“Sterilisasi Jalur Busway Harus Diperketat”

23
447

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta Dinas Perhubungan DKI Jakarta bersama pihak kepolisian untuk tidak lagi memberikan toleransi kepada para penerobos jalur transjakarta.

Menurut Basuki, sterilisasi jalur Transjakarta sudah sudah mulai membuahkan hasil. “Sterilisasi jalur busway harus diperketat tidak ada toleransi. Laporan seorang mahasiswa, dari Duren Sawit ke Grogol (Universitas Tarumanegara) sekarang cuma 15 menit lho, itu sisi menguntungkannya,” kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Kamis (14/11/2013).

Pemprov DKI Jakarta bersama Polda Metro Jaya menerapkan denda tilang hingga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta bagi para penerobos jalur Transjakarta. Selain sterilisasi transjakarta, Basuki juga menjelaskan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah melihat berbagai penyebab kemacetan di Jakarta.

Menurut Basuki, Jokowi telah memiliki data titik-titik mana saja yang rawan genangan dan rawan banjir. Penyebab pertama adalah banyaknya motor yang berteduh di bawah jembatan maupun flyover.

Para pengendara yang berteduh itu, kata Basuki, harus dapat segera ditindak. Sebab, mereka berteduh hingga memakan badan jalan. Seharusnya, para pengendara sudah menggunakan jas hujan saat mengetahui awan mendung.

Pengendara motor yang berteduh hingga memakan jalan dapat dilihat di bawah rel layang Gondangdia, flyover Palmerah, flyover Jatibaru, dan sebagainya. Penyebab kemacetan kedua adalah banyaknya sumpalan-sumpalan sampah di saluran air.

Sumpalan sampah, kabel, dan pipa itu menghambat aliran air. Penyebab kemacetan lainnya adalah tidak adanya petugas lalu lintas di persimpangan jalan. Intinya, menurut Basuki, jalanan di Jakarta sewajarnya hanya boleh padat dan merayap.

Tidak boleh sampai taraf berhenti. Akibat tidak adanya para petugas di lapangan, seperti Dishub DKI dan Satpol PP DKI, maka jalan akan semakin terkunci. “Orang Jakarta ini kan enggak mau ngalah semua. Kalau ngalah, kapan dapat jalan. Ini mesti ada petugas yang berani dan jaga, karena lampu merah pun orang jalan terus,” kata Basuki.

Petugas Dishub dan Satpol PP itu harus siap siaga ketika pagi, siang, hingga malam hari. Apabila hujan, mereka diimbau untuk juga menggunakan jas hujan. Jam-jam rawan seperti jam pulang kerja di sore hari yang harus menjadi perhatian para petugas Dishub DKI dan Satpol PP DKI.

“Kalau sudah tengah malam, enggak perlu dijaga banyak lagi, karena sudah kosong juga jalanannya,” kata Basuki.[Kompas.com]

23 COMMENTS

  1. Naik motor kalau pas memang kebetulan nggak bawa jas hujan, dan tempat terdekat berteduh di kolong jembatan/fly over, ya itu kondisi terpaksa pak…
    Daripada dipaksakan hujan-hujanan, sakit. Apalagi kalau orang tua atau bonceng anak kecil. Perlu dicari solusi juga pak, jangan asal usir, disuruh hujan-hujanan….

    • Memang sulit, kalau punya motor ya harus bawa jas hujan. Contoh ekstrim, kalau ngga bawa uang lalu musti bayar apa nyopet dulu :). Jangan naik motor, naik transJakarta kalau cuaca tidak mendukung!

    • Jeng Tamara, sekali2 gak ada salahnya untuk tidak egois. Kalo memang hujan pakai angkutan umum lah. Kan jarang hujan tiba2 tanpa mendung tebel. Tp kalo memang terpaksa bawa motor yah beli jas hujan donk. Jangan hidup nyusahin orang lain.

      • Klo anda punya & mengendarai motor, mobil, tank, pesawat.. harap pikirkan safety &keselamatan org !
        klo ga mau silahkan duduk & nonton tv trus lihat aj kemacetan.. & jgn coba” berkomentar !
        naik motor tp takut ujan ??! beli aj kuda, klo ujan ngumpet deh di bawah perut kuda..

    • Untuk Tamara, kalau semua seperti Anda Jakarta tidak akan pernah berubah, tetap macet dan semua egois ingin menang sendiri. Saya mengerti pola pikir anda dan masih banyak juga orang yang pola pikirnya seperti anda. Tapi tidak apa apa, yang penting sekarang anda dapat pengetahuan baru, bahwa tetap saja salah bila berteduh dikolong jembatan

  2. Tebar paku di jalanan juga berpotensi bikin macet.
    USUL:
    Di setiap pomp bensin tersedia juga jasa tambal ban.
    Dengan demikian, pemprov bisa bekerjasama dengan kepolisian untuk membuat larangan/menutup usaha tambal ban yang ada di seluruh pinggir jalan.

    • ini ide bagus. solusi memindahkan pkl tambal ban ke pompa bensin terdekat. gak mungkinkan di relokasi ke pasar jaya. pemprov harus kerjasama dengan pertamina.

  3. Pak Ahok, selain armadanya TJ harus diperbanyak….Jangan lupa untuk menambah jumlah pembatas jalur busway serta perbaiki pembatas jalur busway yg ada. Jadinya sterilisasi juga bisa efektif. Pembatas jalur busway banyak rusak terutama di Jalan Yos Sudarso dan Ahmad Yani.

  4. usulan yg patut dipertimbangkan, pomp bensin harus menampung penambal ban untuk buka 24 jam, yg diluar itu dianggap liar…. jalanan protokol tertentu juga dipertimbangkan motor sekalian dilarang masuk aja sekalian (jumlah motor benar-benar terlalu banyak di Jakarta)….. dikota besar China malah dilarang masuk kota…. 🙂 ( alasan mereka padat dan polusi)

  5. usul, kalo secara teknis dimungkinkan bisa, jalur busway harus steril, juga kalo bisa arah perjalanan transjakarta berlawanan arus dengan arah kendaraan pribadi dll, jangan searah. kalo ada yg nekat sampai terjadi tabrakan, penerobos busway jangan difasilitasi perawatan kesehatan, tanpa jasa raharja dan lain lain. cabut sim, atau masuk daftar hitam pengendara nakal.

  6. wah baguslah ini harus dimaintain terus momentum ini, jangan hangat hangat tai ayam… jaga terus jalur tersebut sehingga orang bisa tertarik untuk pindah ke trans jakarta.
    utk jeng tamara cobalah berpikir lebih luas… kalau naik motor ya persiapkan lah jas hujan, jalanan adalah milik umum bukan milik sekelompok orang dengan alasan ga bawa jas hujan kemudian berteduh di bawah jembatan layang

  7. ” CONTRA FLOW BUSWAY TRANS JAKARTA ” ” CONTRA FLOW BUSWAY TRANS JAKARTA ” ” CONTRA FLOW BUSWAY TRANS JAKARTA ” ” CONTRA FLOW BUSWAY TRANS JAKARTA ”

    – Salah satu penyebab tidak patuhnya pengguna jalan utk tidak memasuki jalur busway, adalah karena aturan yang dibuat sering kali tidak konsisten dijalankan; dan juga karena terbatasnya aparat hukum yang dapat mengawal aturan tersebut dibanding jalan yang harus diawasi… – Salah satu usul kami adalah : dengan melakukan “CONTRA FLOW BUS TRANS JAKARTA” ; JADI BUS berjalan berlawanan arah dari biasanya; kalau biasanya berjalan disebelah kiri; ini dilakukan dengan berjalan disebelah kanan, berlawanan arah dengan kendaraan biasa… AGAK BERESIKO MEMANG UNTUK PENGGUNA YANG MENGGUNAKAN JALUR BUSWAY, KARENA KEMUNGKINAN AKAN TERJADI TABRAKAN KARENA ARAH BERLAWANAN’ TAPI MUNGKIN AKAN EFEKTIF KARENA PENGGUNA JALAN AKAN BERFIKIR DUA KALI UNTUK MENEROBOS JALUR BUSWAY, KARENA TARUHANNYA TIDAK CUMA DENDA UANG (YANG SEBAGIAN ORANG MAMPU UNTUK BAYAR) TAPI JUGA RESIKO NYAWA….

    • Kalau busway disuruh berjalan berlawanan arah, rambu2 lalu-lintas yang ada saat ini menjadi tidak bisa dilihat oleh pengemudi busway; atau, dkl, Pemprov DKI harus memasang rambu2 lalu-lintas yang baru di semua jalan yang dilewati busway. Disamping itu, pintu keluar busway harus dirubah, karena penumpang tidak bisa lagi keluar dari sisi kiri (yang berarti penumpang bakal menginjak aspal jalanan) tetapi penumpang harus keluar dari sisi kanan (supaya mereka bisa menginjak trotoar). Berarti bahwa usulan ini bakal menambah beaya investasi untuk rambu lalu-lintas yang baru dan rekonstruksi semua pintu penumpang dari busway.

  8. pak Ahok, gak masalah sih sterilisasi jalur busway, tapi juga mohon diperhatikan jalur mobil yang terjadi bottleneck akibat jalur busway. misalnya pertigaan simprug, karena ada mobil mau masuk arteri, sehingga yg dr arteri harus rebutan dr 2 jalur kiri + 2 jalur lurus, = 4 jalur jadi 2 jalur. dahulu janjinya busway itu ambil 1 jalur, tambah satu jalur, ternyata hanya ambil 1 jalur, gak tambah 1 jalur. contoh lain seperti ketika keluar dari underpass gandaria, pembatas jalur busway sangat sempit dan mepet keluaran underpass, menyebabkan 2 jalur dari atas + 1 jalur dari underpass harus rebutan menjadi 2 jalur. belum lagi kalau sore ada warung soto, orang suka parkir, jadi 4 jalur menyempit jadi 1 jalur. sebenernya hal2x seperti ini simple, yaitu pembatas busway jangan terlalu mepet, sehingga mobil punya kesempatan untuk masuk (tidak membelok tajam), lalu tertibkan parkir pinggir jalan, dan juga bus ngetem (somehow bus sukanya ngetem di pas masuk busway.)

  9. “Petugas Dishub dan Satpol PP itu harus siap siaga ketika pagi, siang, hingga malam hari. Apabila hujan, mereka diimbau untuk juga menggunakan jas hujan. Jam-jam rawan seperti jam pulang kerja di sore hari yang harus menjadi perhatian para petugas Dishub DKI dan Satpol PP DKI”. SETUJU Pak. Kapan ? Saya malah perhatikan petugas Dishub banyak yang malah nyetopin mobil-mobil box…tau tuh untuk apa ? Emang tugas mereka kaya POLISI ya pak ? Bisa nilang gitu…pagi saja titik-titik tempat metromini biasa ngetem Dishub sudah tidak kelihatan lagi hidungnya…pasar baru yang dulu diawal-awal ada pagi-pagi…sekarang HILANG…Kalau penugasan dari staff Dishub tidak bisa konsisten, ngapain juga mereka ada dijalanan…Saya yakin di jajaran Dishub sendiri ada jenjang jabatan seperti di POLISI. Masalahnya atasannya mana, bawahannya kerjanya apa pada tidak jelas…Salam..Go..JB

  10. usul, sebaiknya pak polisi yang tilang ngajakin kerjasama dengan pihak BANK,
    biar bisa bawa EDC berjalan 😀
    semua orang pasti punya ATM, LANGSUNG GESEK biar TAU RASA. klo kasi surat tilang pasti banyak alasan.

    atau pak, dikenakan DENDA-nya pas perpanjangan STNK. 😀 mantep tuh bayar DENDA-nya lebih banyak dari bayar PAJAK..
    wkakakakakakakakakaka

  11. adayang komen kaya gini di forum fb :

    “Akhir yaa besaran denda bagi pengendara yang masuk jalur busway cuma Rp.65.000, ga jadi 500-1 Juta,,tapi apakah denda segitu membuat jera para pengendara yang masuk jalur Busway …
    Yang Masih Masuk Mah,Tinggal Kasih Busway Kick aja”

    mohon di tindak lanjuti emank bener dendanya 65 ribu bukannya 500 ribu roda dua roda 4 1juta ?????

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here