Basuki Ingin Harapan Hidup Warga DKI Capai 85 Tahun

2
136

Ahok – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkeinginan harapan hidup warga Jakarta mencapai 85 tahun. Pelayanan kesehatan di ibu kota akan terus ditingkatkan agar harapan tersebut bisa tercapai. Saat ini, harapan hidup di Jakarta berada pada usia 73,49 tahun.

“Jadi kesempatan hidup orang Jakarta bisa naik bukan pada angka 72 atau 76 tahun lagi, tapi bisa mencapai 85 tahun,” kata Basuki di Balai Kota, Jumat (11/9).

Agar bisa mencapai tersebut, Basuki telah meluncurkan program ketok pintu layani dengan hati melalui Dinas Kesehatan. Hal itu juga terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“Makanya kita dorong cek kesehatan. Untuk orangtua yang nggak mampu mesti didatangin,” ucap Basuki.

Keinginan Basuki ini, karena melihat usia kakek neneknya yang masih bisa beraktivitas dengan baik meski telah memasuki usia 93 tahun. “Kakek nenek saya saja umur 93 tahun masih sehat. Makanya kita dorong seperti itu,” ujarnya.

Selain melalui layanan kesehatan, Basuki juga menyiapkan berbagai fasilitas untuk warga Jakarta. Misalnya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Pintar (KJS), serta penyediaan hunian berupa rumah susun (rusun).

“Jadi makin mereka tidak khawatir dengan kehidupan ini bisa tidak pikun sebenarnya. Itu yang kita harapkan kalau dia sehat bisa jadi penasehat cucu cicitnya ceritain pengalaman dia,” papar Basuki.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI, tahun 2012 secara umum nilai IPM DKI Jakarta selalu berada di atas angka IPM Nasional. Pada tahun 2002, IPM Jakarta sebesar 75,60 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 78,33.

Dari angka tersebut usia hidup penduduk Jakarta, yang direfleksikan melalui angka harapan hidup, menunjukkan peningkatan dari 73,35 tahun pada tahun 2011 menjadi 73,49 tahun pada tahun 2012. Peningkatan angka harapan hidup menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Jakarta. [Beritajakarta]

2 COMMENTS

  1. IPM nasional kita no 111 (2012). Jauh di bawah Singapura dan Malaysia (cuma unggul di atas Vietnam, Kamboja, Myanmar, Timor Leste). Tapi itu cakupan nasional. Sebagai orang Jakarta, jgn membandingkan dengan Majalengka atau Papua… Ini Ibu Kota… bandingkan dengan Bangkok atau Kuala Lumpur. Mendingan benahin tuch pelayanan RSUD dan Puseksmas di DKI. Bikin yg berstandar internasional, sistematis dan berbasis data yg lengkap dan terukur… dari pada bikin program seperti di atas… nggak akan ada dampaknya, cuma pencitraan doang..! Bikin pelayanan yg bagus supaya orang nggak berobat ke singapura atau malaka… yg bermutu… bukan program basa basi dan tidak substantif…

  2. Mengapa pasien kita berobat ke luar negeri? Sebab dokter di sini (kebanyakan), komersial bangat, tidak jujur, tak transparan, takut/tak bisa/berani komunikasi (dua arah).
    Orang lanjut usia menjelang akhir hidup, dibawa keluarga bingung ke RS. Tiba di UGD langsung saja dipasang infus. dianjurkan opname, dan ke ICU. Di sana diperiksa darah, foto rontgen, USG bahkan CT Scan otak kalau kesadaran berkurang. dll, dll. Dan pasien kenyataannya tak bakal bisa hidup lama lagi sedangkan pemeriksaan tak relevan menguras dana keluarga untuk kepentingan RS.
    Siapa ingin sangkal?
    Saya dokter praktek, oktagenarian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here