Majukan PKL Kuliner Jakarta, Komunitas ini Luncurkan #KAKI5JKT (video)

4
312

Ahok – Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam industri kuliner di Indonesia, khususnya di Ibukota Jakarta. Namun untuk mencari makanan kaki lima yang lezat sekaligus sehat dan aman, rupanya butuh ketelitian dan kecermatan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, beberapa komunitas anak muda berkolaborasi menciptakan #KAKI5JKT, sebuah startup ‘kekinian’ yang ditujukan untuk memajukan PKL kuliner di Jakarta. Program ini merupakan usaha Pemorov DKI untuk merealisasikan visi dan misi Gubernur DKI untuk mengedukasi PKL tentang teknologi terbaru yang memungkinkan makanan PKL dipesan melalui smartphone.

“Kami mau minta masyarakat Jakarta kalau jajan di PKL, jangan beli yang tak ada sertifikat BPOM-nya. Ini akan bantu kami, buat pedagang yang masih buat makanan dengan bahan kimia, lambat laun pasti dagangannya tidak laku dan dia akan terpaksa jual makanan dengan bahan yang baik,” ujar Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama saat grand launching #KAKI5JKT di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Kamis (10/3/2015).

“Ini juga bertujuan agar PKL tertata dengan baik, meningkatkan daya saing PKL dan menyediakan kuliner sehat dengan harga terjangkau,” imbuh Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan (KUMKMP), Irwandi.

Sejak 15 Februari lalu, sebanyak 400 PKL kuliner di Jakarta di bawah pengawasan Dinas KUMKMP dapat ditemukan di aplikasi pencari kuliner Zomato, dapat dipesan secara online melalui situs Porter, atau diakses melalui layanan Go-Food pada aplikasi mobile Go-Jek. Selain harganya yang terjangkau, warga dapat memastikan bahwa makanan tersebut memiliki sertifikat BPOM.

“Dengan bergabung di Go-Food, PKL diharapkan akan dapat meningkatkan usahanya, seiring dengan meningkatnya angka penjualan. Selain itu Go-Food juga membantu pemerintah dalam menentukan UMKM mana yang layak mendapat pinjaman kredit untuk pembinaan,” ujar CEO Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim.

Sementara Richard Cahyanto sebagai CEO Porter mengatakan dengan program tersebut tak hanya menguntungkan pedagang yang telah terkenal saja. Melalui fitur pencarian di platform Porter di www.kakilima.porter.id, masyarakat dapat mencari makanan kesukaan mereka dengan mudah.

“Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan keinginan pecinta kuliner dan membantu pelaku UKM untuk berkembang,” jelasnya.

Usai launching, Ahok tak ingin ketinggalan mencicipi kuliner PKL berupa Batagor dan onde-onde yang disediakan.

“Enak nih. Udah punya sertifikat BPOM belum?” tanya Ahok kepala penjual sambil mengunyah batagor.

“Sudah pak,” jawab penjual tersebut.

Kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari startup hingga komunitas sangat membantu untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi demi menciptakan Jakarta yang lebih efisien dan informatif bagi masyarakat.

Ke depannya, program ini ditargetkan dapat menjadi wadah bagi semua PKL yang berada di DKI Jakarta serta menjadi contoh bagi SKPD lainnya agar dapat memaksimalkan penggunaan teknologi dan kolaborasi melalui dukungan UP Jakarta Smart City. [Detik.com]

4 COMMENTS

  1. PakGub UMKM ini kan dinas yang memble yang Anda maksudkan itu loh ini bukannya Dinas dengan sekretaris mantan Lurah Susan. Ini UMKM sudah sering dapat peringatakan kan di rapim nah kapan dipecatnya PakGub jangan marah2 ajah, dipecat.
    Jadi tambah 1 lagi yang urgent untuk dipecat, Pertanaman (yang sudah umroh dulu!), Kominfo, Tatakota dan … UMKM.
    Ayo bersihkan tuntas birokrasi DKI dengan sikat kawat. Bersihkan birokrasi dari orang2 yang pemalas dan penggarong! Jangan lupa mereka ini dibayar mahal untuk apa dan uang siapa! Ayo angan hanya omdo PakGub.

  2. good program. positive. might be something interesting for tourist. when the ‘economic storm’ finally come, keep in mind that for longer time frame: Indonesia outlook is good (policies, tax amnesty, domestic demand, etc). keep improve the “ease of doing business index”. expect an economic rebound after the ‘storm’ passed. MRT project is really important.

  3. here is a study done by McKinsey: Agriculture and fisheries. Indonesia needs to raise productivity per farmer by 60 percent just to meet domestic demand. If the country can boost yields, reduce postharvest waste, and shift to higher-value crops, it could become a net exporter of agricultural products, supplying more than 130 million tons to the international market. Revenue from these sectors, together with the related upstream and downstream revenues, could increase by 6 percent a year, to $450 billion, by 2030.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here