Pertamina Jual Rugi Pertamax dan Dexlite, Ahok: Tetap Harus Optimistis

0
78

BTP – Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tetap yakin arus kas perseroan akan membaik sampai akhir 2022. Ia optimistis perusahaan minyak negara itu bisa untung kendati harga jual beberapa produknya kini di bawah harga keekonomian.

“Tetap harus selalu optimistis,” ujar Ahok saat dihubungi melalui pesan pendek, Jumat (3/6/2022).

Ahok menjelaskan Pertamina kini menjual rugi Pertamax untuk menutup selisih gap harga minyak mentah dan harga jualnya ke konsumen. Selisih itu sekitar Rp 2.165 per liter.

Namun nilai kerugian per liter tersebut menyesuaikan rata-rata harga minyak Indonesia atau Indonesian crude price (ICP). Sementara itu dari seluruh produk yang dijual, Ahok mengakui hanya Pertamax Turbo yang dilepas sesuai dengan harga pasar.

Adapun data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 per April 2022 naik menjadi Rp 16 ribu per liter. Sedangkan sebelumnya, harga keekonomian BBM tersebut sebesar Rp 14.526 per liter.

Ahok mengatakan pihaknya akan terus mencari solusi untuk mengatasi persoalan gap harga tersebut agar tidak terlalu menekan beban keuangan. Salah satunya dengan efisiensi dari berbagai sisi.

“Terus lakukan optimalisasi biaya dan berusaha tingkatkan penghasilan di hulu,” kata Ahok.

Sebelumnya, Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi RON 92 menjadi Rp 12.500 atau naik Rp 3.500 dari Rp 9.000 per liter. Penjabat sementara Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan Pertamina mempertimbangkan daya beli masyarakat.

“Ini kita lakukan agar tidak terlalu memberatkan masyarakat,” ujar Irto dalam keterangannya, 31 Maret 2022.

Harga BBM ini tersundul oleh harga minyak dunia yang melonjak menjadi di atas US$ 100 per barel. Harga minyak mentah Indonesia atau ICP per 24 Maret 2022 melompat menjadi US$ 114,55 per barel atau naik hingga lebih dari 56 persen dari periode Desember 2021 yang sebesar US$73,36 per barel.

Faktor ini menjadi salah satu penyebab arus keuangan Pertamina pada akhir 2022 defisit hingga US$ 2,44 miliar. Hingga akhir tahun, negatif arus kas itu disinyalir bisa mencapai US$ 12,98 miliar. [Tempo.co]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here