RT/RW Bisa Laporkan Kegiatan Positif Melalui Qlue

4
36

Ahok – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, laporan yang diberikan RT/RW tidak harus bermuatan negatif. Mereka bisa melaporkan hasil kinerja lurah dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang sudah terealisir.

“Gak usah dibuat-buat, kan ada foto. Anda mau buat-buat pun itu minimal di peta kita itu jadi. Kalo gak ada berita, pasti saja. Kamu lapor baik juga oke kok. Kamu laporin got sudah bersih juga oke, PPSU kerja,” kata Basuki, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (27/5).

Ia menjelaskan, tugas RT/RW saat ini jauh lebih mudah. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, warga kerap ikut iuran untuk perbaikan jalan, pembersihan saluran dan pengangkutan sampah. Saat ini, semuanya bisa dikerjaan oleh pemerintah.

“Sekarang Kamu tinggal lapor, kita kerjain, kita pingin Kamu nggak mungut uang. Ada berapa RT RW yang bikin transparan laporan keuangannya,” ucapnya.

Basuki masih mendapati adanya oknum RT RW yang memanfaatkan jabatan untuk menyogok sopir truk sampah. Oleh sebab itu, ada beberapa yang menolak melapor ke Qlue.

“Harusnya RT RW ngumpulin duit buat ngirim sampah ke TPS. Ini nyogok sopir truk sampah kami, ngambil dalam rumah. Kita suruh bayar resmi, ribut juga. Kenapa? Ini ada uang sebetulnya,” tandasnya. [Beritajakarta]

Soal Protes Ketua RT RW, Ahok: Lapor Got Bersih Juga Oke Kok

Puluhan perwakilan Ketua RT dan RW di Jakarta Kamis (26/5) kemarin, protes soal kewajiban membuat laporan melalui aplikasi Qlue. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah mempersilakan mereka mundur jika tak ingin buat laporan.

Ahok mengatakan sebetulnya laporan berupa foto yang diganti dengan uang operasional itu, tidak melulu harus laporan soal kondisi negatif di lingkungan. Kondisi lingkungan yang baik juga bisa dilaporkan.

“Enggak usah dibuat-buat (laporan), kan ada foto. Anda mau buat-buat pun itu minimal di peta kita itu jadi. Kalau enggak ada berita, pasti aja. Kamu lapor baik juga oke kok. Kamu laporin got udah bersih juga oke. PPSU kerja,” ucap Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (27/6/2016).

Ahok menuturkan apapun laporannya, yang pasti harus ada laporan dari RT RW sehingga Pemprov bisa memberikan perhatian kepada warga. Justru dengan laporan itu, sekarang ‘tangan’ Pemprov bisa sampai bawah.

“Kenapa sih kita bentuk RT di perumahan, RW? buat ngurusin kita. Dulu buat jalan patungan, buat kebersihan patungan, lampu patungan, bangun sarana olahraga patungan. Sekarang kamu tinggal lapor, kita kerjain, kita pengin kamu enggak mungut-mungut uang,” papar Ahok.

Soal RT RW yang menolak memberikan laporan karena alasan beban kerja, hingga kesulitan menggunakan smartphone, Ahok sudah menegaskan silakan mundur dan diganti yang lebih siap bekerja.

“Kayak kemarin kan sebetulnya ributnya soal uang. Intinya kami mau uang kami, tapi tidak mau ada tugas. Boleh enggak terima uang APBD enggak ada tugas? Setiap uang yang dikeluarkan kita sudah berbasis kinerja, Kita ada KPI (Key Performance Indicator),” kata Ahok.

“Sekarang RT RW mau minta uang, operasional tiap bulan. Ya harus ada KPI yang terukur. Terukurnya apa? Laporan wilayah. Sehari 3 kali kok, kamu sms lebih banyak,” imbuhnya. [Detik.com]

4 COMMENTS

  1. OmSak tolong sampaikan Gub.
    Kalau selalu mendapat tantangan dari mana2 memang sering patah arang, tetapi PakGub kan ultra resilient. Jadi jangan selalu berkata, Gub selanjutnya, saya sudah siapkan ini dan itu, kok sepertinya sudah siap peletakkan jabatan, jangan gitu dong Gub!! TemanAhok ajah semangat banget dan Jakarta bukan terdiri dari orang2 bodoh yang tidak tahu hal, kami semua mendukung sepenuhnya petahana. Jangan biarkan Gerindra memimpin. Jadi SEMANGAT Gub.
    Keep up the hard work and ever onward!

  2. Sayang itu wartawan dari Poskota tidak membaca ini (diatas) ya, terus wawancara dengan tv/kcm. Jadi RT/RW itu minta uang tapi tidak mau kerja, ibaratnya ini kan minta upeti. Jadi bukan SEKARANG DIBERI UANG SUPAYA KERJA. Lah ini masih hidup dengan cara abad ke17 kayanya, makanya juga gaptek! Poskotanya jga tidak lengkap risetnya sudah bicara di media. Ah Kompas sma seperti Tempo. Media Indonesia tidak cerdas tidak kritis!
    Karena itu mereka reaksinya: tersinggung karena dihargai Rp.10.000,00 saja. Kok bisa sampai kesini? Udahlah, ganti orang dah jangan sok pahlawan. Dalam wawancara tv/kcm itu juga tidak dijelaskan bahwa telah ada banyak laporan bahwa RT/RW sepanjang abad ternyata sudah main malak dan pungli2 dengan supir2 dinasnya Pak Isnawa. Rupanya mau dipahlawankan,lugu banget sih. Kemana aja di republik ini mau ke kanan apa ke kiri ke atas apa kebawah temanya satu korupsi kecil atau besar tetapi yang berkelanjutan. Kalau seperti sekarang kerepotan karena nanti tidak dapat uang lagi, always the same stuff!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here