Figur Basuki T. Purnama melangit saat menang dalam Pilkada Kabupaten Belitung Timur pada 2005. Dia menjadi suku Tionghoa pertama yang duduk di kursi eksekutif lewat pemilihan langsung. Namun begitu, Basuki tak ingin menuntaskan jabatannya hingga 2010. Setelah hampir dua tahun menjabat, dia legowo lengser demi mengikuti pemilihan orang nomor satu di Provinsi Bangka Belitung (Babel). Sayangnya, ia gaga;l menjadi gubernur karena perolehan suaranya kalah tipis dengan yang dianggap pemenang. Meski begitu, dia tak kecil hati. Gagal di Babel, Basuki kini bersiap membidik Istana Negara di ajang pilpres 2009.
“Sekarang saya sedang mengumpulkan konstituen untuk maju dalam Pilpres mendatang. Niat itu muncul karena didorong keinginan hati saya yang besar untuk menyejahterahkan rakyat,” aku pria yang karip disapa Ahok itu.
Melongok track record0nya sebagai Bupati Belitung Timur selama dua tahun, boleh jadi pengakuan Basuki ini memang 99 persen benar. Semasa menjabat, Basuki dikenal sebagai pemimpin yang getol membuat terobosan berguna bagi rakyat. Seluruh biaya pendidikan mulai SD hingga SMU dibebaskan. Dia juga berani mengasuransikan sebagian rakyat Belitung Timur agar dapat menikmati pelayanan kesehatan yang layak. Tunjangan seluruh PNS di sana juga diperbaiki. Semua itu bisa dilakukan Basuki setekah dia melakukan efisiensi beberapa pos anggaran kurang penting di wilayah kerjanya.
Semasa menjabat, Basuki juga dikenal sebagai pemimpin yang mengharamkan praktik korupsi. Semua sistem mafia birokrasi yang sudah mengakar dibabatnya tanpa kompromi. Atas keberaniannya itu, Basuki diganjar penghargaan sebagai tokoh anti korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Prinsip saya, kalau yang diatas lurus, sudah pasti bawahnya mengikuti. Saya juga percaya setiap orang itu punya hati nurani. Jadi, ketika itu saya enak saa mengajak bicara seluruh jajaran agar mau menjauh dari budaya korupsi,” kenangnya. (Majalah China Town, April 2008)