Jokowi: Kita Terbuka 100%, Bukan 99%

18
520

Ahok.Org – Memimpin DKI Jakarta Gubernur Joko Widodo, menekankan data lapangan, sebagai pijakan kebijakan. Itu sebabnya, ia sering blusukan. Petualangan lapangan juga ia jadikan kesempatan mengontrol program. Karena banyak ke lapangan, mantan wali kota Surakarta ini memercayakan urusan kantor kepada Wagub Basuki T. Purnama.

Bagaimana pola pembagian kerja dengan wakil gubernur?
Saya lebih banyak turun ke lapangan dan wagub di dalam. Saya juga sering ikut rapat pagi, tapi ngga sesering wagub. Kalau saya ke lapangan, ada masalah, saya minta wagub ngerapatin. Dua minggu lagi saya kontrol dan harus beres. Percuma direncanakan tapi nggak dikontrol. Kualitasnya bisa berantakan. Mereka harus merasa diawasi. Fungsi manajemen seperti itu yang sekarang terus kita garap.

Anda dan Ahok duet dadakan. Bagaimana mengembangkan rasa saling percaya?
Kita terbuka total, 100 %. Bukan 99%. Tiap pagi kita ketemu empat mata, kalau ngga ke luar kota. Waktunya sekitar setengah jam. Pembahasan masalah harian. Kalau perlu rapat, Pak Wagub yang biasanya ngerapatin. Koordinasi bisa lewat telepon. Saya selalu dapat hasil rapat. Rapih kerjanya.

Pernah berbeda pandangan jugakan? Bagaimana mengatasinya?
Sering. Tapi langsung diselesaikan empat mata. Kami terbuka, kalau yang benar wagub, ya langsung kita laksanakan. Kita orang-orang rasional. Asal alasan, data dan loginya masuk, kenapa tidak? Kalau sudah jadi putusan, berdua pasti satu suara, kalau ngga bisa bahaya.

Bagaimana Anda melihat Wagub Ahok?
Setiap masalah diselesaikan. Cepat kerjanya. Kalau bisa rampung sehari, ngapain nunggu sebulan.

Jadi, Ahok tipe cepat menyelesaikan masalah?
Kecepatan.

Itu positif atau negatif?
Ada yang positif, tapi kadang kalau kecepatan perlu juga ada remnya.

Yang mesti di rem, misalnya, dalam masalah apa?
Tanah Abang, misalnya, pas kita bahas malu langsung diselesaikan besoknya. Saya bilang, sebentar, dilihat dulu yang detail dan rinci biar ngga konflik. Buat saya, lapangan itu penting, saya kontrol, saya cek dengan detail biar semua gamblang.

Anda sering bikin festival, Itu lebih banyak gagasan Anda?
Kalau bisa setiap hari kita buat festival. Setiap kota, apalagi sekelas Jakarta, masyarakat  jangan disuguhi terus dengan sesuatu yang sifatnya konsumtif atau hedonis, yang urusanya dengan duit atau urusan politik. Keseimbangan bisa hilang, sehingga harus ada sisi religius dan sisi budaya. Kalau ngga, psikologi masyarakat pasti akan terganggu. Makanya butuh keseimbangan. Saya sudah coba ini di Solo. Kota itu, semakin sering warganya berinteraksi dan komunikasi tensinya akan semakin turun.

Untuk realsi eksternal, komunikasi dengan DPRD DKI Jakarta bagaimana?
Tidak ada masalah. Kita setelah satu tahun lebih memimpin tidak pernah ada voting.

Tidak pernah adayang walk out?
Itu biasa tih, kok walk out aja dipikirin. Itu dinamika politik. Kalau waktu di Solo saya pernah, tahun pertama itu dua kali voting dan kalah. Walau kita ada program dan tidak disetujui, itu biasa-biasa saja. Namanya juga orang banyak dengan kepentingan politik berbeda-beda, ya jadi itu biasa saja.

Ada lobi politik khusus ke DPRD?
Ngga pernah, tanya saja ke DPRD ada pernah.

Undangan makan siang?
Ngajak makan siang aja kok lobi. Makan siangnya terbuka kok. mana ada lobi. Waktu itu kan banyak yang tanya, kita sering undang masyarakat untuk makan siang tapi dengan dewan belum pernah. Ya udah kita undang makan. Artinya, kita dekat banget kok dengan dewan, tidak pernah ada masalah. Padahal, kalau hitung-hitungan kursi di DPRD kan kalah jauh. Tapi waktanya bukan mulus tapi sangat mulus. [Majalah Gatra]

18 COMMENTS

  1. Jokowi-Ahok adalah model ideal pasangan pemimpin bangsa yg bersinergi semaksimal mungkin guna mewujudkan Indonesia Baru yg adil, makmur, damai, sejahtera dan maju. Dibawah pimpinan mereka, insya
    Allah, Garuda Indonesia yg mencengkeram erat2 Bhinneka Tunggal Ika dan mengenakan Pancasila di dadanya akan lbh perkasa drpd Elang Amerika yg menggigit U Pluribus Unum. Tetap rendah hati dan saling belajar. Rakyat merasakan kasih / kepedulian yg kalian berikan. Jokowi-Ahok adalah panglima tertinggi harapan bangsa.

  2. “Namanya juga orang banyak dengan kepentingan politik berbeda-beda, ya jadi itu biasa saja.”
    Ini yg mesti dirubah, kepentingan rakyat dan negara yg mesti jd rumusan keputusan suatu program, bukannya kepentingan partisan. Kepentingan partisan adalah minoritas, kepentingan bangsa dan negara adalah mayoritas, jd yg mayoritas yg mesti lbh dikedepankan toh dlm membuat keputusan program.
    Bekerja cepat, tepat, terarah, penuh perhitungan ada baiknya utk terwujudnya Jakarta dan Indonesia baru, pasang target brp lama wkt yg diperlukan utk mewujudkannya.

  3. kemesraan ini janganlah cepat berlalu… ane see salut sm mereka berdua, tapi masih pesimis sm bwhan2nya yang suka nggak respon sama lingkungan sekitarnya, contohnya aja daerah rusun tanah tinggi banyak perjudian dan narkoba koq ga ada tindak lanjut dr pihak terkait, semoga pak jokowi dan pak ahok merespon agar masalah sosial disini cepat terselesaikan. amien
    i love ahok

  4. 2014 Risma Presiden RI/Prabowo Wapres RI, Jokowi Gubernur DKI/Ahok Wagub DKI.

    2019 Jokowi Presiden RI/Ahok Wapres RI, Prabowo Gubernur DKI/Risma Wagub RI.

    2024 Ahok Presiden RI/Jokowi Wapres RI, Risma Gubernur DKI/Prabowo Wagub DKI.

    2029 Jokowi Presiden RI/Ahok Wapres RI, Prabowo Gubernur DKI/Risma Wagub DKI.

    2034 Ahok Presiden RI/Jokowi Wapres RI, Risma Gubernur DKI/Prabowo Wagub DKI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here