Ahok – Dalam acara “Bincang 1 Jam Bersama Ahok” di KBRI Singapura, Senin (19/10/2015) malam, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendapat pertanyaan “vulgar”.
Vulgar di sini tidak berbau porno, tetapi terkait kemampuan Basuki membayar gaji para profesional muda yang diajaknya kembali ke Indonesia untuk membangun Jakarta.
Pertanyaan itu disampaikan oleh Edo Hutapea, yang juga moderator pada acara tersebut.
“Pertanyaan Anda vulgar sekali,” kata Basuki sambil tertawa.
Edo juga tertawa mendengar komentar Basuki terkait pertanyaannya. Menurut dia, itu hanya aspirasi profesional muda yang datang, yang telah dikumpulkannya.
Menurut Edo, hasil snap poll (survei cepat) di lokasi yang diselenggarakan oleh media online Global Indonesian Voices (GIV) menunjukkan, 61 persen dari sekitar 1.300 orang yang hadir bersedia kembali ke Tanah Air.
Berdasarkan snap poll itu juga, mereka menginginkan gaji minimal sekitar 6.000 dollar Singapura (sekitar Rp 60 juta per bulan).
Mendengar hal itu, Basuki tertawa. Menurut dia, angka itu kecil bagi Pemprov DKI.
“Kita sanggupnya menggaji berdasarkan kompetensi Anda, PNS kita paling rendah aja Rp 12 juta, eksekutif BUMD Jakarta juga digaji layak, apalagi profesional lulusan luar negeri,” ucap Basuki.
Mendengar hal itu, para profesional muda yang datang bertepuk tangan dengan antusias.
“Bagaimana Bapak akan merangkul kami profesional ini mengingat sebenarnya kami sudah sejahtera di Singapura,” tanya Edo, yang juga lulusan ITB.
“Yang penting hati Anda bukan hanya kepintaran atau uang. Itu sebabnya malam ini saya datang mengajak profesional di Singapura, mari pulang,” ucap Basuki.
Suami Veronica Tan ini kemudian mencontohkan salah satu staf khususnya, Melvany Kasih. Melvany merupakan lulusan Cornell University dan Cambridge University.
Sebelumnya dia telah bekerja di perusahaan manajemen konsultan ternama McKinsey.
“Dia yang sendiri datang ke Balaikota, ingin membantu, bahkan tanpa gaji,” kata pria yang akrab disapa Ahok itu.
“Saya pun kaget. Ya saya tawari gaji besar, dia enggak mau. Ya, akhirnya saya kasihlah ongkos, minimal bisa pulang taksi, ha-ha-ha.”
“Dia semula hanya berencana tiga bulan, kemudian diperpanjang sampai sekarang karena menurutnya lebih menantang mengurus permasalahan DKI,” ujarnya.
Acara “Bincang 1 Jam Bersama Ahok” ini digelar atas inisiatif tim Gubernur DKI yang diadakan oleh Forum Komunitas Masyarakat Indonesia di Singapura (FKMIS), bermitra dengan Global Indonesian Voices (GIV) sebagai mitra media. [Kompas.com]
Tahun 2000 gaji 6000 SGD di Spore, taraf hidupnya setara dengan yang bergaji 6Jt di Indonesia saat itu.
Entah sekarang berapa ya perbandingannya.
Biaya hidup di Spore mahal2, jd pertimbangan juga. Ya semoga ada yg terpanggil pulang membangun kota Jakarta.
Yg penting kagak KORUPSI dah..
sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti
ambangun nagari
kang diniati
luluhing ratri
tulusing budi
mugiya basuki
saderma siji
ngabdi bu pertiwi
ra kapetung piti
arume angluwihi
sekar melati
I
Yang terhormat
Pak Gubernur,
Pak, saya juga berminat menjadi staf khusus Bapak.
Saya mendapatkan gelar LLM (Master of Law) dari Rijksuniversiteit Groningen tahun 2013 dan Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia tahun 2011. Sekarang ini bekerja di salah satu firma hukum top di Jakarta.
Mohon diberitahu prasyarat-prasyarat yang diperlukan melalui email saya ini.
Salam hormat dan sukses untuk Bapak.
Leonard Saragi