Jokowi-Basuki Unggul 356.931 Suara

12
396

Ahok.Org – Rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten dan kotamadya pemilihan gubernur DKI Jakarta telah selesai dilaksanakan hari ini. Selanjutnya berita acara dikirimkan ke KPU Provinsi DKI Jakarta.

Dari enam wilayah administrasi Jakarta, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Joko Widodo-Basuki T. Purnama memperoleh suara terbanyak 2.468.952 suara.

Sementara calon incumbent (petahana) Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli hanya memperoleh 2.112.021 suara.

Rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat di KPU Provinsi dilaksanakan pada 28 September di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.

Jumlah DPT (Daftar Pemilih Tetap) putaran kedua pilgub DKI 6.996.951 pemilih. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya 4.667.941 pemilih atau 65,7 persen. Sementara pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (Golput) 2.329.010 pemilih atau 34,3 persen.

Berikut perolehan suara perwilayah:

Jakarta Pusat:
Fauzi-Nachrowi : 249.427 suara
Jokowi-Basuki: 256.529 suara

Kepulauan Seribu:
Fauzi-Nachrowi: 8.794 suara
Jokowi-Basuki: 3.178 suara.

Jakarta Barat:
Fauzi-Nachrowi: 474.298 suara
Jokowi-Basuki: 577.232 suara

Jakarta Timur:
Fauzi-Nachrowi: 611.366
Jokowi-Basuki: 695.220

Jakarta Selatan:
Fauzi-Nachrowi: 476.742 suara.
Jokowi-Basuki: 507.257 suara

Jakarta Utara:
Fauzi-Nachrowi: 300.188 suara.
Jokowi-Basuki: 432.714 suara. [Tribunnews]

12 COMMENTS

      • keliru lagi bos, golput bukan peserta/kandidat, dia ada di sektor khusus lain spt halnya suara gak sah, yaitu “potential votes” or “votes to other than candidates” sector.
        gak milih (atau sengaja/diatur agar gak ada undangan/diundang padahal di DPT ada) = no vote = invalid vote.
        Jadi yg runner-up tetap foke-nara.
        .
        soal “golput disengaja/diatur (incumbent) krn gak diundang”, ini gua juga baru tau nyatanya waktu mau nyoblos, kpu boleh aja ngomong begitu (gak di undang boleh pake ktp, yg penting nama/no.ktp ada di DPT), tapi nyatanya, biar dah ngasih ktp tetep aja sama petugas kpps di TPS disuruh menghadap ke ketua rt minta undangannya, kalo gak diberi/ada, dianggap malah kita bukan penduduk rt situ -> jadi punya ktp juga percuma, yg penting itu kita dapet/bawa surat undangannya bos. Nah, ini dia, gimana kalo RT-nya males ngirimin undangan tsb? nah lo!
        Untung aja RT gue biar males ngirim undangan, takut juga ketauan KPPS penyakit malesnya, jadi akhirnya mejeng juga dia di TPS, nyegatin warganya sambil ngasih undangan kalo ketemu di pintu masuk.
        Tapi waktu gue disitu, dia lagi ngobrol di pojok jadi gak ngeliat gue, ya gitu deh gue langsung aje ke petugas KPPS nyerahin KTP dan seterusnya spt yg sudah diceritakan diatas. Lalu stlh disuruh menghadap RT, ya gue cari die dan stlh ketemu baru dikasih undangannya, gue kasih ke petugas, dia bilang: “Ni ada undangannya! gimana sih ente!” (dikirain maen-2 kali ane sama die), langsung aje ane bales: “lah, ini aja baru dikasih sama RTnya! tanya aja tuh langsung sama orangnya! kan ente sendiri yg nyuruh ketemuin die, gimane seh ente?” – nyengir kuda deh si petugas, pura-2 gak tau, padahal dia kenal dan liat sendiri RT gue megangin undangan begitu banyak di tangan, makanya ane jadi tau RT guw gak distribusiin surat undangan ke warganya, alias males ngirimin, bukannya karena gak bisa ketemu ane ato gak bisa nyeplosin ke kotak surat.
        .
        BTW, kalo dipikir-2, bole juga aksi ngelesnya RT gue nih… nunggu di pintu masuk… soalnya dah tau salah dia sendiri, daripada kena damprat KPPS (emang RT dibayar juga kalo ngirimin undangan yah?)… hehehe…
        .
        Mudah-mudahan gak ada yg kayak gini lagi di era JokoHok… yg jelas pasti, gubernur/wagub sebelumnya gagal benerin sifat/perilaku aparat nya sendiri termasuk RT/RW.
        kan gubernur sendiri yg melegalkan status RT/RW ini di Jakarta dgn Surat KepGub-nya Th.2001 No.36 (cmiiw) yg ditandatangani SutiRoso, gubernur Jakarta waktu itu.
        .
        “Perilaku aparat pemda (s/d RT yg terbawah) Jakarta = cermin perilaku Gubernur/WaGub jakarta.”

        • wakakak, mending banget RT lu bro, perna RT gua uda malah udah ga distribusiin surat undangan bis gitu orangnya ilang lg liburan sekeluarga keliling eropa br balik bulan depannya, alhasil satu RT ga dtg ke TPS nonton tv aja deh di rumah

          • kayaknya nonton tipi lebih enak/seru drpd nunggu nyoblos brow… lama n gerah.. belon lagi sesek napas kalo ada yg kentut.. deket TPA lagi.. haahh! 😀 kalo gak berjuang demi pilihan, ga da yg mo nyoblos kali gw rasa.

  1. Opps! Sebentar.. “petahana” itu apaan sih?
    yg (lagi) bertahan? pelaku yg bertahan?
    kalao yg ini maksudnya maka incumbent = defender, bukan begitu?

    atau kita kembalikan ke arti asli incumbent, yaitu “pihak yg sedang berkuasa atau memegang jabatan/posisi”.

    kenapa sih kesannya musti ciptain kata baru dlm B.Indo buat sebuah hal yg sudah ada katanya yg sudah populer dipakai meski itu dlm bahasa Inggris, yg notabene B.Internasional?

    Kenapa kita malah spt tidak berusaha utk mempelajari B,Inggris (English) yg sangat penting karena ia adalah sekaligus B.Internasional?
    Entah hal ini adalah sebuah kemajuan berbahasa atau malah sebuah kemunduran, saya tak tahu, saya serahkan kpd pemirsa sekalian utk menilai – tapi saya lebih menilai ini adalah kemunduran, krn kita tetap saja tidak mengerti kata-2 Inggris dan kata baru pun tidak sepenuhnya dikenal dan dimengerti = proses pembodohan tak disengaja.

    FYI, saya lebih suka pakai kata “incumbent”, karena singkat, jelas, tepat, tak sepanjang tulisan dlm B.Indonesia. Dan kalau artinya mau disingkatpun, banyak dari kita yg gak ngerti kata baru tsb dan harus megnhapal lagi kata-2 mubazir ini (sudah ada yg populer dipakai tapi masih bersikeras bikin kata baru yg justru malah bikin bingung dan tak populer – sama halnya dgn spt kasus Download/Upload => Unggah/Unduh, padahal yg pertama lebih populer).

    Kalau mau terjemahkan sebaiknya pikir-2 dulu sblm basisnya kuat. Saya saja mengira kata baru itu artinya yg bertahan/berkuasa. Jadi sebaiknya tulis dgn “Defender” atau “Penguasa” daripada malah tambah ngaco.

    Kalau ada kata “Penyerang” utk “Attacker/Offender/Striker”, maka yg benar harusnya kata yg digunakan utk “Defender/Sustainer/Holder” adalah “Penahan” tanpa suffix “a” disertai peluruhan konsonan dari “t” jadi “n” utk kata dasar “tahan”.

    Kajian tambahan buat pemirsa yg cerdas…
    (saya setuju dgn poster pertama di forum lain yg pernah menyitir soal fenomena ‘asbut’ ini.)
    .
    Pemirsa.. Utk “cellphone” (English word), Yg benar terjemahan/penyebutan-nya itu “hp (handphone)” atau “ponsel (telepon selular)” dlm B.Indonesia?
    .
    terpaksa ane nanya soal ini juga krn ane prihatin, bule yg tinggal disinipun kena virus bacod ngaco kita dan menyebut dgn cara yg salah pula spy gaul katanya, padahal dia tau itu salah sebut krn di negaranya sendiri itu disebut “cellphone” sesuai sistem teknologi transmisi radio yg digunakan alat komunikasi tsb. Yg pasti saya salut ada orang yg memang serius cerdas spt Renald Khasali, beberapa orang dan instansi/institusi populer lainnya (spt TV, KeMenLu RI, dst) yg konsisten memakai kata yg benar, tak goyah dan tergiur utk memakai kata yg salah tapi populer itu agar lebih gaul katanya.
    Intinya, janganlah kita sembarangan memakai kata ‘baru’ hanya krn ada orang yg dianggap populer atau lebih tahu (i.e: penjual cellphone) tapi rada ‘oon’ seenaknya nyebut krn alasan gampang diingat dan menurutnya pas krn dipegang tangan tanpa meneliti sudah tepat atau belum, apa ada yg sudah pakai singkatannya dlm dunia yg sama yg malah lebih populer (ICT: computers, fax/scan/printers, gadgets, cellphones, etc), dst.
    .
    Ini saya kemukakan agar kita tidak terjerumus lagi dgn pola-2 ‘asbut’ (asal sebut) spt kasus cellphone ini. kata yg sudah tepat dan populer sudah ada dari negeri asalnya, kenapa tidak dipakai saja? malah demam ingin bikin kata baru lagi… ga mubazir apa alokasi otaknya dipake buat hal-2 yg kurang berguna spt menghapal dua kata berbeda tapi sama saja artinya?
    .
    Jawaban yg benar utk “cellphone (cellular phone)”: ponsel (telepon selular).
    “telepon genggam” pun masih salah, krn gak beda artinya dgn “hp (handphone)” yg hanya terjemahan langsung dari “handphone” meski ada yg berdalih “genggam” maksudnya “bisa dibawa kemana-mana (portable)”, tapi orang lain bisa mengartikan lain juga krn rada ambigu.
    .
    Kenapa kata “hp (handphone)” salah?
    karena baik kata dan singkatannya salah semua. Pertama, “hp” sudah ada yg pakai, spt yg pernah diutarakan di forum lain oleh user lain, pernah dengar “hewlett packard” yg logonya juga “hp”? kalo belon berarti gaulnya dari jalur yg salah, bukan dari jalur IT, memang kalo gaulnya dari jalur Roxy dan sekitarnya/semacamnya kurang tau soal “hp” ini, tapi yg jualan komputer dan perangkatnya harusnya pada tau semua, tapi koq gak ada yg berusaha benerin, ini yg bikin saya bingung – bisa/jawara jualan barang IT bukan berarti elit yg cerdas.
    Kedua, “handphone” artinya “telepon tangan/genggam”. Ok, that’s fine! Tapi apa telepon dgn teknologi sebelum ponsel (PSTN, Cordless, Satellite, etc) pegangnya gak pake tangan juga??? kalau telepon dgn sistem teknologi baru berikutnya muncul dan tetap dipegang tangan (bukan dgn kaki atau jidat, atau bahkan mata [i-phone, got it?] yg cukup fenomenal kalo sampe ada), apakah kita akan tetap menyebutnya “handphone/hp” juga? Nah, akhirnya bingung juga ‘kan ente…
    Malu ah, katanya dah gak gaptek, anak gaul-gadget-geetoo-lo, melek internet, tapi buat nyebut alat komunikasi yg sekarang sedang populer saja masih ngaco/salah alias ‘asbut’… gak Unyu dong! hehehe… 😀

  2. Situasi: Ada User yg komplain ke Customer Service Officer (CSO) dan sedang berbincang di Hewlett Packard (hp) Service Center.
    .
    User/Man: Mbak, no hp-nya berapa? (dgn gesture kepala menanduk menunjuk printer bermasalah milik User di dekat si CSO)
    .
    CSO/Woman: (sambil tersenyum dgn pipi memerah) Emm.. ngapain pake nanya no hp (saya)?
    [Emang mua ngajakin makan malam nih?]
    .
    User: (rada bingung mencernanya) Lho, kan kartu garansinya harus diisi no seri printer hp-nya kan baru bisa klaim?
    .
    CSO: (salting berat!) Ooooh… iya ya bener itu..! Sebentar saya lihat dulu..!
    [buru-2 langsung nyari no seri printer hp yg rusak itu didepannya]
    .
    Sutralah: Ini yg ngawur si User apa si CSO yah? Sampe di pusat servis hp sendiri (bukan di toko komputer umum lho) gak nyadar dah ngaco gak tau lagi bacotin apaan dua-duanya… 😀
    .
    Contoh kedua
    ———–
    .
    JKW: Doh, hp ane rusak lagi neh, siwalan!
    Padahal belinya gak murah lagi.
    .
    BTP: Ah, hp ane jarang rusak tuh, merek apaan sih yg ente beli?
    .
    JKW: Ya ha-pe, lah.. tulisnya begitu..
    .
    BTP: ??? Emang ada hp mereknya “hp” juga?
    .
    JKW: ????? Ngomongin apa seh kowe? Situ nanya mereknya apaan, ya itu mereknya, emang maunya merek apa?
    .
    BTP: ?? Coba gue liat hp-nya, bos! (penasaran, yg lagi diomongin barangnya apaan sih?)
    .
    JKW: ???? Gimana mau kasih situ liat? lha wong ada dirumah. Mana mungkin saya bawa kemana-mana tuh hp, berat tau!
    .
    BTP: ???????? Bos, kayaknya nyang ente ngomongin printer hp ye?
    [baru nyadar si BTP dgn kebiasan ‘buruk’ kita yg umum yaitu sering nyebut barang dgn mereknya saja yg populer, bukan tipenya – spt “Sanyo” lah utk mesin pompa air]
    .
    JKW: Iya, emang apaan lagi? (akhirnya nyadar) Ooo.. situ kira ponsel aku ya?
    Hahaha… ngawur kowe!
    .
    BTP: Ooo… fOKElah kalo begitu…
    (nyengir kuda, tau dah salah nyebut barang/merek jadi rancu ngobrolnya)
    .
    Sutralah: Nyang ane tau, dua-duanya (hp[merek] dan ponsel[barang] murah, biasanya dari China) sekarang emang katanya sering rusak, gosipnya gitu lho… 🙂 tapi ane punya hp (printer, bukan ponsel) inkjet gak pernah rusak tuh, krn jarang pake kali ye? malah canggih banget bisa jalan dgn tinta item doang buat print/copy document, gak perlu ada tinta warna, padahal belinya murah dan kata si penjual toko harus terinstall dua-duanya baru mau ngopy/ngeprint, namanya juga barang murah katanya begitu). Lagian yg sering rusak kan yg model infus (banjir kemana-2), bukan yg model setroom (gak bakal banjir, krn kering disetrum, termasuk orang yg salah megang ;)).
    .
    .
    Oiya, hampir lupa! hari ini 100 hari wafatnya Gus Dur.
    Selamat jalan Gus Dur, semoga senang di surga sana, kami takkan melupakan jasa anda!
    Rest in Peace, Gus Dur! God/Allah Bless U!
    We all peacelovers and minorities love U forever!
    (Kalo gak dilarang oleh ajaran kaum muslim sendiri, mungkin orang tionghoa/kaum confusianists/taoists akan bikin patungnya juga di klenteng-2, percaya deh, soalnya dah kebiasaan mereka utk sesuatu yg berjasa sekali bagi mereka agar dibuat patungnya dan disembahyangi dan dikenang jasa-2-nya, bukan disembah lho! – and FYI, gue gak beragama tapi percaya adanya sang pencipta dan kesetaraan hidup makhluk ciptaannya termasuk tanaman, spt yg diyakini oleh KH Abdurrahman Wahid juga, mulia sekali pemikiran tokoh pluralis besar ini!)

  3. PETAHANA? .. Masak sih anda yang diatas ini baru denger… gw pertama X denger dan tahu artinya sejak 2001, ketika di daerah gw ada pilkada.. gw yg orang daerah aja tahu 11 th yg lalu..

    Bagi gw kata2 HP atau Handphone lebih familier di denger daripada yg lain.. sejak pakai th.’94 ampe sekarang masih nyebut HP/Handphone…

    OOT Ahh Lebay ..
    pokoke Go Jakarta Baru… Salute..

  4. @Jack:
    .
    th 94? gak kelewatan lebay ente boongnya?
    emang ente mampu beli ponsel th 94? ketawa berat dah ane! u cek lagi dah, kapan tepatnya populer istilah ngaco handphone itu… bgmana bisa populer kalo yg beli aja amat jarang banget!
    .
    petahana? 11 taon yg lalu? gak gue gak tau, gak pernah diajarin disekolah gue di jakarta soal “petahana”, yg gue tau cuma incumbent. Orang tipi juga nyebutnya incumbent, gak pernah denger mereka nyebut petahana, jangan sok tau ente! Silakan cari “petahana” di kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau Kamus Bahasa Inggris-Indonesia edisi dibawah tahun 2000 (11 taon yl kan ente bilang?), ngga akan ketemu kata “petahana”, coy!
    ente terlalu muda boongnya utk orang setua ane, jangan belagu ente! si penulis aja masih pake kedua kata biar yg tua yg taunya cuma “incumbent” kagak bingung liat kata “petahana” begitu. emang nyebelin kalo ngadepin generasi twitteran gini, abg aja sok tau lagunya. nulis cuma bisanya pendek-2 gitu mau sok tau soal waktu dan fakta. dah koit ente sblm action nulai.
    .
    Lu pasti dari luar pulau ye?, makanya lebih familiar dgn sebutan ngaco hp daripada ponsel (biasanya dari batam/medan/bangka soalnya yg mereka tau ya cuma hp=ponsel, gak tau yg laen, pinter dagang gak berati cerdas+kritis) dan ente dah tahu kata petahana 11 taon lalu tapi gue baru denger skrg. itu bahasa daerah ente ya?
    btw, aslinya dimana sih ente tinggal?
    .
    Di tempat ane di batavia, lebih familier nyebut “Sanyo” daripada “mesin pompa air”, meski dah banyak merek laen masuk pasaran, tetep aje nyebutnya Sanyo, salah siape kalo ngaco gitu? lah sedari dulu gak dibenerin maka jadinya kayak gitu deh, tinggal ketawa aja kite…
    Konyol aje dengernye: “Koh, cari Sanyo yg murah, ade?” untung aje ane gak jual tipe barang laen bermerk Sanyo selain pompa, jadi tau maunya die. Coba kalo ane juga jualan batere ato tipi/AC/kulkas Sanyo, bakalan rada ribet kan? pake musti nanya lagi Sanyo apaan maksudnya.
    Mo bilang lebay lagi? gak lebay tuh, temen ane jual hampir semua tipe barang dari satu merek yg sama (biasa kan? cari duit gak boleh milih-2 barang yg mo dijual kan?, kalo bisa semuanya sedia, jadi “one stop service” lah, daripada gak ngebul asep dapur ngarepin jualan pompa tok), jadi dia musti nanya lagi tipe barang yg mana yg dimaksud si pembeli kalo dianya rada ‘oon’ gitu.
    .
    Sekarang, ane tanya sama ente: kalo ente jualan ponsel dan komputer/printer/monitor hp dalam satu toko (biasalah, namanya juga cari duit), trus pembeli yg dateng sama gebleknya kayak ente, bilang: “hp yg murah ada?”. ente mo bilang gak perlu rada lebay nanyanya supaya tau maunya dia yg mana?
    .
    Sama kayak kasus KPK vs Polisi sekarang ini, lho kenapa gak diatur dulu dlm aturan KPK/Keppres siapa yg berhak menyidik kasus korupsi kalo dua-nya (KPK/Polisi) gak mau ngalah/mundur spt itu?
    Krn masing-2 punya pengertian berbeda dgn aturan yg kurang jelas itu. Sama halnya spt ente dan ane, kita pengertiannya berbeda thd satu singkatan kata yg sama. Yg mau dipake yg mana sbg yg benar pemakaiannya? dst.
    .
    kesimpulannya, Ente gak fasih ngoceh English (makanya gak tau cellphone itu yg bener), gak ngerti dunia IT (entah IT bukan bidang ente atau gak lulus sekolah IT, masa hp aja gak tau, cacad ente kalo ente orang IT tapi kagak tau hp itu kependekan dari apa, abg baru dibeliin ponsel ye ente? beli ponsel baru belajar, bukan belajar dulu baru beli – biasa lah), makanya gak tau yg bener mana. dah ngikutin yg salah, masih gak nyadar, gak heran ente bacod gitu, soale yg asbut kayak ente juga banyak.
    .
    Lebay? Yg bikin dan pake kata “petahana” itu baru lebay! udah ada kata “pejabat” atau “penguasa”, itu sudah pas dan tepat buat terjemahan “Incumbent” (yg sedang berkuasa/menjabat), mo ngapain lagi pake bikin kata baru lagi? ga ada kerjaan yg lebih penting apa? itu baru lebay! Bikin 3 kata cuma buat satu arti yg sama? beneran lebay binti gak ada kerjaan! Otaknya penuh diisi cuma buat ngapalin ratusan kata yg artinya sama tok! gimana mau cerdas bangsa ini? lha kapling di otak buat mikir dah kagak ada lagi, dah penuh sama hapalan kata-2 mubazir soale.
    .
    Lebay? yg keseringan bacod/posting pendek disini cuma buat ngucapin ‘selamat’ tok ujungnya, itu baru lebay! dah kebanyakan yg kek gitu disini ampe bosen binti enek liatnya (sorry guys, but that’s what I felt) – kayak lagi ngeliatin twitter aja, emang gak cukup ya ngucapin selamat di twitter aja? Palingan cuma satu-dua aja yg cukup kritis/vokal, shg baru bisa menghibur gue.
    .
    So Simple as that, dude!
    Ah, sutralah… ane juga dah mulai bosen mampir disini, dah gak seru lagi komen-2 disini soale, kebanyakan cuman ‘congrats’ posting, itu lagi itu lagi, ya bosen lah… abisan nyang punye nyali buat posting yg rada kritis ‘apa-adanya’ nyaris kagak ade, bisa diitung pake jari, dan ga lewat dari satu tangan… gimana mau rame..
    .
    Ayo dong, koh Ahok bikin rame dong forumnya sendiri nih, katanya suka bicara ape adenye alias vokal, pegimane sih ente nih?

    • @Q-Man
      Cobalah hidup dijamanku anak muda, hehehe.. masa nggak mampu beli.. walaupun saat itu HP dapat gratis (fasilitas perush.)..
      th.’88 kuliah di Bandung, lulus dgn memuaskan. th.’93 awal karir di bidang telekom.(salah satu vendornya Telkom – Bdg). th.94 dapat fasilitas HP (Motorola startac, kalau ditaruh tengkurap kayak sedan) Surat keputusannya jelas-jelas tertulis HP, bukan ponsel dsb..
      Anak muda, bagi saya, tulisan gak harus panjanng… yg penting pesan tersampaikan,…
      Mungkin aku yg salah ketik, maksudku tu pilkada 2006, di daerah tempat kerja sekarang..
      Anak Muda, sudah terlalu sering aku bertemu orang dengan semangat tinggi sperti sampeyan ini.. banyak kritisi dsb.. Tapi tetap, hasil kerja-nya yg kulihat.. seperti anak2 buahku…

    • O ya.. just FYI.. Gw adalah salah satu pencetus ide nama jurusan/sub jurusan “IT” (TI).. yang tahun 80 – 90 an lebih populer dengan sebutan jur. “informatika”.

  5. Wah topiknya cukup heboh juga nih.

    Q-man, saya paham maksud you bagus, meluruskan yg gak bener meski itu cuma sebuah kata (handphone) dan efisiensi pemakaian kata (petahana), gitu kan maksudnya?
    Tapi sayang seribu sayang, bro… u dah telat ribuan tahun sebelum Masehi… 😀
    udah terlalu banyak yg pakai istilah yg ‘ngaco’ utk ponsel itu (saya setuju gan dgn anda dlm hal ini krn saya orang IT juga), jadi susah banget kalau mau dilempengin sekarang. Ini termasuk instansi resmi ikut2an ‘ngaco’ juga lho, saya saja agak kaget begitu tahu. Udah ‘ko asep’ istilah Sundanya.

    You mengingatkan saya akan sifat ahok yg katanya tak takut menentang arus demi kebenaran (spt ikan salmon katanya ya?), sama spt anda juga, sementara yg lain kagak berani dan pada cari aman saja biar ga ‘diomelin’ spt kasus you ini. hehehe. salut deh buat you. biar kelihatannya kecil isu ini tapi nilai pelajaran moralnya lebih penting -> “Tidak boleh korupsi biar sekecil apapun! nanti jadi kebiasaan!” Spt halnya fenomena kebiasaan korupsi kata yg ‘asbut’ ini di masyarakat kita yg cuma membuat kita jadi terlihat bodoh sama spt saat kita melihat bangsa/negara lain yg juga melakukan kebodohan yg sama.
    wah bisa jadi jargon baru nih! pertamax mantaps!

    You should let it go, bro… believe me.
    It aint worth it, man! Mending kita cukup ketawa saja tiap dengar istilah kacau-balau itu, nanti dia juga malu sendiri koq. Mudah-mudahan. Amen! WAW, so sweet..!

    Salam damai dari negeri yg sama kacau-balaunya. 🙂 Cheers! Pencet klaxonnya, pencet!

Leave a Reply to Seleb Unyu Lebay Ember (SULE)! Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here