Pimpin Jakarta Butuh Jantung Kuat

2
194

Ahok.Org – Memimpin Jakarta, kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, tidak perlu lagi mengasah otak. Sebab, pejabat di jajaran Pemprov DKI Jakarta sudah banyak yang cerdas.

“Yang dibutuhkan itu mengasah otot. Otot saraf, otot jantung, supaya enggak deg-degan,” kata Basuki saat menjawab pertanyaan dari siswa SD Manahaim di Balai Agung, Balaikota Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Di Jakarta, tutur Basuki, ia mendapatkan banyak orang yang melanggar peraturan, terutama peraturan daerah. Misalnya saja, para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan hingga ke tengah jalan ataupun yang mendirikan bangunan di atas waduk hingga ruang terbuka hijau.

Karakteristik masyarakat Ibu Kota, kata Basuki, tak sedikit yang ngeyel dan membela diri. Padahal, mereka melanggar aturan yang berlaku. Misalnya saja, mereka kerap membuang sampah sembarangan, menduduki trotoar untuk berjualan, menyewakan bangunan di atas waduk, mencuri listrik, dan sebagainya.

“Makanya, saya tadi bilang, di Jakarta tidak butuh melatih otak, cuma butuh melatih otot, jantung, saraf, agar tidak deg-degan menghadapi mereka, hahaha,” katanya seraya tertawa.

Tak hanya itu, mantan Bupati Belitung Timur itu menilai, orang-orang yang datang ke Jakarta merupakan orang yang nekat-nekat. Orang yang tidak nekat dan tidak memiliki ambisi, kata dia, tidak akan mau untuk mengadu nasib di Jakarta.

Basuki mengambil contoh warga Belitung Timur. Menurut dia, tak banyak dari mereka yang mau untuk ke Jakarta. Sebab, suasana di kampung jauh lebih nyaman daripada menetap di Jakarta.

Dalam pertemuannya dengan puluhan siswa SD itu, Basuki juga memberi kesempatan mereka untuk berkunjung ke ruangannya dan berfoto bersamanya.[Kompas.com]

2 COMMENTS

  1. Pak. jantung blh kuat tp mulut jgn kyk besi y. Tegas harus, Kasar hangus. Kasihan kinerja bapak hancur cm krn mulut besi. Sistem ganjil genap, bikin kasihan yang operasional kntrnya pake mbl dan harus lg, spt org marketing dan sales. Tlg Bikin terminal Bus dijalan, kyk singapore. Agak masuk sedikit jd ga menghalangi kendaraan dibelakang.

  2. Wah kalo gitu ane juga mo pindah deh ke pinggiran kota ato ke blitunk sekalian, krn ane keknya kurang ambisius utk nyari duit alias terlalu nyante demi kebebasan utk nikmatin idup dan berkreasi dgn apa yg dimiliki apa adanya.. hehehe…
    Suasana tenang/damai tanpa ‘kebisingan’ apapun yg ditawarkan emang bagus bagi kesehatan jiwa dan pikiran, lepas dari strezzz berkepanjangaaaaan… akibat siksaan 2+1 ‘anjing’ yg terus ‘menggonggong’ di kiri-kanan rumah ane saat ini… yg satunya emang punya kebiasaan menggonggong sesuai kodrat genusnya: Canis.
    —–
    @Garry: Ane dah lama usul langsung aja pake sistem ERP utk filterisasi jenis kendaraan yg ‘boleh masuk’ dgn modifikasi sistem “differential/gradual charges” (kriteria filternya terserah mereka yg nyusun, yg penting kendaraan2 listrik dgn size kecil spt “TRUE City Car”/Bike dapet insentif terbesar agar bisa maksa pindah ke moda transportasi yg lebih efisien dan non-polutif sekaligus mengurangi kemacetan/beban jalan dan parking-space), dah terbukti cespleng di negara2 yg nerapin, dapet duit lagi. Tapi klo maunya Jokowi pake ganjil-genap gitu, mo gimana? pak Baz kan cuma “#2”, ya wajib nurut segala maunya boz-nya donk, ntar klo mbangkang jalan sendiri kena dibilang ‘wakil yg kurang ajar’ gimana? 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here