Bangun Ikatan Warga dan Sungai

0
105
Diskusi tentang sungai, Foto: @hariankompas / @RobertAdhiKsp

Ahok – Jakarta adalah kota besar yang unik dengan 13 sungai yang mengalir di seluruh wilayahnya. Penataan dan pembangunan kota sepatutnya selaras dengan potensi lingkungan ini. Hubungan harmonis dapat dibangun dengan menumbuhkan ikatan di antara sungai dan warga.

Namun, sudah sejak lama, hubungan antara sungai dan warga nyaris tidak ada. Warga kota tidak merasakan kehadiran sungai karena kali diposisikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah. Sungai juga tertutup okupasi bangunan liar dan terhalang keberadaan infrastruktur, seperti jembatan dan tanggul, yang tidak didesain baik sehingga yang membatasi interaksi kali dan warga.

Kini, program yang bertujuan menyelamatkan kota dengan pembenahan sungai tengah berlangsung. Ada banyak perubahan positif, tetapi di lain pihak, pembangunan itu dikhawatirkan semakin menjauhkan sungai dari warga. Rasa memiliki sungai belum tumbuh masif dan dapat mengancam program penataan kali itu sendiri. Perlu dicari titik temu agar ada keterikatan antara warga dan sungai demi keberlanjutan program penyelamatan kota sekaligus pelestarian lingkungan.

Hal itu mengemuka di diskusi Jakarta Kota Sungai yang diselenggarakan harian Kompas, Selasa (19/1). Hadir dalam diskusi itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi, Sekretaris Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Restu Gunawan, pakar tata kota dari Universitas Tarumanagara Suryono Herlambang, Kepala Puslitbang BMKG yang juga Vice Chair Working Group I IPCC Edvin Aldrian, serta peneliti dan pemerhati Ciliwung Ernan Rustiadi dari P4W IPB.

Normalisasi diteruskan

Basuki menyatakan akan terus melanjutkan normalisasi sungai dan merelokasi warga di bantaran kali ke rumah susun. “Tahun depan akan lebih banyak relokasi karena rusun tersedia semakin banyak. Semua sungai akan dinormalisasi. Tidak ada tawar-menawar lagi,” kata Basuki.

Menurut Basuki, target normalisasi sungai paling minimal adalah tidak adanya sampah dan lumpur. Sebanyak 1.080 saluran penghubung juga akan dibersihkan secara tuntas supaya air mengalir secara merata. Dari laporan di lapangan yang masuk kepadanya, Basuki mengatakan, hampir semua saluran penghubung tersumbat.

“Menurut BMKG, tahun ini hujan tidak akan terlalu besar. Puncaknya justru di awal tahun 2017. Kami akan bekerja secepat mungkin tahun ini supaya aman dari banjir,” ujarnya.

“Yang paling berbahaya saat hujan begitu lebat, air laut juga pasang. Sementara tanggul laut tipe A sepanjang 64 kilometer belum selesai. Aliran air akan tertahan. Jika tanggul belum selesai, risikonya banjir. Aliran tengah memang aman, tetapi aliran timur dan barat riskan,” ucap Basuki.

Aspek sosial

Suryono mengingatkan agar kebijakan normalisasi sungai tetap mengedepankan aspek sosial dan peran masyarakat sekitar sungai. “Impian menjadikan Jakarta sebagai kota air hingga kini masih samar. Ikatan emosional antara warga dan sungai belum tercipta. Padahal, warga Jakarta hidup dikelilingi 13 sungai, 14 situ, dan 41 waduk,” katanya.

“Kalau mau menjadi kota air, secara visual, infrastruktur kota air harus terlihat dan ada di tengah masyarakat,” imbuhnya.

Ia juga mengingatkan agar Basuki memperhatikan permasalahan sosial akibat penggusuran dan normalisasi kali. Gubernur harus mengedepankan empati dan menciptakan pembangunan yang berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Menanggapi Suryono, juga Ernan dan Restu, Basuki menegaskan betonisasi sungai bukan harga mati. Aspirasi warga dan usulan realistis bisa diterapkan, didengar, dan diadopsi. “Namun, banyak yang kritik, tetapi tidak ada penawaran solusi yang konkret dan diterima warga. Padahal, perlu cepat menambah volume sungai dengan melebarkan, mengeruk endapan, dan menurap kali. Ini demi menyelamatkan 10 juta penduduk DKI,” lanjutnya.

Ke depan, kemungkinan menjebol beton dan mengembalikan badan sungai seperti kondisi alaminya terbuka dilakukan. Hal ini diamini Mudjiadi. Mudjiadi menambahkan, sudah disiapkan lokasi-lokasi di badan sungai yang memungkinkan untuk interaksi warga dan sungai sehingga menumbuhkan rasa cinta serta memiliki. Impian bermain air yang bersih, tetapi aman tengah digodok untuk direalisasikan. [Harian Kompas 20/1/16]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here