Ahok Belajar Padi, Karet dan Jagung

0
127

PASCA keikutsertaannya pada Pilkada Babel 2007, mantan Bupati Belitung Timur Basuki T Purnama yang akrab disapa Ahok, lebih banyak menghabiskan waktu di Jakarta dan sejumlah kota lain di Pulau Jawa. Bukan sekadar jalan-jalan, Ahok ternyata sedang serius mempelajari perkebunan dan pertanian.

Belakangan, Ahok sempat disebut-sebut akan bergabung ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, Ahok yang sempat berbincang-bincang dengan harian ini Jumat (4/5) lalu, menepis isu keikutsertaannya dalam lembaga yang paling ditakuti para koruptor itu. Menurut Ahok, untuk sementara ini ia belum terpikir bergabung atau mendaftarkan diri ke KPK.

“Itu mungkin hanya isu saja. Lagi pula untuk masuk menjadi anggota KPK itu harus melalui berbagai tes,” jelas Ahok mengklarifikasi isu yang berkembang.

Soal perjalanan kelilingnya ke Jakarta dan kota lain di Pulau Jawa, Ahok menjelaskan, ia saat ini tengah melakukan survei ke daerah-daerah di Pulau Jawa yang selama ini menjadi sentra penghasil beras, jagung dan karet.

“Untuk beberapa saat ke depan jarang pulang kampung karena harus survei ke beberapa daerah di Pulau Jawa untuk melakukan uji coba di bidang pertanian. Bila berhasil, ini akan dibawa pulang ke Bangka Belitung

sebagai oleh-oleh bagi masyarakat Bangka Belitung,” ungkap Ahok.

Walau tak lagi duduk di pemerintahan, Ahok menyatakan akan tetap berkomitmen membantu masyarakat Babel agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rakyat pasca pertambangan pasir timah.

Salah satu caranya, ia akan berupaya merintis usaha ekonomi kerakyatan yang berbasis pada peningkatan hasil produksi para petani di Babel melalui komoditas seperti karet, padi, dan jagung.

Awal bulan lalu, Ahok sempat berkunjung ke Bangka Tengah dan Bangka Selatan melakukan survei perkebunan karet rakyat di daerah ini. Ia juga pergi ke Danau Nujau di Kecamatan Gantung mempelajari teknis pertanian di sentra penghasil padi di Kabupaten Belitung Timur itu.

Dari hasil kunjungannya, Ahok memperoleh gambaran bahwa yang dibutuhkan para petani karet di Babel saat ini sebetulnya hampir sama dengan masalah kasus timah. Semakin banyak pabrik pengolahan karet, maka harga karet juga akan semakin baik. Menyikapi hal ini, ia menekankan perluya kehadiran investor yang bersedia membangun pabrik karet.

Ahok juga memberi catatan agar mutu karet produksi perkebunan rakyat di Babel terus ditingkatkan. Para petani karet diantaranya perlu mengubah kebisaan menggunakan tawas untuk membekukan karet dan beralih pada penggunaan cuka karet agar mutu karet dapat lebih baik.

“Kalau tidak dilakukan perubahan terhadap pengolahan karet, maka karet yang dihasilkan dari Bangka Belitung tersebut, cuma bisa dikirim ke Sumatera hanya sebagai bahan campuran untuk pengolahan karet yang menggunakan cuka karet,” kata Ahok.

Untuk itulah, jelas Ahok, pihaknya saat ini sedang mengkaji suatu kegiatan sosial bisnis guna menggerakkan perekonomian rakyat. Jika tidak ada aral melintang, ungkap Ahok, pihaknya berencana mendirikan sebuah pabrik pengolahan karet untuk mengakomodir produksi karet para petani karet.

Untuk tahap awal, pihaknya lebih dulu akan mengirim para pemuda asal Babel mengikuti pelatihan pengolahan karet di pabrik pengolahan karet di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mereka yang selesai mengikuti pelatihan, selanjutnya akan menjadi pengumpul karet di Babel. Diharapkan ke depannya pola pengolahan getah karet bisa berubah dan tidak lagi menggunakan tawas, tetapi menggunakan cuka karet.

Ahok berharap pemerintah nantinya dapat memberikan bantuan bibit karet kepada masyarakat maupun petani karet. Namun, bantuan bibit bukan dalam bentuk biji, melainkan bibit karet yang sudah diokulasi dengan bibit unggul.

Demikian juga dengan dinas terkait agar dapat mendukung pengembangan karet ini, seperti menganjurkan warga masyarakat untuk menanam karet lokal, mengembangkan budidaya bibit karet unggul, mengajarkan para petani untuk menerapkan pembibitan okulasi karet unggul, dan mengajarkan cara pemotongan karet yang baik.

Menurut Ahok, lahan bekas tambang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk lahan perkebunan karet. Jika ini berhasil, maka perusahaan penambangan tidak perlu repot untuk melakukan penghijauan lahan bekas tambang, tetapi cukup dengan menutup lubang bekas galian.

Dana penanaman karet di kawasan ini dapat menggunakan dana reklamasi yang dikeluarkan oleh perusahaan penambangan.
Padi Hibrida

Selain karet, Ahok juga sedang melakukan uji coba penanaman padi hibrida di daerah Jawa. Padi jenis ini bisa menghasilkan padi di atas sekitar 10 ton/hektar. Bila uji coba ini berhasil, maka bibit padi hibrida ini, rencanannya akan dibawa ke Babel untuk ditanam di areal persawahan di Babel. Dari uji coba di daerah Lumajang, sawah yang ditanam dengan padi hibrida bisa menghasilan gabah sekitar 15 ton/hektar.

Masalah pengairan areal sawah untuk penanaman padi hibrida juga sedang dipelajari, apakah menggunakan sistem irigasi atau sumur pantek. Langkah ini perlu untuk meningkatkan produksi beras di Babel. Jika ini terealisasi, maka ketahanan pangan di Babel dapat tercapai.

Ahok juga berencana membuka sawah di sekitar Desa Air Kelik Kecamatan Kelapa Kampit. Sawah ini diharapkan menjadi tempat khusus untuk menghasilkan benih unggul padi hibrida.
Keberadaan tempat pembibitan ini diharapkan dapat membantu pengadaan bibit para petani.

Dikatakan Ahok, sektor pertanian di Babel cukup komperatif, mengingat ketersediaan lahan yang madani dan kondisi cuaca yang mendukung. Oleh karena itu, kata Ahok, alangkah baiknya jika pemerintah mendatangkan investor yang bergerak di bidang industri pengolahan hasil pertanian dan produksi pakan ternak. (bev)

http://www.bangkapos.com/berita.php?action=baca&halaman=1&topik=1&id=52499

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here