Menjadi Bupati Tionghoa di Komunitas Muslim

3
155

Jika selama ini warga Tionghoa memilih wirausaha sebagai jalan hidupnya, dan seolah “alergi” pada dunia politik, sejak reformasi tak jarang politisi muda Tionghoa menunjukkan kemampuannya. Salah satunya adala Basuki Tjahaja Purnama yang sukses menjadi pengusaha sekaligus menduduki jabatan sebagai bupati Tionghoa pertama di Kabupaten Belitung Timur yang 93% penduduknya beragama islam.

Energik dan smart, kesan itu langsung terekam pertama kali bertemu dengan Basuki Tjahaja Purnama. Dengan gamblang, Basuki menceritakan visi dan misinya dalam berpolitik di mana ia ingin ikut andil menyejahterahkan rakyat.

Menurut Basuki, masa kecilnya, dari SD hingga SMU dihabiskan di Pulau Belitung. Kedua orangtuanya, terutama sang ayah, selalu mendidiknya untuk mencintai rakyat. Menurut Basuki ayahnya, Indra Tjahaja Purnama menyekolahkannya agar bisa membantu rakyat. Selepas SMA Basuki melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti.

Setelah menamatkan pendidikannya dan mendapat gelas Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, Basuki pulang kampong dan menetap di Belitung. Di sana ia mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan. Namun setelah menggeluti dunia kontraktor selama dua tahun, Basuki menyadari betul hal ini tidak akan mampu mewjudkan visi pembangunan yang ia miliki, karena untuk menjadi pengelola mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang professional. Untuk itu Basuki memutuskan kuliah S2 dan mengamb il bidang Manajemen Keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta.

Setelah lulus S2, ternyata gelar Master in Business Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) membawa Basuki diterima di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta. Yaitu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

Namun pekerjaannya di Jakarta ini tak diteruskannya karena pada tahun 1995 Basuki memilih untuk membangun usaha sendiri di kampung halamannya. Ya, ternyata, di sela-sela pekerjaannya tersebut Basuki telah mendirikan PT. Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Bagi Basuki, pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang Kecamatan Manggar, Belitung Timur ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana menyejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan dan rakyat) dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang ada. Di sisi lain diyakini PT. Nurindra Ekapersada memiliki visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.

Berangkat dari visi seperti itulah pada tahun 1994, Basuki didukung seseorang tokoh pejuang kemerdekaan (almarhum Wasidewo) memulai pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memanfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Pembangunan pabrik ini diharapkan juga memberikan harapan besar menjadi cikal bakal tumbuhnya suatu kawasan industry dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).

Terjun ke Politik

Sukses menjadi pengusaha, tak lantas membuat Basuki puas. Di era reformasi tepatnya tahun 2004 ia tertarik terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) sebagai Ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur.

Pada Pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislative dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Tidak berhenti disitu pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005. Basuki berpasangan dengan Kahirul Effendi, BSc dari PNBK maju Pemilihan Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur.

Perolehan suara 37.13 persen mengantarkan pasangan ini menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitive pertama saat itu. Basuki menang di daerah yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Hal ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari visi misi dan juga kemampuannya masuk dalam berbagai lini masyarakat.

Ia banyak melakukan terobosan, Antara lain ia membebaskan biaya pendidikan dan biaya kesehatan bagi warganya. Bahkan ia memotong anggaran perjalan dinasnya hanya menjadi seperlima agar bisa membantu masyarakat kecil. Menurutnya ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan dalam demokrasi di Indonesia. Pertama, demokrasi tidak boleh menyengsarakan rakat. Kedua, jangan menghianati Pancasila sebagai dasar Negara.”Kebhinekaan Indonesia juga harus dijaga.” Ujarnya. Dan Ketiga, NKRI sudah final. Menurutnya generasi Tionghoa saat ini diharapkan bisa terjun ke politik.” Yang bersih, transparan dan professional,” ujarnya.

Dalam masa kejayaannya di dunia politik tersebut. Basuki mendapat tawaran untuk masuk dalam pemilihan gubernur. Saat itu, dengan cita-cita untuk menyejahterahkan rakyat yang membuncah, Basuki tertarik mengikuti pemilihan gubernur tersebut dan rela meninggalkan jabatannya sebagai Bupati sebelum masa jabatannya habis. Namun saying, nasib belum berpihak kepadanya sehingga Basuki harus rela tak melanjutkan ambisinya. Namun toh Basuki meyakini bahwa bagaimanapun posisinya sekarang ia masih bisa membantu masyarakat di sekitarnya terutama dengan memberikan lapangan pekerjaan yang layak melalui perusahaan yang dimilikinya. (Business Today, 14 Juni 2008)

3 COMMENTS

  1. Indonesia adalah negara yang mengaku demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila yang tetap mengedepankan agama sebagai citra dirinya, ketika seorang Ahok maju, ia adalah anak bangsa ini yang potensinya sudah dikenal oleh masyarakat Belitung Timur, bahkan para pejabat di sana mengakuinya sebagai seorang leader yang disegani tak kenal suap, dekat dengan rakyat miskin. meskipun Pak Ahok (begitu saya memanggilnya selama beliau jadi Bupati) seorang ‘Pendeta’ yang juga sangat relegius dalam menjalankan agama yang beliau anut, dengan kerelegiusannya inilah beliau juga memiliki sifat to9leransi dan tepa selira yang tidak perlu di ragukan lagi. Setahun lebih saya mengenal sepak terjang beliau, belum pernah terbaca tindakan beliau yang diskriminatif terhadap kaum muslim, rakyatnya sendiri atau mengutamakan agama beliau di atas lainnya secara sangat mencolok, itu bukan tipe sifat beliau (satahu saya). Ketika beliau mnacalonkan diri jadi Gubernur Babel, banyak kalangan yang ‘sayang’ kalau beliau akan tinggalkan Kab. Belitung Timur baik itu kalah atau menang, yang jelas beliau bukan lagi menjadi Icon Belitung Timur yang begitu di banggakan karena dekat dengan rakyat kecil, memahami kesulitas para staff kecil baik itu honorer maupun PNS di Sekretariat Daerah (tentu juga kesulitan para Kadin/Kabagnya), menghargai semua pendapat dan menerima kritik. Percayalah beliau penuh dengan Ketulusan, jangan berburuk sangka dulu. tanyakan kepada seluruh Rakyat Belitung Timur bagaimana beliau memimpin, dan kesimpulannya: SUlit ditemukan figur seperti beliau ini. Apapun langkah beliau yang menurut beliau keputusan terbijak tetap saya dukung, SELAMAT MENGOBOK-OBOK SENAYAN PAK AHOK. Jangan biarkan Trilyunan Anggaran Negara Bocor di DPR tanpa perbaikan fundamental untuk Rakyat, khususnya rakyat Belitung Timur, juga PNS rendahan seperti saya. Selamat Berjuang.

  2. Sudah saatnya kita sebagai umat Islam Indonesia membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bisa menjalin hubungan baik dan bahkan menaruh kepercayaan penuh dalam hal politik kepada warga minoritas non muslim. Salam sukses untuk pak Ahok

    • Kejujuran seperti yang saya baca mengenai Pak Ahok, cukup langka di Indonesia. Semoga mendapat jabatan yang lebih besar untuk memberikan pengaruh lebih luas dan ikut menjadi bagian dari pembangunan karakter di Indonesia.
      Untuk Mr Sharz: keterbukaan Bapak, semoga menjadi contoh untuk semua golongan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here