Ahok.Org – “Si Bodoh Besar dari Owari”. Julukan itu melekat pada salah satu tokoh paling kontroversial, tetapi juga paling menentukan di Jepang, Oda Nobunaga (1534-1582).
Nobunaga adalah anak penguasa Provinsi Owari, Oda Nobuhide (1508-1549), sekaligus pewaris klan Oda. Namun, perilaku dan cara berpikir Nobunaga tak menunjukkan bahwa ia adalah pewaris klan.
Soal penampilan, misalnya, Nobunaga suka melepas bagian dalam kimononya sehingga kedua bahunya terlihat telanjang. Dia pun menguncir rambut dengan cara mengikat rambut bagian tengah atas kepala, berdiri tegak, seperti cara mengikat rambut rakyat biasa.
Nobunaga juga suka menghiasi pinggangnya dengan kantong-kantong berisi nasi kepal dan batu api, hal yang tak lazim bagi bangsawan. Ia suka bermain dengan anak-anak yang dianggap nakal di wilayahnya pada umur 15 tahun.
Soal gaya bicara, Nobunaga pun kerap jadi olok-olokan dan bahan tertawaan karena cara bicara yang terbuka dan apa adanya. Ayahnya yang jelas-jelas penguasa klan, dia panggil hanya dengan “Nobuhide”.
Karena semua kelakuan dan gaya “nyentrik” itu, Nobunaga pernah akan disingkirkan anggota klan Oda dengan target pewaris klan beralih ke Kanjuro Nobuyuki. Mereka berpendapat klan akan hancur bila dipimpin Nobunaga.
Namun, ada Hirata Masahide. Dia adalah satu dari sedikit orang yang paling sabar menghadapi Nobunaga. Orang yang dipercaya Nobuhide mengasuh Nobunaga ini sangat menyayangi Nobunaga karena melihat di balik semua ketidaklaziman perilaku itu ada keistimewaan yang dimiliki Nobunaga.
Selain Masahide, orang yang bisa meraba keistimewaan Nobunaga adalah Noh, perempuan yang dijodohkan menjadi istri Nobunaga, lalu ada juga mertuanya, Saito Dosan (1494-1556).
Sebelum jadi mertua Nobunaga, Dosan pernah berpikir hendak membunuh Nobunaga untuk merebut Owari. Namun, pada akhirnya, Dosan justru rela berperang melawan anaknya sendiri, Saito Yoshitatsu, untuk menyelamatkan Nobunaga. Noh yang semula merasa jauh lebih cerdas daripada Nobunaga pada akhirnya menjadi pengagum nomor satu Nobunaga.
Sejarah Jepang mencatat, penilaian Masahide, Noh, dan Dosan tentang Nobunaga terbukti tidak meleset. Di balik sikap tak jamak, kasar, dan angkuh, Nobunaga punya pandangan tajam dan jauh ke depan.
Basuki Tjahaja Purnama
Hari-hari ini, sosok Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengundang sorotan serupa seperti yang pernah diterima Nobunaga. Banyak orang mengangkat alis, mengernyitkan dahi, menghela napas, bahkan menggeleng-gelengkan kepala karena sikap dan tutur katanya yang lugas dan apa adanya berbeda dari rata-rata pejabat maupun pemimpin di negeri ini.
Basuki pun menjadi fokus kecaman ketika bersikap keras terhadap pedagang kaki lima serta warga bantaran waduk dan sungai. Dia juga bersikap skeptis terhadap jajaran birokrasi “warisan” pemerintahan periode sebelumnya setelah menemukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rusun Marunda tak jujur dalam bekerja.
Tanda tanya besar pun dilayangkan kepada Basuki ketika tiba-tiba muncul Ahok Center yang dituding berkolusi menggunakan nama Ahok untuk menggarap proyek DKI Jakarta. Cerita latar kehadiran lembaga ini baru muncul belakangan.
Tak banyak orang tahu bahwa kehadiran Ahok Center terkait dengan persoalan di Rusun Marunda. Setelah menemukan ketidakjujuran oknum birokrasi menangani rusun tersebut, Basuki menugaskan Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Ika Lestari Adji untuk menyalurkan bantuan dari perusahaan (corporate social responsibility/ CSR) ke Rusun Marunda.
Karena kekurangan orang, Basuki meminta seorang akuntan membantu memeriksa unit-unit rusun. Akuntan ini kemudian meminta bantuan sejumlah relawan, dan relawan inilah yang menjadi cikal bakal Ahok Center.
Menjadi lucu ketika Ahok Center dipermasalahkan karena sejarahnya, sementara pekerjaan penyaluran CSR sejauh ini terbukti lancar saat birokrasi “warisan” rezim sebelumnya jelas-jelas ketahuan tak jujur.
Soal stigma
Kembali ke kisah Nobunaga. Jauh hari baru bisa dipahami, Nobunaga memilih bermain dengan anak-anak yang dicap nakal di wilayahnya karena dia melihat orang-orang kepercayaan Nobuhide tak setia bahkan berencana menjegal hak warisnya. Dari “anak-anak nakal” itu, Nobunaga memilih beberapa orang yang terbukti bisa dipercaya, salah satunya Maeda Inuchiyo.
Nobunaga selalu mengantongi batu api ke mana pun dia pergi, ternyata adalah bagian dari percobaan membawa peluru dan mesiu. Setelah Nobuhide mangkat, dia menggiatkan pandai besi untuk membuat senapan dan menyusun mekanisme tempur untuk pasukan bersenapan dengan bermodal pengalaman uji coba itu. Semua dilakukan saat orang-orang lain hanya sibuk menertawakan, mencemooh, bahkan berencana menelikungnya.
Setelah Dosan meninggal dalam perang melawan Yoshitatsu, Nobunaga menempati kastel Kiyosu. Lagi-lagi dia menunjukkan gaya dan kebijakan berbeda dengan kelaziman. Penguasa kastel lain memungut pajak pada orang lewat, Nobunaga justru meniadakan pungutan untuk siapa pun yang melintas dan berlindung di kastil Kiyosu.
Hasilnya, Kiyosu jadi tujuan orang dari segala penjuru. Ekonomi dan budaya Kiyosu pun maju pesat karenanya. Kebijakan Nobunaga membuat Kiyosu memiliki tukang senapan, pembuat sarung pedang, dan pembuat baju zirah besi, barang-barang penting pada eranya yang tak terpikir oleh penguasa lain saat itu.
Dari sejumlah keistimewaan Nobunaga, yang terbesar barangkali adalah kemampuannya menilai kualitas orang. Setidaknya, itu tampak ketika ia mencegah Nobuhide membunuh Matsudaira Takechiyo (1543-1616) dan merekrut Kinoshita Tokichiro (1536-1598).
Tokichiro akan melanjutkan perjuangan Nobunaga menyatukan Jepang dan dikenal sebagai Taiko bernama Toyotomi Hideyoshi, sementara Takechiyo menjadi penguasa Jepang dan dikenal dengan nama Tokugawa Ieyasu.
Biar waktu bicara
Basuki memang bukan Nobunaga dan sejarahnya pun belum selesai. Namun, lucu bila penyaluran CSR hanya mempersoalkan keterlibatan Ahok Center, tak obyektif melihat ketidakberdayaan birokrasi menggarapnya dengan benar.
Menjadi lucu pula bila penataan PKL dan permukiman di bantaran hanya mengolok-olok “gaya preman” Basuki saat bicara, tetapi tak ada yang mencermati sebuah sitstem sedang diletakkan pada fondasi awalnya.
Nobunaga mungkin tak akan pernah menyatukan Owari kalau saja tetap memakai orang-orang lama yang dulu dipercayai Nobuhide. Demikian pula Basuki dengan gayanya bisa jadi tak akan bisa bekerja dengan orang-orang warisan birokrasi sebelumnya, yang belum-belum sudah sibuk mencibirkan bibir daripada mencoba mengikuti arah langkah pimpinan barunya.
“Kesulitan utama memang adalah membenahi sistem dan itu sudah berjalan,” aku Basuki dalam sebuah kesempatan. Bukan berarti pula, kata dia, sistem perekrutan yang dia pakai bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengabaikan begitu saja soal jenjang karier para pegawai negeri di wilayahnya.
“Betul ICW bilang. Kesulitan utama itu bagaimana sistem jalan, bukan (hanya jalan) karena ada Pak Jokowi dan saya kan. Karena itu, kita mau bikin seleksi promosi terbuka lagi. Β Nah, sistemnya harus kami bikin. Kami pengen yang (pakai) semacam karya tulis itu loh. Jadi, passion-nya (kelihatan) ke mana. Itu yang kami pengen tahu,” ujarnya.
Namun, sementara sistem diperbaiki, pembangunan tak boleh berhenti. Selama itu pula, peran pihak ketiga tidak bisa diprotes, kecuali jika memang terjadi pelanggaran, misalnya korupsi. Ini hanya soal waktu untuk membuktikan keberhasilan maupun kegagalan apa pun sistem yang sedang ingin diwujudkan kepemimpinan Jakarta pada hari ini.
Basuki dan Nobunaga adalah contoh buku dengan sampul tak menarik. Karena sudah tiada, “isi buku” Nobunaga sudah bisa ditakar. Untuk Basuki, tak adil menilainya sekarang karena ia dan Jokowi belum setahun menjabat.
“Si Bodoh dari Owari” terbukti tak sebodoh yang orang kira. Jangan sampai Basuki salah dinilai hanya karena sikapnya tak biasa dan berbeda dengan yang pernah ada. Biar sejarah yang nanti mencatat hasil akhir perjalanan kelugasan dan gaya tak lazim Basuki. Lagi pula, bukankah saat terbaik mendapatkan teman sejati adalah pada saat-saat terburuk? [Tjatur Wiharyo/Kompas.com]
Unik juga cerita nya, hmmm harus banyak membaca lagi nih, banyak cerita yg mencerahkan dari berbagai belahan dunia.
Seseorg tidak cukup diajari, bahwa kamu harus menjadi The best of the best of the best! tanpa mengetahui jatidiri nya, potensi terbaik dirinya itu apa…???
Maju teruuuus Jakarta Baru!
sejarah baru Indonesia sudah dimulai,dan Bpk Basuki Tjahaja Purnama dan Bpk Joko Widodo.kalian adalah wujud dari doa dan pengharapan bangsa Indonesia yg telah apatis,skepsis menunggu ajal kematiannya.
mari bersama teruskan perjuangan para foundering father n mother yg telah membangun dan berjuang merebut dan mengusir para sang angkaramurka dan serakah.tegakkan,pakaikanlah baju Zirah kebesaran keadilan murni dan hukum yg selama ini telah ditelanjangi dan dilucuti kekuatannya oleh para kaum munafiqhin dan penguasa zolim kusta.
jika yg tua sudah tak berdaya dan putus asa,kami para pemuda Indonesia selalu ada didepan,belakang,di tiap sisi,bahkan diatas dan dibawah kalian untuk bersama2 kita berjuang untuk menegakkan bendera dan menyadarkan dan membangunkan kembali dari mimpi buruk kalau kita garuda bukan ayam sayur…..MERDEKA……!!!!
Lanjut aja BTP… Buktikan kepada mereka2 bahwa penguasa, pimpinan, pejabat, ormas bejat dan nakal-lah yang selalu menggunakan isu SARA untuk menghancurkan karir minoritas yang cemerlang… Saya menghormati Pak BTP dan bangga Anda telah mampu membuat gebrakan2 baru yang dapat menepis pandangan terhadap Bangsa Indonesia dengan ras keturunan Tiong Hoa… Tunjukkan pada mereka kami ini orang Indonesia, bukan Cina yang seperti selalu mereka ucapkan… Dan saya sangat menghormati Pak Mahfud MD yang dalam sebuah pernyataannya “Lebih baik negara dipimpin oleh seorang kafir, tapi bijaksana. Daripada Muslim tapi zholim”
Wah…mata ku seakan kena uap bawang
ah…itu mah BEGAL p wagub…abaikan sj,lanjutkan manuvernya..GBU
se 7, waktulah yg akan menentukan, klu Tuhan sdh menetapkan orang orang pilihannya untuk memimpin negeri ini, indonesia akan menjadi negara maju, tumjukkan pada dunia sebenarnya kita mampu, garuda yg terbang tinggi
Waktu dan sejarah yang akan mencatat semuanya… Semuanya pasti baik dan lancar jika berada di jalan yang lurus seperti sekarang ini… Bravo Pak JB (Jakarta Baru)
Tumben Sak, ente cukup pede artikel sepanjang ini mau dibaca pemirsa disini… π
[Mode narsis = ON]
Apa setelah melihat ternyata ada respon yg cukup banyak atas ‘tesis2’ saya yg super panjang ya?
Bahkan Ahok saja terinspirasi utk menyuruh pegawai2 pemda DKI utk bikin tesis/karya tulis (spt saya)… π Superrr…!
[Mode narsis = OFF]
.
Ya baguslah, orang cerdas bermutu kualitasnya (bukan iklan pribadi nih tapi kriteria umum/standar) bisa dilihat lebih baik dari karya tulisnya, dari situ bisa dilihat terstruktur/modern apa tidak pola pikir mereka, punya visi tajam dan luas kedepan atau tidak, akurat/tidak, detail/tidak, perfeksionis/tidak, optimis/tidak, kreatif/tidak, bijak/tidak, dst – bahkan jomblo/tidaknya bisa ditebak/dibuka meski lama gak pernah mo ngaku, hanya dgn rancangan kalimat inquisitif jebakan yg bisa menyentuh jiwa yg terdalam tanpa disadari.. wuuuf… ( Siapa yaaa ituuuh? π Yg merasa ‘terjebak’ tanpa sadar dgn hati senang berbonga2, silakan unjuk vokal disini π ).
—–
Ya, artikel panjang ini bagus! Kita butuh iklan2 positif spt ini (yg jelas menjabarkan deskripsi atas permasalahan sebenarnya yg terjadi di lapangan agar asumsi2 pasar yg ngawur bisa diminimalkan/dihilangkan sekaligus menjawab permasalahan yg ada) seterusnya, bukan yg (implisit) negatif lagi bagi AHok (apalagi sampai ‘menyalahkan’ kami scr implisit :(, optimis/pede dikit ngapa, jek? pasang tampang lebih sangar en serem, biar lawan/musuh tambah ngeper ngibrit terbirit2) – Terima kasih telah mendengarkan dan melaksanakan kritik saya/kami lalu.
.
Sbg tambahan penjelasan artikel di atas: “Utk menjawab ‘keraguan’ ICW, AHok akan memastikan sistem pemerintahan terbuka dan efisien yg dia rancang bersama Jokowi akan tetap terus berjalan dgn baik dna konsisten meski mereka berdua tidak di panggung presidium DKI Jakarta lagi nanti.”
—
BTW, ini pelemnya emang bagus dan keren utk ditonton para penyuka strategi dan taktik (perang/politik) klasik, pernah ditayangkan di tipi dulu (mTV klo ga salah).
[Mode narsis = ON]
Waktu dulu nonton di tipi, ane sampe bermonolog: “Koq kek gue banget, gituloh… Bebas-Lepas bertingkah/berbicara apa adanya, tapi Cerdas dan Kreatif, serta ber-Visi luas dlm strategi dan taktik… serta dianggap aneh krn melawan arus pd umumnya saat itu..” π
Sekarang ane baca artikel panjang ini, ane jadi bergumam sendiri: “Koq Nobunaga, AHok, dan TaZ itu spt saudara kembar beda nasib ya? Sama2 berjulukan unik dan nyentrik meski beda2 dikit: Nobunaga = The Big Reckless (aka. “Da J-Punkster”), AHok = The Cowboy Madness (aka. “Da J-Executor”), TaZ = The Ultimate Reckless Madness (aka. “Da J-Rocker”) – Cuma beda dikit: AHok gak mungkin pake pakaian dinas Nobunaga dan menyatukan Jepang (krn beda jaman+negara), TaZ gak mungkin pake pakaian dinas AHok dan menyatukan DKI Jakarta (krn beda profesi+status), apalagi pake punyanya Nobunaga sekaligus (artinya ane harus bolak-balik Tokyo-Jakarta utk gonta-ganti peran antara Nobunaga dan AHok – btw, ini pelem apaan seh?).”
[Mode narsis = OFF]
—
“TaZ Rox!” – TaZ.SE3/SEEE. [Tingkat kenarsisan terparah dari sepanjang sejarah TaZ tanpa harus set mode narsis dulu, alias “Auto-Narcistic mode = Always ON”]
hahahaha, pa kabar bro
Very fine and thanks, brooo…! π
.
Abis bantuin ‘bos’ utk sebuah misi (rahasia), ane baru bisa mampir disini lagi… klo ada misi lagi terpaksa ane OFF dulu lagi…
—
[Military 101: Panci masak hilang? No problem! Kita punya solusi praktisnya yg efektif.]
“Jek, lu punya helm nganggur lagi gak? helm gua udah kepake buat masak sop buntut kelinci, bos mau makan soto uler sekarang.”
Ahok karakter nya spt Oda Nobunaga sdngkan Jokowi spt Toyotomi Hideyoshi. Duet yg hebat di era Shogun
Semoga pengganti gub DKI berikut nya spt Tokugawa Ieyasu, biar duet jokowi-ahok yg memimpin Indonesia
Sampeyan jangan mancing2… TI itu bidang saya.
Nanti aku yg tau2 ‘dijorogin’ kesitu lo..
.
Sesuai JD, aku kan harus tetap ‘keep low profile’ gituloh… jadi gak boleh terkenal barang sedikitpun…
paling demen nonton pak Ahok Debat, buat lawan nya kalau gak menguasai materi mendingan diem dagh karena
dilihat di sisi mana pun pak ahok terbukti jauh lebih pintar dari mayoritas anggota DPR MPR RI yg kerja nya gak jelas, cuma kong kali kong bagi2 hasil, dah itu pernah bikin iklan bareng2 “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI”…eh belakangan semua bintang iklan nya di ciduk KPK gara2 korupsi.. Judul nya doang Pewakilan Rakyat. saya dan saya rasa mayoritas rakyat indonesia merasa tidak terwakili di senayan sana
pa ahok tolong jenguk kampung kami,tambun rengas kel.cakung timur cakung jakarta timur,pembangunan got blom rampung sudah ditinggal sama pemborong. hasilnya got jadi sarang nyamuk tolong perhatikan pa