“Geng” Muda Penata Kota

9
236

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja (48) Purnama menyebutnya ”geng”. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (41) menyebutnya ”poros”. Keduanya sama-sama mengacu pada sebuah forum informal para pemimpin muda sejumlah kota di Indonesia untuk saling curhat soal penataan kota.

”Sebetulnya ini tidak resmi, hanya ide informal. Kami punya poros kota kreatif. Ada Bandung-Jakarta-Bogor. Pak Ahok (Basuki), Pak Ridwan Kamil, dan saya. Ada juga Pak Arief di Tangerang dan Pak Azwar Anas di Banyuwangi. Kami intensif diskusi lewat Blackberry Messenger (BBM), SMS, WhatsApp, telepon, atau ketemu langsung, dan sering sharing soal masalah-masalah perkotaan,” tutur Bima, di sela-sela Kongres Dunia Ke-24 Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlement (EAROPH) di Jakarta, awal pekan ini.

Memanfaatkan kemajuan teknologi, para pemimpin muda dari sejumlah kota ini saling berkomunikasi tentang persoalan yang dihadapi dalam menata kota. Tanpa perlu forum pertemuan formal di gedung, mereka saling berbagi kiat, inspirasi, dan solusi atas masalah-masalah perkotaan.

Misalnya, tutur Bima, soal penataan pedagang kaki lima (PKL). ”Bagaimana nih Bandung menata PKL? Ooo, seperti ini. Jakarta seperti apa? Bagaimana dengan Bogor? Macam-macamlah yang diomongkan,” katanya.

Menurut dia, para pemimpin kota tidak perlu jauh-jauh studi banding ke negara lain. Yang didapati justru banyak perbedaan antara kotanya dan kota di luar negeri. Kota-kota di Indonesia malah memiliki lebih banyak persamaan sehingga masalah dan solusinya pun mirip.

”Kota-kota di Indonesia itu khas: lautan PKL, lautan angkot, lautan ruko, dan lautan sampah. Warganya banyak yang tidak disiplin. Dari kota-kota ini, kami bisa belajar contoh gagal dan contoh sukses,” ujar Bima.

Lebih segar

Dengan usia yang tidak terpaut jauh, para pemimpin muda ini sama-sama memiliki visi yang lebih segar tentang kota. Mereka bisa saling mengingatkan lewat gurauan sehingga diskusi lebih menyenangkan.

”Kami ada geng. Kan, memang kami berteman. Beda-beda partai, beda ideologi, tetapi niat kami sudah sama. Kalau dikatakan negara kita ini bergerak begitu saja, itu tidak betul juga. Sekarang ada satu keunggulan. Tiba-tiba anak-anak muda ini muncul, berkumpul, dan kami merasa kami perlu menyamakan visi,” ujar Basuki, Kamis (14/8), di Balai Kota.

Lewat BBM atau WhatsApp, komunikasi lebih cepat dan murah. Hampir setiap hari komunikasi itu dilakukan. ”Kalau ada kesulitan, bisa saling bertanya. Bisa juga saling mengingatkan sambil bercanda. Misalnya, ’Eh Jakarta, jangan asal ngomong lu. Lu kalau salah nanti kita salah juga’. Ha-ha-ha,” kata Basuki.

Dihubungi dari Jakarta, Azwar menuturkan, forum-forum besar justru sering kali tidak efektif. Forum kecil dan informal semacam poros kreatif atau geng pemimpin muda ini malah lebih bisa menginspirasi. Lagi pula, dalam berbagai acara, ketemu orangnya yang itu-itu saja.

”Suatu ketika, saya sedang ke Kantor Wakil Presiden. Saya lalu kirim BBM ke Pak Ahok. Beliau lalu meminta saya mampir ke kantornya dan kami pun berdiskusi,” tutur Azwar.

Ketika makan bersama, sambil bergurau, Azwar berkata kepada Basuki.

”Jakarta itu contoh. Daerah itu memfotokopi Jakarta. Jakarta bikin mal, daerah bikin mal. Nah, kalau Jakarta benar, daerah juga benar,” katanya.

Kepada Bima, Azwar berbagi cara tentang penutupan hotel kelas melati di Banyuwangi. Sebagai daerah tujuan wisata, Bogor bisa belajar soal ini supaya pariwisata tidak berakhir menjadi negatif.

Dari Ridwan, Azwar mendapat masukan soal pelayanan publik yang prima. Bandung bisa bergerak lebih cepat dalam hal pelayanan publik karena sumber daya manusianya lebih siap dan potensinya melimpah.

Saling melengkapi

Di tengah beban kota yang semakin berat akibat arus urbanisasi, pemimpin kota diharapkan kreatif dalam menata kotanya. Contoh sukses dan contoh gagal dari kota lain sangat berguna menyusun desain kota yang manusiawi dan layak huni bagi warganya.

Meskipun saran, usul, atau pengalaman daerah lain belum tentu bisa diterapkan di kotanya sendiri, forum para pemimpin muda ini menjadi ajang untuk saling melengkapi. Tidak ada yang namanya persaingan, yang ada saling menimba ilmu.

Bima menambahkan, persamaan antara para pemimpin muda ini adalah komitmen untuk pembangunan yang inklusif. Untuk menuju ke arah tersebut, desain kota tidak bisa hanya berasal dari pemerintah kota.

”Dari Makassar, saya belajar soal citizen charter, yaitu komitmen dengan warga kota. Kami pemerintah tidak bisa menangani sendiri beragam persoalan, harus melibatkan warga. Kalau warga sudah turun, semua akan terawasi,” tuturnya.

Pemimpin-pemimpin muda ini juga sangat terbuka untuk melibatkan semua pemangku kepentingan kotanya. Ridwan Kamil, misalnya, sangat aktif di media sosial, seperti Twitter.

Lewat akunnya @ridwankamil, dia menjawab pertanyaan warga, menerima laporan kegiatan dari wilayah yang dipimpinnya, dan mengunggah kegiatan pemerintah kota.

Di tengah berbagai persoalan yang membelit kota besar, setidaknya ajang curhat para pemimpin kota ini bisa menjadi semacam oase dan harapan bahwa ada yang peduli terhadap perbaikan kota. Dengan demikian, warga bisa optimistis hidup mereka melangkah maju.[Kompas.com]

9 COMMENTS

  1. “lautan sampah” BISA dikurangi dengan Waste to Energy Plant & Waste Compactor… tempat-tempat ramai seperi Monas, Stadion, bisa pakai tempat sampah seperti BigBelly Solar Compactor…kalau tempat pembuangam sampah sementara pakai compactornya yang kapasitas lebih besar lagi… bisa hemat BBM…

  2. walikota New York, Mr. Michael Bloomberg juga pasang solar powered
    di Times Square…di tempat-tempat ramai tong sampah cepat penuhnya…alias tidak tertampung…

  3. Selama tidak bisa menerapkan transparansi diberbagai hal, anggaran dll, sehingga membangun system yg bisa diteruskan jk sdh tdk menjabat nanti, yaaa masih kurang sip dibanding pak Ahok. 🙂

  4. Pak ahok gak bisa di sandingkan dengan siapapun mah…… 3 pejabat lainnya diatas tu gada apa apanya dibanding pak ahok……. jangan numpang tenar nebeng pak ahok deh…..

    • aria,,kt tidak boleh membanding2 kan orang dan tidak boleh brpikir negatif terhadap org lain..setiap org memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri dan ingat kt nga akan prnah sukses tanpa org lain yg mendukung kt dan menurut aq pa yg pak ahok bentuk dgn geng muda ini sangat lah baik untuk bersatu mencapai misi dan visi yang sama dan dgn sharing berbagi pengalaman sangat lah efektif membangun satu dengan yang lain.. kt manusia diciptakan dengan 2 telinga itu arti kt harus byk mendengar krn dgn itu lah kt akan memdapatkan pengalaman dan jangan pernah menilai org dengan sebelah mata.. salam persahabatan
      herlina lie

  5. Ini contoh gerakan yang positif ketimbang sibuk mengeluh dan berdemo.
    Yang penting siapapun pemimpin dan gagasannya, kunci utamanya adalah : JANGAN PERNAH KORUPSI dan JANGAN MAU MENERIMA SUAP.
    Uang APBN dan APBD untuk membangun daerah dan mensejahterakan rakyat.
    Rakyat sejahtera dan berpendidikan maka tidak akan lagi mudah terprovokasi isu-isu SARA yang tidak bertanggungjawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here