Ahok – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta memanfaatkan aplikasi smart city guna meminimalisasi anggaran dalam persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 mendatang.
Alasannya, Bawaslu mengusulkan dana yang cukup fantastis untuk penyelenggaraan Pilkada DKI yang akan digelar dua tahun lagi, yakni Rp 98 miliar.
“Mesti dianalisa dulu. Makanya saya tawarkan sama mereka (Bawaslu) bisa sebenarnya anggaran segitu murah. Kalau Anda memanfaatkan aplikasi smart city, seperti Qlue,” kata Basuki, usai bertemu Bawaslu di Balai Kota, Senin (31/8)
Dengan memanfaatkan aplikasi smart city tersebut, katanya, sosialisasi Pilkada 2017 bisa dilakukan lebih mudah dan murah sehingga tidak membutuhkan biaya besar. Apalagi, dari lima wilayah kota dan satu kabupaten di DKI, terdapat 267 kelurahan.
“Semua orang lapor langsung ke Qlue saja. Kamu juga tidak mungkin memantau orang begitu banyak. Langsung saja masukkan program smart city semua orang bisa kirim foto dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Bawaslu DKI, Mimah Susanti mengatakan, permintaan dana sejumlah itu dikarenakan pihaknya akan merekrut 12.000 orang yang akan bertugas sebagai pengawas di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Jadi, pos anggaran yang paling besar itu untuk gaji pengawas. Kami sudah ajukan Rp 98 miliar, tetapi belum tahu akan diterima atau tidak,” jelasnya. [Suara Pembaruan/Beritasatu.com]
bawaslu sudah dimarkup anggarannya, kemudian mereka mana mau penghematan kalau bisa dihabisi kenapa harus di irit bila perlu dikorupsi
jangan berprasangka buruk, nti muka menjadi buruk, berani menunjukan identitas diri dengan jelas dan bukti yang jelas jika akan menuduh lembaga, jangan pake anonim
justru yang perlu diwaspadai adalah ajakan Gub. Ahok, agar bawaslu menggunakan smart city yg notabene media gubernur, yang kan mencalonkan diri kembali pada pilgub 2017.
Bawaslu DKi jakarta harus mandiri dan independent karena Bawaslu DKi jakarta bukan SKPD yang berada dibawah perintah Gubernur. Tksh.
Halo, semoga komen saya ini dibaca oleh pihak penggagas aplikasi Smart City (Qlues)
Pertama, saya adalah salah satu pengguna aplikasi ini. Saya juga merasa ini adalah salah satu bentuk keterbukaan pemda Jakarta terhadap aspirasi masyarakat. Alasan kenapa saya senang sekali dengan adanya aplikasi ini.
Kedua, berangkat dari alasan di atas, saya juga mencoba untuk mempromosikannya ke teman-teman saya (saat ini saya menempuh pendidikan S1 jurusan Planologi di Universitas Tarumanagara). Terutama karena teman-teman pergaulan saya berasal dari jurusan tata kota. Saya pikir mereka juga akan suka dan merasa aplikasi ini efektif dan efisien untuk membangun Jakarta menjadi kota yang lebih baik.
Ketiga, kebanyakan pengguna “smartphone” sebagai salah satu mediasi untuk mendukung penggunaan aplikasi ini adalah anak muda seumuran atau di bawah saya.
Keempat, sayangnya. Bagaimanapun saya bercerita tentang aplikasi ini, mereka tetap tidak merasa aplikasi ini cukup “menarik” untuk diunduh dan ikut serta dalam pembangunan Jakarta. Alasannya, “malas” mengurusi hal-hal seperti ini. Sementara banyak hal lain yang bisa diurusi.
Kelima, saya memiliki pendapat. Bisa jadi karena publikasi untuk aplikasi ini kurang gencar. Saya menyarankan untuk mempublikasikannya lewat akun-akun selebgram seperti “Dagelan” atau membuat akun official line agar di-notice oleh masyarakat muda. Menciptakan public awareness untuk aplikasi ini, setelah tercipta public awareness, akan lebih baik lagi jika penggunaannya menjadi semacam “tren” di kalangan masyarakat. Yang penting memancing orang untuk mengunduh dan merasakan manfaat aplikasi ini. (orang Indonesia kan gampang banget kena dampak “tren” hehe).
Keenam, mungkin aplikasi ini tidak menawarkan “benefit” individu yang ditawarkan secara langsung. Maksud saya, bagaimana kalau aplikasi ditambahkan fiturnya, tidak hanya sebagai tempat pengaduan untuk masalah perkotaan, tapi ditambah fitur seperti games sederhana (teka teki, atau apalah), dimana pengguna nggak merasa “rugi” atau “menuh-menuhin memori” dengan mengunduh aplikasi ini.
Saya optimis dengan adanya aplikasi Smart City, karena orang Jakarta pun sekarang pintar-pintar. Untuk itu saya berharap agar aplikasi ini terus dikembangkan lagi supaya penggunaannya semakin massal dan benar-benar efektif sebagai pembangunan kota Jakarta menuju yang lebih baik lagi.
Regards,
Halo, semoga komen saya ini dibaca oleh pihak penggagas aplikasi Smart City (Qlues)
Pertama, saya adalah salah satu pengguna aplikasi ini. Saya juga merasa ini adalah salah satu bentuk keterbukaan pemda Jakarta terhadap aspirasi masyarakat. Alasan kenapa saya senang sekali dengan adanya aplikasi ini.
Kedua, berangkat dari alasan di atas, saya juga mencoba untuk mempromosikannya ke teman-teman saya (saat ini saya menempuh pendidikan S1 jurusan Planologi di Universitas Tarumanagara). Terutama karena teman-teman pergaulan saya berasal dari jurusan tata kota. Saya pikir mereka juga akan suka dan merasa aplikasi ini efektif dan efisien untuk membangun Jakarta menjadi kota yang lebih baik.
Ketiga, kebanyakan pengguna “smartphone” sebagai salah satu mediasi untuk mendukung penggunaan aplikasi ini adalah anak muda seumuran atau di bawah saya.
Keempat, sayangnya. Bagaimanapun saya bercerita tentang aplikasi ini, mereka tetap tidak merasa aplikasi ini cukup “menarik” untuk diunduh dan ikut serta dalam pembangunan Jakarta. Alasannya, “malas” mengurusi hal-hal seperti ini. Sementara banyak hal lain yang bisa diurusi.
Kelima, saya memiliki pendapat. Bisa jadi karena publikasi untuk aplikasi ini kurang gencar. Saya menyarankan untuk mempublikasikannya lewat akun-akun selebgram seperti “Dagelan” atau membuat akun official line agar di-notice oleh masyarakat muda. Menciptakan public awareness untuk aplikasi ini, setelah tercipta public awareness, akan lebih baik lagi jika penggunaannya menjadi semacam “tren” di kalangan masyarakat. Yang penting memancing orang untuk mengunduh dan merasakan manfaat aplikasi ini. (orang Indonesia kan gampang banget kena dampak “tren” hehe).
Keenam, mungkin aplikasi ini tidak menawarkan “benefit” individu yang ditawarkan secara langsung. Maksud saya, bagaimana kalau aplikasi ditambahkan fiturnya, tidak hanya sebagai tempat pengaduan untuk masalah perkotaan, tapi ditambah fitur seperti games sederhana (teka teki, atau apalah), dimana pengguna nggak merasa “rugi” atau “menuh-menuhin memori” dengan mengunduh aplikasi ini.
Saya optimis dengan adanya aplikasi Smart City, karena orang Jakarta pun sekarang pintar-pintar. Untuk itu saya berharap agar aplikasi ini terus dikembangkan lagi supaya penggunaannya semakin massal dan benar-benar efektif sebagai pembangunan kota Jakarta menuju yang lebih baik lagi.
Regards,