Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih versi perhitungan cepat, Basuki Tjahaja Purnama, berharap agar Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) 2013 dapat sesuai dengan seluruh program Jokowi-Basuki dalam pemerintahan barunya. APBD Jakarta 2013 mencapai Rp 44 triliun, naik 10 persen dibandingkan APBD Perubahan 2012 yang mencapai Rp 41,3 triliun.
Basuki mengatakan dirinya dan Jokowi akan terlibat langsung dalam penyusunan dan perancangan anggaran agar program yang notabene berbeda dengan program pendahulunya ini dapat terealisasi. “Nanti penyusunan anggaran disesuaikan. Pak Jokowi akan terlibat langsung sehingga program kami masuk (sesuai) dalam APBD 2013,” kata Basuki.
Ia yakin bahwa anggaran Rp 44 triliun tersebut cukup bagi seluruh program Jokowi-Basuki. Alokasi anggaran akan didasarkan pada skala prioritas program.
Mantan Bupati Belitung Timur ini menyatakan beberapa program akan menjadi program prioritas Jokowi-Basuki setelah ditetapkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.
Beberapa program yang akan langsung dieksekusi oleh pemerintah DKI Jakarta yang baru adalah program Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, pembangunan apartemen sederhana dan terpadu (superblok), penataan kampung kumuh, serta penyelesaian pembangunan koridor Transjakarta. “Kami juga akan mulai membangun apartemen sederhana terpadu, kampung kumuh serta penyelesaian koridor busway di Bekasi dan Tangerang,” katanya.
Menurut Ahok, program-program ini akan menjadi program yang segera dieksekusi dalam 100 hari pemerintahan baru DKI Jakarta berjalan.[Tempo.co]
Usulan rencana penambahan 1000 busway dalam waktu 100 hari. Kalau mau beli baru dealernya paling ready stok bus hanya bbrp saja. Alternatif bisa sewa bus AC dalam kota/bus AC antar kota dari PO di Jakarta atau kota lain. Supaya tdk ganggu jumlah angkutan dalam kota/antar kota dari kota lain tsb, sewanya masing2 kota cukup 1-5 bus x 200 kota sudah 200-1000 bus. Begitu bus baru datang bus sewaan bisa mulai dikembalikan
serius bisa jalan dlm 100 hari, saya gak yakin, bahkan saya perkirakan 1 tahun lah baru bisa jalan semua, soalnya bangun apartemen sederhana terpadu itu gak mudah lho!
Kalo merujuk pada yg sudah-2 milik swasta spt yg dari A.Podomore itu, ijinnya susah dan repot (tapi kalo ini you bisa urus biar lancar ya), dan stlh jadi dan bisa ditinggali, ada masalah ‘korupsi’ pengelola bangunan apartemen subsidi/murah ini yg sewenang-2 menetapkan iuran maintenance tahunan, sewa parkir tenant (pake diundi lagi, kacau! gak dapet = gak bisa parkir, gile!), dll. Dgn berkaca pd kasus ini, apakah anda yakin apartemen ‘komunis’ (merakyat) ini bisa ditinggali tanpa masalah spt diatas, apalagi dlm 100 hari saja? Krn bisa aja alasannya pengelola gedung buat narik duit dari tenant/pemilik ruang apartemen, yg akhirnya bisa berbuntut kericuhan spt yg pernah kita lihat di TV juga. Memang seharusnya ada semacam BaMus/Badan Musyawarah yg dibentuk dari para tenant itu sendiri dan menyewa pengelola gedung utk merawatnya spt sistem yg dipakai umum di barat/luar negeri. Tapi sptnya yg terjadi di Indonesia, pengelola gedung muncul dgn sendirinya tanpa ada wakil dari para tenant itu sendiri shg bisa sewenang-wenang netapin tarif sewa/iuran kpd tenant tanpa konsultasi dulu, spt juga yg sering terjadi di apartemen/rusun murah yg statusnya sewa bukan hak milik – seharusnya para tenant punya hak utk menentukan mau diapakan bangunan apartemen/rusun mereka biarpun statusnya murah.
Trus faktor keamanan parkir bagi yg berkendaraan motor (dan juga ruang apartemen itu sendiri), krn apartemen beda dgn rumah biasa. Lihat aja sendiri cara parkir utk apartemen ‘murahan’: lokasi parkir gak tetap, bisa dimana-mana, gak ada alokasi 1 tenant hanya boleh punya berapa mobil/motor, dst – shg muncul kasus undian parkir yg konyol itu! harusnya tiap tenant punya hak minimal 1 lokasi parkir mobil (parking lot) bisa muat cukup utk 1 mobil (= 4 motor), mau dipake atau gak terserah dia, dikerangkeng kalau perlu biar lebih aman.
Soalnya saya sering ragu kalo mau pindah ke apartemen murah ini, gimana soal keamanan parkirnya, soalnya saya cuma punya motor, shg takutnya disepelekan faktor keamanannya.
Hari ini masih nangkring disitu, minggu depan tau-2 ilang entah kemana! soalnya parkirnya kan gak di dekat kita tinggal, jadi kita gak bisa ngawasin, lah yg dirumah biasa aja bisa kemalingan apalagi yg diparkir jauh dari pantauan kita.
Ini bakal jadi problem tambahan buat apartemen/rusun murah – kecuali memang gak pernah ada kejadian kemalingan/ilang motor baru diparkir 1 hari aja di lot parkir resmi.
Kalo apartemen kelas sedang/mewah, yg punya lot parkir sendiri per tenantnya shg gak perlu rebutan lahan lagi dgn cara undian yg konyol itu, sih gak ada masalah ini, spt tinggal di rumah biasa minus taman depan-belakang. parkir sama amannya dgn rumah biasa, krn dijagain security apalagi ada yg pake parkir private/dalam di bawah gedung, bukan diluar.
lagian konyol banget lot parkir pake dibisnisin juga sama si pengelola gedung (yg bukan bagian dari tenant, gak punya wakil tenant disitu – kec. bentuk sendiri badan pengawas dari tenant itu sendiri agar badan pengelola tetap dibawah pengawasan dan kewenangan “board of tenants” shg tdk sewenang-2 lagi tindakannya), mau cari untung dari kesulitan tenant.
Wah jadi curcol nih… 🙂
.
Kalo saya sih setuju saja kalo ada apartemen/rusun sederhana/murah terpadu (statusnya hak milik kan?) ini, krn saya juga tertarik mau pindah ke rusun aja biar gak repot ngurus rumah dan belanja sembako lagi,semuanya deket tinggal jalan kaki, gak perlu kendaraan lagi kalau cuma buat belanja sembako/bulanan. ini sekaligus membantu program pemerintah dlm mengatasi kemacetan ibukota. krn semakin minim orang yg pake kendaraan utk belanja sembako biasa, yg bisa tiap hari musti belanja bagi kebanyakan orang.
BTW, scr umum “apartemen” itu mah rusun biasa, yg mewah itu condominium, bro. Jadi kalo denger kata apartemen jangan buru-2 prejudice ‘mewah’, bisa jadi kelas kere lho (alias sering mabok asap tiap masak saking kecilnya ruangan, apalagi jadi satu dgn ranjang, gak bisa tidur dah!) tergantung kelasnya. Kalo yg pernah studi banding/belajar ke luar negeri sih udah pada tau soal ini, tapi kan bagi yg gak pernah mana tau soal ini kan?
saya yakin program tersebut akan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang diharapkan, keyakinan saya ini timbul setelah mengikuti rekam jejak dan aktifitas yang dilakukan oleh Pak JOKOWI dan Pak A Hok, mereka berdua adalh orang – orang yang terbebas dari berbagai kepentingan, saya ucapkan selamat kepada seluruh rakyat jakarta yang telah mendapatkan pemimpin seperti mereka, saya berharap keberhasilan Pak Jokowi dan Pak A hok, akan menjadi contoh bagi daerah – daerah lain di indonesia
Yang saya dengar juga agak berat kalau tinggal di apartemen.
katanya listriknya gak bisa prabayar, soalnya dah sistemnya begitu, tiap bulan pasti ditagih pengelola gedung, pake gak pake tetep bayar, repot jadinya kalo begitu sistemnya.
padahal seharusnya hari gini sudah pakai meteran prabayar yg dipasang di tiap ruang apartemen, PLN aja meng-endorse listrik prabayar ini di rumah tinggal biasa sejak beberapa tahun lalu, kalau pasang baru pasti sistemnya prabayar, krn memang lebih baik dan hemat dan ga pake ancem putus kabel kalo telat bayar – ini yg bagus, melatih kita agar hemat listrik krn sudah bisa planning berapa kebutuhan listrik rata-2 per bulan sblm pakai, daripada pake sistem pascabayar model lama, bisa jebol tiap akhir bulan, tagihan gak bisa bayar dulu, eh kena diputus lagi, rempong!
.
trus gue juga denger kalo gedungnya dapet supply gas alam (natural gas) maka bisa dapet fasilitas ini (untungnya opsional, jadi masih bisa pake tabung gas yg lebih murah malahan), katanya sih murah (buat yg punya keluarga besar dan sering masak atau buka usaha catering kecil-2-an/warteg) tapi buat kita yg pekerja/pegawai yg jarang masak ya jadi mahal lah, kalo kita mesti bayar 40-50 ribu per bulan memang terasa lebih murah drpd pake tabung gas 12kg, tapi pengalaman saya sendiri, 1 tabung 12 kg baru isi ulang lagi stlh 8-9 bulan pemakaian, berarti jadi boros luar biasa kalo pake gas alam yg sistemnya musti bayar bulanan gitu, mirip listrik pascabayar, pake gak pake (banyak) tetap bayar segitu, wah enak pengusaha wartegnya dong, kita yg subsidi gasnya, kita sendiri dikit banget pakenya, lah dia semau-maunya.
Kalau sistemnya bisa prabayar juga spt PLN, alias pasang meteran gas mirip PAM di tiap ruang apartemen baru OK, saya juga mau langganan kalo spt ini sistemnya, apalagi pake sistem PLN, gak perlu bayar abonemen lagi dan gak bakal dicabut meski nol saldo pulsanya di meteran, menguntungkan banyak pihak, baik pemilik atau penyewa apartemen, sekaligus supplier krn gak perlu dapet klien yg sering nunggak tiap akhir bulan shg bikin masalah terus.
Kenapa sih gak pake sistem prabayar di apartemen buat langganan kebutuhan penting spt listrik/air/gas? minimal listriknya lah.
toh meterannya kita juga yg bayar selama ini kan? Jujur aja, kita gak suka sistem pascabayar yg wajib bayar abonemen tiap bulan, apalagi stlh sering pakai sistem prabayar buat telepon, rasanya koq nyusahin/ngerugiin kita banget yg namanya ‘abonemen’ ini – rasanya spt pulsanya disedot terus tiap bulan, pake gak pake tetep ilang segitu gede, makanya sistem pascabayar (spt yg dipakai TELKOM PSTN) langsung ditinggalkan banyak orang begitu ada sistem prabayar yg jauh lebih murah ini (spt yg dipakai Flexi/Telkomsel), baik dari segi pembayarannya yg lebih hemat dan problemnya yg lebih kecil (supplier gak perlu sewa jasa penagihan lagi, krn sistemnya bayar dulu baru pakai), calon pelangganpun gak perlu pake nunggu lama buat dapet sambungan baru (kasus klasik TELKOM sampai hari gini).
.
Mudah-mudahan bisa prabayar semua (listrik/pipa-air/pipa-gas) sistemnya di apartemen sederhana terpadu yg akan dibangun nanti. Selain menyenangkan tenant/konsumen dari segi penghematan belanja, sekaligus membantu program penghematan energi/air/gas supaya kita gak kesulitan SDA lagi di masa depan. Saya juga akan langsung serbu dan pindah ke apartemen yg sudah prabayar semua listrik/air/gas nya (minimal listriknya lah), sama spt anda yg diatas :).