BTP Ingin Tata Parkir On-street Pasar Baru

16
355

Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berencana menata parkir on-street Pasar Baru. Konsepnya akan serupa dengan yang sudah diterapkan di kawasan Blok M Square. Hal ini diupayakannya agar kawasan tersebut menjadi lebih rapi dan lebih “hidup”.

“Jadi biar tempat tujuan wisata itu menjadi hidup, seperti Blok M, kan rapi dan padat. Nah, Pasar Baru kan belum. Jadi, kita akan panggil pengusaha perparkirannya,” kata Basuki di Balai Kota Jakarta, Jumat (22/2/2013).

Menurut Basuki, dahulu Pemprov DKI juga pernah akan menata tempat parkir di Pasar Baru. Namun, saat itu terjadi kesalahpahaman antara Dinas Perhubungan DKI, pihak Pasar Baru, dan warga sehingga upaya tersebut terhambat.

“Selain itu, rencananya mau dibuka untuk pedagang kaki lima agar bisa masuk,” kata Basuki.

Sama seperti parkir di Blok M Square, Pemprov DKI juga akan menggunakan gate atau loket di depan Pasar Baru. Dengan demikian, parkir di Pasar Baru menjadi tertata dan pemilik kendaraan tidak membayar dua kali. Parkir on-street di Pasar Baru pun akan diberlakukan secara progresif.

“Jadi, sistem parkir pakai hitungan jam, parkir di jalanan pun pakai jam,” kata Basuki.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono mengatakan, Dinas Perhubungan DKI akan mengubah sistem parkir Pasar Baru dengan tidak lagi menggunakan cara manual, tetapi dengan sistem tiket elektronik.

“Jadi dengan menggunakan karcis atau kartu itu, langsung bisa parkir di bahu jalan ataupun parkir di gedung Pasar Baru, dengan hanya sekali bayar. Nah, nanti akan dikelola sehingga masyarakat tidak merasa dipalak. Ini karena memakai kartu elektronik,” ujar Pristono.

Selain itu, lanjut Pristono, Dinas Perhubungan DKI juga akan melibatkan para juru parkir liar untuk menata parkir on-street. Tukang parkir on-street di Pasar Baru akan diseleksi untuk menjadi tukang parkir yang resmi dan digaji. Hal itu diupayakan agar warga tidak membayar parkir dua kali.

Pemprov DKI Jakarta juga akan memberikan insentif kepada juru parkir yang dianggap memiliki kinerja cukup baik. “Ini juga sudah dicoba di Blok M Square,” ujar Pristono.[Kompas.com]

16 COMMENTS

  1. Pak,

    Mohon Dinas Tata Kota Jakarta barat juga ikut diperiksa & dibenahi… Pengajuan dan permohonan surat IMB baru setelah ditambah biaya-biaya siluman sampai 14 juta rupiah, padahal biaya resmi tercantum hanya di bawah 1 juta rupiah. (Dinas Tata Kota – Jakarta Barat)

  2. sebaiknya pedagang kaki lima tidak di masukin ke pasar baru, akan terkesan kumuh, saya setuju sekali kalau ditata dengan sistem pintu , dan di pintu masuk nya di kasih papan informasi jumlah ruang parkir yang masih tersedi agar lebih memudahkan untuk cari parkir

  3. pak Basuki, tolong ditest itu yang katanya di Blok M Square tidak ada parkir liar siapa yang bilang. jangan langsung percaya saja pak sama laporan orang lapangan. Coba parkir on street, apakah tidak diminta lagi uang parkir oleh petugas parkir. Memang benar sekarang kalau parkir di gedung parkir blok M square hanya bayar di pintu keluar, tapi kalau on street pasti ada juru parkir (liar?) yang akan minta bayaran. Begitu juga dengan yang di pasar Majestic. sekarang utk yg parkir di gedung pasar masih gratis tapi ke depannya sepertinya harus bayar karena sudah disiapkan tabel harganya di pintu masuk parkiran gedung, sedangkan on streetnya masih banyak juru parkir (liar). Kayanya ini harus ditertibkan segera pak, apa Kadisnya tidak buat laporan ya pak masalah di dua tempat parkir ini

  4. parkir on-street memang mesti dirapikan pak kalo mau sukses mengurangi kemacetan di jakarta. bikin mahal sekalian supaya rakyat yg naek mobil skrg mulai mencoba naek kendaraan umum. jg mengurangi tukang palak yg biasanya bikin jalan gak aman pak. terima kasih.

      • ini soal mengurangi jumlah mobil di kota, supply & demand, bukan diskriminasi. parkiran di jakarta tuh murah banget, jd orang2 susah diajak melirik angkutan umum. di luar negeri dibikin mahal banget harga parkir itu. kalo yg rela bayar yah bisa parkir, cuman kebanyakan orang jd sayang bayar parkir & memilih kendaraan umum. contoh di sydney, parkir on-street di cbd $8/jam, bikin orang pikir2 mo nyetir ke kota. kalo di daerah2 suburb sih gratis, gak macet soalnya.

        • Cara seperti itu tidak applicable di Indonesia. Suburb di Indonesia itu jalannya sempit luar biasa. Dan definisi City in Jakarta itu, menurut saya semua tempat sudah jadi City. Suburbnya itu harusnya seperti bekasi / tanggerang, tapi itu sudah diluar Jakarta dan disana pun sudah macet sekali.

          Selain itu, Sudah HAMPIR TIDAK ADA jalan pedestrian yang tidak diblock oleh pedagang grobak/lebih parah lagi dia sudah membangun gubug kecil di pedestrian. Effectnya apa? Jalanan yang seharusnya untuk pejalan kaki, karena tidak bisa dilewati terpaksa jalan ke pinggir jalan.

          Akhirnya motor harus pelan-pelan, mobil juga harus pelan-pelan. Semua jadi pelan dan akhirnya traffic di indonesia berkisar 10-30 km/jam di jalan yang seharusnya bisa 60 km/jam. Dampaknya jadi luas sekali. Ineffeciency.

          Indonesia ini negara berkembang, tapi yang saya tidak habis pikir adalah, kita selalu mencontoh dari negara berkembang lainnya. Kenapa kita tidak mencontoh negara maju?

  5. Pak Ahok, terakhir daku tinggal di Penang, Malaysia….tahun 2009 sudah diterapkan sistem perpakiran otomatis, jadi gak perlu orang yang jagain parkir…cukup parkir, masukin koin…cctv langsung on…bgitu juga di mal2 udah otomatis…manusianya tertib2 aja tuh….coba deh liat di mal queensbay, ma Bukit Jambul….cuma parkir ambil karcis, pas sebelum keluar bayar parkir dulu, terus move on deh….semua pakai mesin…enggak ada orang yang jagain…cuma beberapa petugas ditempatkan memonitor mesin otomatis kalau ada trouble….

  6. pengembangan sistem mesin otomatis juga bisa diterapkan di ERP, SPBU, sama penitipan tas di perpustakaan….senang kan ya, kita percaya uangnya benar2 masuk ke pengelola…enggak ditilep ke kantong2 pribadi petugas2 nakal…:-)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here