Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berniat mengevaluasi sistem drainase gedung pencakar langit di Ibu Kota. Pasalnya, pascabanjir yang menggenangi gedung Plaza UOB sejak Kamis (17/1/2013), drainase sejumlah gedung pencakar langit kembali dipertanyakan.
“Semuanya nanti kita akan atur,” kata Jokowi di Basement 1 Plaza UOB, Jakarta, Minggu (20/1/2013).
Jokowi menjelaskan, dirinya masih menunggu banjir surut untuk mengevaluasi sistem drainase gedung tersebut. Namun, Jokowi enggan membicarakan teknis evaluasi tersebut. Satu hal yang pasti, semua gedung pencakar langit harus menyiapkan data sistem drainase yang dimilikinya.
“Teknisnya dibicarakan lagi setelah banjir rampung. Tidak bisa semuanya langsung diselesaikan, harus satu-satu,” tandasnya.
Seperti diberitakan, banjir yang melanda gedung Plaza UOB mengakibatkan dua orang tewas. Korban tewas atas nama Herdian Eko dan Abdul Haris Agus.
Sementara satu korban lainnya, Tito, ditemukan tim SAR gabungan dengan kondisi sangat lemah setelah terjebak di basement Plaza UOB selama lebih dari 24 jam. Satu korban lainnya atas nama Tri Santoso berhasil keluar hidup-hidup dengan kondisi lemah setelah terjebak di basement Plaza UOB selama hampir 24 jam.[Kompas]
SARAN: Kalau bisa pemilik gedung sekalian disuruh bikin sumur resapan bor pantek (SRKCB/SuReKeCeBan), minimal 10 buah (lebih banyak lebih baik).
tidak akan memberatkan bagi pemilik gedung mewah menjulang tinggi spt itu utk membor sumur pantek biasa dgn diameter 6″ x (7 s/d 9 meter) x 10 buah. Termasuk sangat murah utk ukuran mereka. Ini bukan sumur utk ambil air tanah, jadi sisakan sekitar 1-3 meter tanah sebelum kena lapisan air tanah (aquifer bebas), pakai sisa tanah tak terbor sbg filter alami air resapan menuju kolam aquifer bebas raksasa di bawah tanah.
Alirkan air hujan di atap dek mereka dan di taman di wilayahnya menuju SRKCB ini dan susun saluran air hujan scr seri/paralel terserah, yg penting terkoneksi semua ke lubang2 SRKCB ini. Selanjutnya ujung akhir saluran menuju ke drainase normal agar jika penuh semua SRKCB ini kelebihannya bisa dibuang keluar menuju drainase normal/got (termasuk jika tergenang banjir bisa membantu penyerapan air ke dalam tanah).
Cukup utk mempercepat penyerapan air ke tanah dan membantu mempercepat drainase jika kebanjiran lagi sewaktu2.
Saluran2 air SRKCB ini bisa ditutup agar rapih dan tidak kotor tapi harus ada lubang2 resapan utk masuknya air genangan sekitar (hanya menghalangi objek2 yg tak dikehendaki masuk spt batu/plastik/sampah/dst, bukan air hujan).
setuju Pak Jokowi. Secara kasat mata, pembangunan gedung-gedung tinggi yang mepet-mepet aja sdh menunjukkan ada yang gak beres dengan ijin mendirikan bangunannya. Tolong Pak, setiap gedung komersial (terutama) di DKI itu di data perijinannya, AMDALnya dan lain-lain. Kerja mundur sihhh, tp perlu untuk kebijakan ke depan. Terus undang pengusaha, di KETOK tuh kepalanya, suruh mereka kasih komentar mengenai banjir yg terjadi saat ini, kemudian panggil semua jajaran bapak yang terkait dengan pembangunan gedung dll, bahwa kalau kita melanggar aturan perijinana, AMDAL di perjual belikan, kerugian bisa ratusan kali lipat. Pengusaha jangan hanya bisa bilang kerugian mereka yang diakibatkan banjir tsb Rp 1.5 M/jam (berita media) tp diminta introspeksi mereka dulu saat membangung sdh mematuhi peraturan belum.
mulai skrg diaudit ulang aja bangunan yg penting.karna tau sendiri kan byk bangunan yg asal byr denda.harusnya jgn bayar denda tapi mesti melakukan sesuai peraturan.dan harus sampai selesai pembongkaran dan perbaikannya yg sesuai tata kota.