa juga harus bisa menikmatinya dan mengerti cara mengekploitasinya!” – TaZ.SE3/SEEE Great-Vision for Smart Modern Indonesia on High-Technology (SMI-HiTek).
—
Mo ngapain cuma brenti di “bisa sama modernnya dgn Singapore/Malaysia”? Lewat modernisasi pola pikir scr menyeluruh di seluruh Indonesia akan efisiensi dan eksploitasi (scr efisien juga tentunya) di sektor apa saja, terutama sektor pendidikan, energi, dan teknologi, kita bisa lebih dari itu!!! Cuman Singapore? Lewat, brow!!!
(“pesawatnya lewatin/turun di Singapore juga” maksudnya :D, yah utk saat ini ya artinya masih spt itu, kec. kalian semua ingin mengubahnya scr serius dan konsisten, mulai saat ini juga!)
panjang amat…ampe jereng baca nya….benar juga pendapat km. mungkin maksd nya pak Jokowi adalah setiap gedung tinggi baru yg akan dibuat diwajibkan untuk ada helipad nya. klo uda buat heli ngapain yang kecil sekalian aj yang bagus (standart militer). itukan buat di rooftop nya. untuk panel surya rasa bisa pasang untuk menggantikan dinding kaca yg lazim digunakan saat ini.
Helipad pada gedung2 bertingkat juga sangat penting seperti yg dikatakan agan diatas. misal nya untuk pertolongan jika terjadi kebakaran, heli ambulance, dan masih bnyk hal yg tidak berhubungan dengan militer.
itu dia jek… makanya yg ane tanya “kenapa harus pihak militer yg minta, bukan pihak polisi?”
Lagipula bukannya tangga darurat lebih penting dan relatif lebih murah dan lebih banyak gunanya serta mampu melewatkan lebih banyak orang drpd helikopter dlm satu saat?
Makanya diwajibkan di setiap gedung2 bertingkat di seluruh dunia, tapi tidak utk helipad (apalagi utk militer) ini.
Kalo soal solar panel di kaca (dan di sekeliling sisi dinding gedung yg tak terpakai), itu juga udah termasuk diusulkan sekalian waktu dulu , sekalian berfungsi sbg pengurang sinar/panas matahari utk yg di kaca (tapi masih blon ‘in’ saat itu, gak kayak skrg), ‘biang2 lama’ di AHok.org dah pada tau koq, krn drpd ini masih jauh lebih panjang lagi posting sarannya jek! LOL! 😀
—
gapapa koq bro Kevin, kita mah dah biasa dari dulu kadang suka beda pendapat dgn beberapa aksi Gubernur/WaGub, tapi bukan berarti kita ‘saling membenci’ loh, ini cuma krn sifat kritis ane aja yg terbuka, toh ini juga kadang2 aja koq, gak sering2 – apalagi krn saat ini blon ada yg terbukti kualitasnya sebaik mereka berdua dlm menangani Jakarta. Di Negri Demokratis, biasalah boz… 😀 ya gak jek? hehehe…
Apalagi ‘biang2 lama’ di AHok.org dah pada tau sifat ane yg suka rada nyeleneh ini..
Dibawa santai aja jek, katanya AHokerz… 😀
Oiya, bro Kev..
baru inget, bukannya mo somsom nih…
salah satu vendor mobil listrik kelas mewah di USA sudah mengaplikasikan salah satu usulan2 ane disini, soal “portable user-replaceable battery module” agar kita bisa ganti sendiri kalo batere habis/rusak (gak perlu harus ke tempat/bengkel servis utk ganti batere atau gak perlu nge-charge sampe penuh dulu yg makan waktu dan tinggal tukar batere aja kayak ganti batere remote/ponsel) – toh bagaimanapun emang kita harus punya/bawa batere cadangan koq utk jaga2 kalo abis/rusak di tengah jalan (anehnya hampir semua vendor kendaraan listrik yg saya tahu tidak kasih feature penting ini [reserve/spare battery] dan rely sepenuhnya pada main battery – itu sebabnya ane push ide gratis tsb ke segala penjuru dunia, biar tambah cepat penetrasinya ke pasaran dunia, krn emang ini yg saya inginkan agar nanti bisa muncul mobil listrik murah dgn teknologi yg sudah sangat efisien termasuk soal batere cadangannya yg mudah diganti oleh user itu sendiri dan tak perlu tambah biaya tambahan lagi krn itu adalah fitur standar – klo kek mobil2 BBM skrng kan, tiap nambah 1 fitur standar, harus nambah biaya 5-15 juta lagi, nambah airbag = nambah biaya, padahal fitur standard keamanan), tapi aplikasinya dia (nama vendornya lupa) bukan kita yg bisa ganti sendiri baterenya krn harus lewat storenya dia dulu, pake mesin robot pengganti batere yg super cepat cuman 10-15 detik ganti baterenya! (seluruhnya sekitar 3-5 menit, dari saat masuk gerai sampe keluar).
Intinya, kalo lewat cara ganti batere 5 menitan maka harus bayar servisnya, kalo mo charge dgn cara konvensional yg 30 menitan itu dikasih gratis.
Masuk tipi kita juga koq, ane taunya pertama-x dari situ malah… Ane aja ampe kaget, eh ada yg minat nerapin ide ane juga ternyata!
Jadi kalo ente punya usulan yg terstruktur dan logis, gak bakalan jauh2 bisa diterapin juga oleh yg paham.
Jadi gak perlu kuatir bakalan gak dianggep publik, itu cuman belon kena nasib baiknya ajeh (kebaca ame nyang paham)… 😀
Numpang nambahin ya.
Masalah mobil listrik, sy kira krn kebijakan pemerintah yang salah, dalam hal ini pajak utk mobil listrik/yang hibrida bukan disubsidi/diminimalkan malah diketok abis.
Contoh honda crz dengan kapasitas 1500cc dijual di Palembang 506jt pdhal hrgnya diluar hanya 250jtan. Ini contoh kebijakan yg tdk mendukung.
Sebaliknya mobil murah dikasih fasilitas padahal tetap saja boros. Mana berani ATPM jual mobil listrik/hibrida jk harga melonjak tinggi?!?!
Krn KHUSUS di Indonesia,
.
Barang Hi-Tek = Barang MEWAH !
.
cekidot sama bea cukai, waktu dulu LCD ukuran 24″ aja dianggap barang mewah, sekarang berkat campur tangan ‘seseorang’ di KemDag dulu (yg dipaksa turun/pindah jabatan oleh yg tak senang dgn kebijakannya yg pro konsumen, Hint: A woman), ukuran LCD 32″ aja bisa diperoleh dgn harga sangat wajar.
—
Intinya, gak ngerti barang aja sok ngenilai ‘kemewahan’ barang dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari banyak masukan dari luar.
Makanya kita butuh campur tangan ‘orang kuat dan pintar, bervisi masa depan’ yg ‘ngerti barang’ dan membuat aturan insentif pajak/bea utk membuatnya bisa mudah diperoleh warga, terutama barang2 yg sangat berguna bagi kehidupan modern manusia. Berarti orang2 di KemenDag bukan cuma pinter ekonomi/dagan, tapi juga harus punya visi ke depan yg tidak menganggap barang2 hi-tek = kemewahan, tapi sarana pendidikan rakyat agar lebih cepat pintarnya daripada cuma bisa melongo ngeliatin ‘iklannya’ di TV krn gak mampu membelinya.
Mungkin harus orang2 pintar bervisi luas spt ane yg mimpin KemenDag kali ye? 😀 Baru seluruh rakyat Indonesia bisa mencicipi kecanggihan teknologi dunia dan kita bisa mempercepat transfer teknologi tinggi dgn segera. Saya sudah pasti akan bikin murah semua barang2 berteknologi tinggi, bukan malah bikin tambah mahal kayak orang idiot aja!
Tentunya kalau kita sendiri sudah punya produk hitek tsb nantinya, saya akan adjust insentifnya lebih dikit utk produk hitek dalam negri tsb. Kenapa cuman dikit? biar ada kompetisi. Selama ini bangsa kita (tepatnya produsen dalam negri) dibiarkan manja terproteksi tanpa kompetisi berarti, shg ketika kran impor dibuka lebar, pada jatuh mewek semua krn terbiasa dimanjaain tanpa kompetisi dari luar tapi penuh insentif yg membuai bikin terlena! Payah!
Untungnya beberapa dari mereka masih waras sbg pengusaha yg baik dan bermental baja serta kompetitif utk memotivasi yg lainnya agar bangkit segera, gak ikutan mewek kek lainnya – yg malah sibuk nyalahin yg bisa disalahin, dst, daripada mulai berbenah segera utk memperbaiki attitudenya yg ngawur dan payah itu.
Kalo anda sbg produsen DN bisa menunjukkan perbaikan mental ke arah yg lebih kompetitif (misal dgn menurunkan harga produksi produk ke level yg wajar, optimalisasi penggunaan lahan pertanian, peningkatan kualitas produk dgn harga tetap sama/lebih murah, dst) maka insentif baru bisa diberi agar yg baik ini bisa bertahan lebih lama daripada yg malas dan rakus itu.
ini hanya sedikit contoh saja utk perbaikan tata niaga (kompetisi dan harga) yg agak ngaco diterapkan di republik ini…
—–
“Hands-On trial on the real stuff adalah guru yg terbaik, (daripada cuma belajar teori2 saja).”
Manusia2 bermental kompetitif itu filosofinya kira2 spt ini: “What doesn’t kill you makes you stronger.”
(kalo sebaliknya, ya malah sibuk mewek, menyalahkan orang lain, gak mau memperbaiki diri sendiri agar jadi lebih kompetitif dan efisien, dst)
ga skalian jalanannya gampang diakses kendaraan berat. harusnya skalian standar keselamatan gedung dari gempa,kebakaran,banjir/tsunami.dan klo bisa diterapkan di tiap rumah kaya diluar negeri.
biaya utk bikin dek heli itu besar skali juga space-nya yg dibutuhkan. bila itu bisa brguna utk militer, maka lebih berguna lagi buat teroris utk menguasai ibukota. ketimbang swasta yg disuruh brtanggung jawab untuk penyediaan fasilitas itu, bukankah sepatutnya pemprov DKI yg punya sediakan itu ?
–
lagipula, lebih penting persenjatai warga dg kemampuan bela diri dan gunakan senjata, shingga ketika tiba2 trjadi serangan mendadak di ibukota, warga jakarta berubah jd tentara bantuan extra yg terlatih. dg warga dipersenjatai ilmu bela diri n bgmna menjaga keamanan bila melihat hal2 yg mencurigakan, bisa segera dikoordinasikan dg pihak kepolisian, pemprov & TNI. Hal ini jauh lebih efektif & lebih sedikit biayanya yg dikeluarkan pemprov tapi hasilnya luar biasa & maks. Dg persenjataan ilmu bela diri & kemiliteran tsb, warga jakarta jg tersalurkan keinginan utk berkelahinya shingga terjadi pertandingan satu lawan satu yg sehat & seimbang. cukup stress hidup di jakarta. krnanya, hrus ada penyaluran emosi biar sgalanya terkendali 🙂
mereka cuma butuh bikin kolam renang aja, pemilik gedung senang dapet pemasukan tambahan, militer/polisi senang punya akses utk nerjunin/ambil orang pake harness/tambang ke kolam, airnya bisa dipake utk nyiram taman dan bersihin deretan solar panel.
Lebih efisien kan?
—
kebutuhan berkelahi? Loe lagi ngelawak ya Grace?
Setau ane utk kebutuhan biologis/fisik primer yg ada cuma kebutuhan makan dan sex.
Kalo dikasih sex yg cukup, mereka juga gak (butuh) berkelahi kok, non… =)
liat aja prilaku musim kawin hewan spt mamalia/primata contoh dekatnya, kalo udah ML dgn si betina, ane gak pernah liat si pejantan beruntung LSOB brantem lagi ronde kedua sama pejantan pecundang lain, soalnya sudah terpenuhi kebutuhan sexnya, jadi itu aslinya bukan ‘kebutuhan brantem’, non.
tapi yg bikin ane penasaran, klo cewek suka brantem itu apa itu krn gak terpenuhi kebutuhan sex-nya juga ya? 😀
Bukannya cari cowok lebih gampang drpd ribut dgn sesama jenis? (meski catfight kadang seru dan lucu juga sih, apalagi pake brenti utk ronde memaki segala [*ambil popcorn*] – klo dah saling maki gitu nentuin siapa yg menang gimana ya? masa musti batal tarohannya? suruh adu jambak aja kali ya? yg paling banyak dapet jambakan rambut yg menang).
—
Eh, Graace! Koq malah ngorox???
Wah ini wamennya dulu yg ganteng itu ya? Yg menjabat pangdam 1998 ya? Yg pasukan dia duduk2 dilokasi kerusuhan itu ya? Yg Jkt hancur lebur dibakar ya? Yg byk warga Jkt terbakar & byk yg diperkosa itu ya? Apa dia ngerti soal membangun? Bknnya ahli membumi hanguskan? Wah karirnya cemerlang masih jadi wamen. Selamat pak
Sangat setuju ide jokowi dan mengingat lahan yg terbatas sdh selayaknya wilayah tertentu seperti taman monas dibawahnya dibangun basment utk parkir dan kegiatan lainnya dan bila perlu juga dibawah jalan protokol(merdeka,sudirman,thamrin) yg saling terkoneksi dgn gedung2 sekitarnya,semoga jokowi-ahok jadi Presiden/wapres 2014 agar segera terwujud Indonesia baru.bravo JB
Ada sedikit perbedaan pandangan dari saya terhadap beberapa rekan yang menyatakan bahwa penerapan standard atap untuk helipad adalah: MAHAL, KUNO, TIDAK DIPERLUKAN, dsb.
1. Soal Mahal, sebenarnya relatif dan menurut sy yang terbiasa menghitung dan memperhatikan pembangunan proyek di kantor khususnya dalam hal cor, tidak ada spesifikasi luar biasa untuk membuat dek atap untuk helipad, yang membedakan dengan cor atap biasa hanyalah tingkat ketebalan, tingkat kelenturan dan sudut kemiringan lantai, selebihnya prosesnya adalah sama. Merubah atap untuk spesifikasi standar helipad tidaklah sulit dan mahal, bahkan sebenarnya beberapa gedung juga sdh menerapkannya hanya saja masih menggunakan standar helipad biasa bukan untuk heli militer yang lebih berat krn membawa personil maupun peralatan perang. Walaupun tetap ada tambahan biaya untuk merealisasikannya tetapi sy optimis pihak swasta akan bersedia dan mampu memenuhinya tanpa hrs merasa terbebani dengan biaya mahal.
2. Soal KUNO, mnrt sy membuat helipad ini tdk terkait sama sekali dengan soal teknologi kuno, membuat helipad adalah bagian dari strategi pertahanan negara kita, artinya ini adalah utk kepentingan sbg fasilitas pendaratan atau mobilisasi yg lebih cepat dan efisien untuk personil dan peralatan perang kita. Penggunanya bukan hanya militer, polri pun bisa menggunakannya spt contoh soal teroris diatas, atau untuk kepentingan publik seperti tamu2 khusus bagi pengguna gedung tersebut. Dan sekali lagi jika kita cermati berita diatas, ini bukan soal siapa yang minta apakah polri atau militer, mereka (Gub & DepHan) hanya melakukan sinergi untuk mengoptimalkan sarana yang ada sebagai bagian dari strategi pertahanan negara kita, itu saja. Kalau contohnya ditaruh rudal Patriot, justru agak berlebihan, apakah membangun basis rudal diatas gedung umum ide yang bijak? bagaimana dengan mekanisme menjaga dan merawat rudal2 tersebut? berapa besar biaya negara utk menerapkan hal ini? Memang terdengar ide ini sangat modern dan keren, tapi mohon maaf sy hrs katakan ini ide yang terlalu berlebihan.
3. Soal ini tidak/belum diperlukan, justru sebaliknya menurut sy sangat perlu dan memang sdh seharusnya dipikirkan oleh pemerintah (bukan justru gub DKI yg memikirkan). Mengingat DKI sbg pusat pemerintahan dan ekonomi sentral, tentu akan sangat rentan thd gangguan maupun upaya2 penghancuran dari pihak2 yg tdk bertanggungjwb. Jaman sdh berubah, teknologi semakin maju, maka harus dibarengi pula dengan pola strategi yang efektif dan efisien untuk mengantisipasi segala tantangan.
Intinya sy sangat menghormati ide rekan2 semua diatas, namun demikian tentunya ide2 dari Gubernur DKI dan DepHan kita jg patut diapresiasi dan didukung dengan baik, mengingat tujuan dan manfaat positif yang akan diperoleh dimasa mendatang bukan hanya bagi penduduk DKI, tetapi juga bagi bangsa dan NKRI. Toh ide yang mrk sampaikan bukan untuk membebankan apalagi menyusahkan rakyat, justru sebaliknya adalah untuk menjaga ketentraman dan keutuhan seluruh rakyat.
Salam Jakarta Baru!
Helmi.
Bgmana dgn ancaman thd kerusakan akibat bom electromagnetic?
Apakah data electronic di bank kita, di pusat bursa, sdh aman?