Memimpin Solo ala Jokowi

0
42

Ahok.Org – Jokowi mampu melakukan terobosan baru dalam mengubah Kota Solo, sehingga kebijakan populisnya dapat dirasakan langsung oleh warganya.

Walikota Solo Joko Widodo, atau biasa disapa Jokowi, mulai dikenal banyak orang setelah berhasil menata pedagang kaki lima di Kota Solo, tanpa gejolak sama-sekali.

Dengan keahliannya berkomunikasi, Jokowi dianggap mampu mematahkan mitos pemindahan PKL harus berujung pada bentrokan antara aparat dan pedagang, seperti yang terjadi di wilayah lain.

Empat tahun lalu, sekitar 900 orang pedagang itu akhirnya mau meninggalkan Taman Banjarsari di pusat Kota Solo menuju lokasi baru di Pasar Klitikan.

Ini adalah salah-satu contoh keberhasilan lelaki kelahiran 21 Juni 1961 ini, semenjak dia dipercaya menjadi Walikota Solo sejak tahun 2005 lalu.

“Saya selalu berpikir sederhana, dan berbuat juga sederhana”, kata Joko Widodo dalam wawancara khusus dengan BBC Indonesia di rumah dinasnya di Kota Solo, hari Senin (25/7/2011) lalu.

“Tapi,” lanjutnya, “(Kita) harus berani membuat terobosan, jangan rutin, jangan monoton, (harus) selalu ada pembaharuan, selalu ada inovasi, itulah yang terus kita lakukan”.

Hal itu ditandaskan Jokowi ketika ditanya apa resepnya selama 5 tahun memimpin warga Kota Solo.

Lebih lanjut alumni Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta (1985) ini mengatakan, upaya terobosan itu dia lakukan karena selama ini program kerja Kota Solo terlalu monoton dan tidak jelas ukuran keberhasilannya.

“Sehingga kita tidak tahu golnya kemana, ukuran keberhasilannya itu apa,” kata Jokowi, yang dulu dikenal sebagai pengusaha di bidang meubel.

Untuk itulah, bersama wakilnya FX Hadi Rudyatmo, Jokowi meminta bawahannya di jajaran birokrasi Kota Solo membuat konsep yang jelas dan kongkrit setiap mengajukan program kerja — termasuk bagaimana pengawasannya.

“Dan yang paling penting, mereka harus bisa menerangkan ke saya, pengembaliannya seperti apa kepada kita, return sosialnya, return ekonominya apa, return budayanya apa,” paparnya.

“Tidak hanya menghabiskan uang, tetapi harus jelas kira-kira kembalian ke rakyat, kembalian ke masyarakat, kembalian ke kota itu (harus) dihitung,” jelasnya.

Walikota PKL

Sejak berhasil memindahkan pedagang kaki lima, PKL, dari Taman Banjarsari ke Pasar Klitikan, empat tahun silam, tanpa menimbulkan konflik, nama Jokowi — begitu sebutan akrabnya — mulai banyak disebut.

Dia dianggap mampu mematahkan mitos pemindahan PKL harus berujung pada bentrokan antara aparat dan pedagang, seperti yang terjadi di wilayah lain.

Tetapi menurut Joko, proses itu tidaklah gampang. Dia harus menjalin komunikasi dan negosiasi berbulan-bulan dengan perwakilan pedagang kali lima itu, hingga mereka akhirnya mau pindah ke lokasi yang baru, tanpa ada protes.

“Saya melakukan pendekatan manusiawi terhadap mereka,” kata Jokowi, suatu saat, mengambarkan proses komunikasinya dengan para PKL itu.

Akhir Juli lalu, saya datangi lokasi bekas PKL di Taman Banjarsari, dan yang tampak adalah kenyamanan yang diperlihatkan belasan warga kota dengan beristirahat di tempat itu — yang terlihat asri dan tenang.

Para PKL yang telah sekitar 4 tahun menempati tempat baru di Pasar Klitikan, seperti disampaikan perwakilannya, Joko Sutikno, mengaku merasa lebih nyaman berada di lokasi yang baru.

“Di sini lebih ada kepastian hukum, berbeda saat saya berada di lokasi yang lama,” katanya.

Walaupun program penataan semua PKL di kota itu belum tuntas, atas upaya terobosannya itu Jokowi dianggap mampu memberikan pelayanan yang baik bagi warga Kota Solo, utamanya bagi warga kalangan bawah.

Tokoh perubahan

Belasan warga Kota Solo yang saya wawancarai akhir Juli lalu menganggap banyak langkah perubahan yang dilakukan sang walikota.

Mereka menyebut program seperti pelayanan asuransi kesehatan untuk warga miskin, serta layanan kesehatan dengan biaya dari APBD………….SELENGKAPNYA KLIK DISINI

*Artikel ini dimuat BBC 4 Agustus 2011

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here