Basuki: Abang-None Jangan Hanya Dijadikan Penerima Tamu (Video)

8
121

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta Abang dan None Jakarta tidak boleh lagi dijadikan sekadar pemanis acara. Selama ini, dia melihat para Abang dan None hanya menjadi pendamping pejabat dalam berbagai acara resmi atau menjadi penerima tamu dalam acara resmi yang diadakan Pemprov DKI Jakarta.

“Pokoknya, Abang dan None harus diperlakukan seperti anak. Namanya anak, harus ikut menemani tamu orangtuanya, kan? Jadi, jangan dipajang sebagai pagar ayu saja. Berdiri, berbaris di depan pintu untuk menerima tamu. Mereka adalah bagian keluarga,” kata Basuki seusai Penyerahan 18 Finalis Abang dan None Jakarta 2014 di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (28/8).

Untuk menjadikan Kota Jakarta sebagai kota yang ramah, aman, dan nyaman bagi semua orang, diperlukan Abang dan None yang mampu menjadi duta wisata. Karena itu, kemampuan dan keterampilan Abang dan None harus cerdas dan pintar.

“Selama saya bertemu dan berbincang-bincang dengan Abang dan None Jakarta, saya melihat mereka cerdas dan pintar semua. Kalau hanya dijadikan pagar ayu saja, kasihan banget. Saya ingin konsep ini diubah,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI ini berharap peranan Abang dan None Jakarta lebih ditingkatkan. Bila ada promosi wisata ke luar negeri atau ada pertemuan penting di luar negeri, Abang dan None bisa diikutsertakan dalam acara tersebut. Atau, bila ada tamu kenegaraan, Abang dan None bisa diminta untuk mendampingi tamu tersebut.

“Saya tidak suka kalau mereka hanya berdiri saja menyambut tamu. Saya maunya mereka yang menemani dan mendampingi tamu. Sehingga mereka bisa berbincang-bincang dengan tamu itu. Ini dapat menambah kemampuan mereka. Kalau ada rapat, bisa diundang sesuai dengan minatnya apa,” paparnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman menegaskan, pihaknya menyambut gagasan tersebut. Ke depannya, Abang dan None akan lebih diaktifkan peranannya, dengan menjadikan mereka sebagai pemimpin dalam promosi pariwisata Kota Jakarta.

“Mereka harus lebih aktif, ada tugasnya. Jadi enggak cuma protokoler saja. Mereka yang akan jadi leader, mereka akan turun ke lapangan. Mereka dapat dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan. Kalau bisa Abang dan None dijadikan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) Pemprov DKI,” kata Arie. [Beritasatu.com]

Video:

8 COMMENTS

  1. Setuju, Hok!… Abang None Jkt. hrs dipilih bukan saja rupawan, ttp. juga yg IQ dan EQ (Emotional Quotient, baca wiki) nya tinggi; selain itu bisa ber-macam2 bahasa, paling tdk bhs. Inggris-nya lancar,, nggak belepotan…

  2. kalau mau lebur koko cici ke abang none ….ganti dulu tuh nama bukan abang none lagi ….abang none itu identik dengan kebudayaan betawi …….contoh putra putri jakarta …selama gak d ganti gak bakal bisa di lebur …..kecuali ente gak paham budaya.

  3. sama ajalah mending cici koko dilebur sama dg abang none. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Keciali ada protes dari masyarakat Betawi untuk tidak dimasukan etnis lain di abang none. Tetapi jujur ajalah emang orang Betawi itu asli…..???

  4. Kali ini gue ga gitu setuju sama ide lu Hok.. Sekarang pemilihan koko cici lu mau hapus dengan alasan pembauran, besok-besok apalagi ? Ga boleh ada yg pake aksara Tionghoa ϑϊ Jakarta ? Kebudayaan Tionghoa ga boleh dipertontonkan ϑϊ muka publik ? Itu semua bukannya produk hukum orde baru zaman Soeharto, yg akhirnya cuman bikin kaum minoritas jadi sasaran kambing hitam politik ?? .. Terus terang waktu acara pemilihan koko cici diadakan oleh pemkot Jakbar th 2002, gue juga ga setuju setuju amat. Dalam hati gue bilang, kemungkinan besar acara beginian bakal jadi cibiran orang yg rasis. Tapi stl gue pikir pikir lagi, acara kayak gini kadang mesti diadakan pemerintah, buat pembelajaran dan contoh agar semua warga bisa saling menghargai perbedaan. Karena itulah kuncinya.. Menghargai perbedaan, bukan menghilangkan perbedaan atau meleburkan kebudayaan etnis yg satu dengan yg lainnya. Apabila semua warga saling menghargai, dengan sendirinya akan terjadi pembauran, dan pembauran itu akan lebih langgeng dibandingkan dengan pembauran yg dilakukan dengan dipaksa lewat peraturan2 yg kesannya otoriter seperti zaman orba..

    • Beda dong antara koko cici dg aksara mandarin..serta kebudayaan tiongkok. Aksara mandarin sebagai bahasa asing sama dengan bahasa inggris prancis. Demikian juga dg kebudayaan tiongkok, sebagai kebudayaan asing…sama dengan kebudayaan lainnya
      Gue setuju saja dengan peleburan koko cici dg abang none. Utk apa dibuat beda seolah olah koko cici bkn abang none. Padahal para keturunan semua adalah rakyat Indonesia.

  5. Dan setau gue, pemilihan abang none atau koko cici, bukan cuman buat milih orang yg ganteng2 dan yg cantik2 dari Jakarta aja.. Tapi juga sebagai salah satu cara untuk melestarikan dan mengembangkan masing-masing kebudayaan serta tradisi yg sedikit demi sedikit tergerus budaya asing. Dan kemudian mereka juga bisa ‘menjual’ budaya2 tersebut untuk menarik turis atau wisatawan baik domestik, maupun mancanegara. Jadi apabila pemerintah mengharuskan peleburan pemilihan koko cici ke dalam pemilihan abang none, kesannya juga seperti upaya untuk menghilangkan kebudayaan dan tradisi Tionghoa yg sudah mengakar dan membaur ϑϊ masyarakat. Coba dikaji dulu bos, apakah cara demikian efektif untuk pembauran ? Atau malah membuat lebih banyak orang yg rasis ϑϊ Jakarta ?

  6. peleburan tersebut gue setuju

    1. hemat anggaran
    2. mempersatukan beda ras dalam satu simbol budaya betawi dimana betawi sebagai simbol budaya Jakarta. Kalo ganti putra putri jadi lucu, apa yg bisa menjadi ciri khas jakarta gak ada dong LOL.

    • Perlu diketahui mengenai peleburan itu bukan berarti menjadikan satu ras dari segala macam ras, tetapi menjadikan satu agar hidup berdampingan dalam perbedaan yang ada. dalam konteks acara ini kan tentang simbol budaya muda mudi perprovinsi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here