Basuki Ingin Balai Kota Jadi Ruang Diskusi Film

2
66

Ahok – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama berharap, para insan film‎ nasional dapat menjadikan bioskop Wisata Balai Kota yang digelar setiap Sabtu-Minggu sebagai ruang atau tempat untuk diskusi film.

“‎Ini kan pusat kota, tempatnya strategis, mereka bisa datang dan diskusi gimana cara buat film dan putar film yang baik. Kita mau fasilitasi itu,” kata Ahok, sapaan akrabnya di acara Wisata Balai Kota, Minggu (04/10).

‎Selain itu, Ahok ingin bioskop di Wisata Balai Kota memutar banyak film-film yang edukatif dan memberi contoh bahaya narkoba bagi siswa serta generasi muda.

“Kita ingin anak-anak dari kecil sudah tahu. Slank akan mewakili teman-teman untuk menyampaikan bahwa narkoba itu sangat menjebak,” ujarnya.

Pemutaran film di bioskop Wisata Balai Kota bekerja sama dengan dengan Production House (PH) Starvision. Sebelumnya, sejumlah film nasional telah diputar seperti Bajaj Bajuri The Movie, si Jago Merah dan kali ini film Slank Nggak Ada Matinya.

“Nanti mungkin film Get Married dan film-film lain. Jadi menurut saya ini upaya untuk mendekatkan masyarakat agar cinta film-film nasional. Selain itu, ini bisa jadi ajang bagi Sineas untuk berkomunikasi secara langsung  dengan masyarakat,” tuturnya.

Tak hanya itu, Ahok juga berharap, dengan diputarnya film di bioskop Wisata Balai Kota ini, film nasional nantinya bisa menjadi tuan di atas rumah sendiri. Mengingat rating film yang diputar di dalam bioskop 21 sudah turun hingga hilang dalam waktu satu minggu.

“Orang bioskop 21 akhirnya kontak kita dan kasih proyektor dan film yang bagus, bermutu. Sehingga orang-orang yang belum sempat nonton di bioskop akan diputar di sini,” terangnya.

Selain di Wisata Balai Kota, tambah Ahok, pemutaran film juga akan dilakukan di kawasan Kota Tua agar tempat tersebut bisa menjadi tempat jual ide, kreasi, dan diskusi film-film nasional. ‎Masyarakat juga nantinya dapat belajar langsung mengenai perfilman dari para sineas, aktor, dan produser.

“Jadi nanti masyarakat lebih nikmati, ada aktor, sutradaranya, lebih demen (suka) mereka. Ini bentuk penghargaan. Film kita bagus-bagus,” tandasnya. [Beritajakarta]

Film Sejarah Jakarta Dapat Dilihat di Smart City

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, tidak akan memutar film mengenai sejarah Jakarta di bioskop Wisata Balai Kota setiap Sabtu-Minggu.

Pasalnya, film yang menceritakan sejarah ibukota dan gedung-gedung pemerintah telah diunduh ke dalam sistem aplikasi Smart City‎ yang bisa diakses warga dengan smartphone atau android.

‎”Wisata sejarah Jakarta sudah kita taruh di Smart City. Kalau kalian mau lihat gedung dan bangunan ini itu ada,” kata Ahok, sapaan akrab Basuki, di Wisata Balai Kota, Minggu (4/10).

Dikatakan Ahok, sejarah Jakarta yang disiapkan di sistem aplikasi Smart City perlu diketahu‎i agar warga dapat mengetahui mengenai seluk beluk Ibukota Jakarta dan mengerti jati diri bangsa Indonesia di Ibukota Negara.

“Model ini yang kita coba supaya orang makin suka, jadi ngerti. Kalu tidak ngerti sejarah, gimana mau ngerti jati diri kita,”‎ tuturnya.

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta akan terus memasang kamera CCTV di Jakarta dengan ketajaman gambar yang bisa dilihat melalui sistem Smart City. Termasuk untuk memantau Penerangan Jalan Umum (PJU) dalam kondisi mati maupun menyala.

“CCTV kita terus pasang. Kita sudah pasang yang tajam supaya bisa tahu sampai muka kita,” tandasnya. [Beritajakarta]

2 COMMENTS

  1. seharusnya masalah bajakan dulu yg diatasi. dulu ada wacana pelarangan jualan bajakan di mal2 dgn pergub/perda, gimana kabar wacana itu sdh sampe mana? sy lihat masih bnyk yg jualan bajakan ky di glodok. untuk industri film/musik penjualan ori jgn mahal2 harus lihat daya beli masyarakat juga. dulu pernah ada perusahaan yg jual dvd film ori 15rb. jika masalah bajakan ini bisa diatasi sy yakin seniman musik/film bisa menghasilkan karya2 yg gak kalah sama kpop n hollywood.

  2. Skarang era digital, bajakan versus original sudah nggak ada beda kualitasnya.
    Jadi jelas masalahnya di harga jual saja yg tidak merakyat, sedangkan bahan baku (keping dvd) sama, jadi persoalannya terletak di biaya produksi lainnya yaitu honor, pajak, dll dan ambil profit yg secukupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here