Angin perubahan 10 tahun lalu memberikan ruang kebebasan kepada setiap warga negara Indonesia untuk terjun ke dunia politik. Tak terkecuali, warga Tionghoa yang puluhan tahun dipasung hakhaknya.
–
Kemunculan warga Tionghoa di lembaga wakil rakyat apakah sudah mewakili aspirasi mereka? Pertanyaan yang sulit dijawab. Setidaknya jaminan politik kepada minoritas sudah diakomodir dalam politik Indonesia.
Sejak pemilu era reformasi, semakain banyak wajah warga Tionghoa menghiasi panggung poitik Indonesia. Bahkan dari pemilu ke pemilu partisipasi politik warga Tionghoa cenderung naik. Setidaknya dilihat dari jumlah calon legeslatif (Caleg) yang diakomodir partai poitik. Bahkan kursi wakil rakyat di tingkat DPRD hingga DPRI direngkuh.
–
Sebut saja Rudianto Tjen yang masuk ke Senayan pada Pemilu 2004 lalu. Sebelumnya Rudi kader PDIP ini pada Pemilu 1999 sudah duduk di kursi DPRD Bangka.
–
Pada Pemilu 2009 nanti Rudi kembali bertarung merebut kursi DPR RI. Namun untuk kali ini dia sendiri harus berjuang keras dengan sesama warga Tionghoa yang diusung PDIP, yaitu Anton Gozelie. Lalu ada nama mantan Bupati Beltim Basuki T Purnama alias Ahok yang masuk lewat partai Golkar.
–
Tak saja Golkar parpol semacam Demokrat dan Gerindra menaruh sejumlah warga Tionghoa untuk bertarung memerebutkan jatah tiga kursi di Senayan untuk Babel.
–
Di DPRD Babel periode 20042009, selain Anton, Golkar juga menempatkan pengusaha Abet Suhaian duduk di kursi wakil rakyat. Demikan pula di DPRD kabupate/kota. Tercatat nama Darmawan alias Abing dari PPIB di DPRD Pangkalpinang, A Franxiskus di DPRD Bangka Barat, Hendriyansen DPD Bangka Tengah.
–
Milik Semua Warga
Pada Pemilu 2009 ini wajahwajah politikus muda warga Tionghoa kembali bermunculan di sejumlah parpol. Untuk caleg DPRD Babel jumlah mereka mencapai lima persen dari total caleg yang bertarung.
–
Ketua KPU Babel, Zulfriandi Afan mengatakan caleg warga Tionghoa pada Pemilu 2004 masih di bawah tiga persen.
–
Mulai masuknya warga Tionghoa mewarnai perpolitikan di Babel jangan dijadikan sebuah perpecahan tetapi semakin mengikat satu sama lainnya. Masuknya warga Tinghoa, menurut Zulfriandi yang biasa disapa Ifen mengambarkan perpolitikan di Indonesia semakin terbuka.
–
“Demokrasi itu adalah milik semua warga negara, jadi wajar apabila warga Tionghoa masuk dalam bidang perpolitikan. Sekarang tinggal kesadaran dari masyarakat, pilih caleg yang berkulitas atau tidak,” ungkapnya sembari menegaskan pilih yang benarbenar membawa aspirasi bukan yang hanya banyak uang tetapi tidak mengerti keinginan masyarakat.
Sementara itu, Dosen Sospol UBB, Anugrah Bangsawan yang mengamati perpolitikan di Babel mengakui sejauh ini, dikotomi etnis itu tidak nampak di permukaan. baginya, menunjukkan politik di Babel makin dewasa.
–
“Saya lihat masyarakat Babel sudah mulai dewasa. Mereka melihat caleg itu dari sisi track recordnya, maupun kualitas caleg itu sendiri,” terangnya sembari mengakui sepertiga masyarakat Babel merupakan pemilih rasioal.
–
Bangsawan pun menganggap isu primordial kurang laku lagi, khususnya di Kota Pangkalpinang. “Dengan adanya caleg warga Tionghoa, kita harapkan partisipasi dari pemilih semakin meningkat sehingga tingkat golput juga semakin sedikit,”pungkasnya.
–
Membatu Rakyat
Sedangkan Ahok mengakui mulai banyak warga Tionghoa di Babel bahkan daerah lainnya di Indonesia masuk dalam ranah politik. Namun dirinya tidak setuju jika isu bahwa primordial.
–
Semua orang itu, menurut Ahok sama, “Apapun golongannya baik itu kayamiskin, agama apapun, maupun warna kulit. Karena apabila sudah terjun didunia politik harus konsisten menjadi wakil rakyat jadi siap menjadi pembantu rakyat,” tukas Ahok sembari menyatakan dirinya maju dalam perpolitikan dikhitiarkan membantu masyarakat miskin.
–
“Tidak bisa satu orang kaya membantu 1000 rakyat miskin. Hanya bisa apabila dipercaya mengatur serta mengunakan APBD dan APBN yang diberikan untuk kepentingan orang banyak atau masyarakat yang benarbenar membutuhkan,” tukasnya.
–
Lain lagi dengan Meo Hoa. Caleg untuk DPRD Bangka Tengah menyatakan keikutsertaan sebagai caleg pada Pemilu 2009 kaena aspirasi masyarakat selama ini belum terakomodir sepenuhnya. “Kadangkadang yang ada di atas tidak menyambung sama yang ada di bawah, masyarakat,” ujar Me Hoa ditemui Senin (23/2) di kediamannya di Kampung Jeruk Kecamatan Pangkalanbaru.
–
Bahkan menurut Me Hoa, masyarakat belum maksimal merasakan hasil kerja anggota dewan. “Padahal banyak yang bisa diperbuat lebih dari itu, tapi tidak maksimal,” ujarnya.
–
Me Hoa memgang prinsip hidupnya harus berguna bagi orang lain. Apakah menjadi anggota dewan atau tidak. Sebaiknya demikian, ?kesmepatan terbuka untukberbuat lebih banyak bagi rakyat. (http://www.bangkapos.com/pemilu/read/5915.html)
bpk ahok memang warga tionghoa, tetapi hendaknya bapak membuktikan kerja nyata bapak selama ini.
Selamat Berjuang Pak A Hok
Terima kasih atas artikelnya
Saya Syarif Hidayatullah ( ayip), saya simpati pada pak basuki, jika bapak berfikir untuk membuat partai kabari saya sedia bantu bapak