Ahok.Org – Pemprov DKI mengaku tidak asal-asalan dalam menetapkan upah minimun provinsi (UMP). Karenanya, ancaman Apindo DKI Jakarta terkait hengkangnya 90 perusahaan karena pemberlakuan UMP baru tak dianggap sebagai masalah.
“Apindo saja memutuskan secara sepihak berapa perusahaan yang mau pergi,” ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Balai Kota, Jakarta, Selasa (19/3).
Ahok mengatakan pengusaha keberatan dengan kenaikan UMP yang terlalu tinggi. Padahal kenaikan tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak. “Kebutuhan hidup layak yang mereka pakai salah. Mereka bilang ini naiknya terlalu tinggi. Saya bilang saja, kalian yang menekan pekerja terlalu tinggi,” ujarnya.
Menurut Ahok, para pengusaha tidak mengerti cara menghitung komponen hidup layak (KHL). Untuk mengukur KHL 2013 seharusnya melihat survei 2012 sebagai bahan proyeksi 2013. “Pengusaha malah mengukur KHL 2013 dengan menggunakan survei Januari hingga Oktober 2012 dibagi 10. Padahal inflasi tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember,” ujarnya.
Terkait kemungkinan kenaikan pada tahun depan, ujarnya, akan tergantung pada tingkat inflasi. Kalau inflasi mencapai 10 persen, maka KHL akan mengikuti dengan besaran yang sama. Jadi, pengusaha tidak perlu khawatir akan adanya lagi lonjakan kenaikan UMP sebesar 40 persen seperti terjadi sebelumnya. Lonjakan itu terjadi karena buruh tidak mendapatkan KHL selama bertahun-tahun.
Meski pun begitu, ia tak akan memaksa jika ada perusahaan yang tetap ingin hengkang karena keberatan dengan UMP tersebut. Karena, pada prinsipnya pemprov tidak dapat membiarkan warga Jakarta dibayar di bawah KHL. “Itu namanya perbudakan,” ujarnya.[Republika]
Silahkn hengkang, perusahaan yg trtarik dg indonesia , banyak!
Pasar kita , juga besar!
Siipp……banyak daerah yg bisa lebih murah dari DKI bisa jadi rujukan investor yg hengkang dari Jkt, pemerataan lah masak semua ngumpul berdesakan di Jkt semua. Indonesia ini luas bung….
Ini yang selalu jadi masalah di banyak perusahaan. Mereka kebanyakan selalu menyalakan gaji karyawan (terutama buruh) yang terlalu tinggi.
Menurut saya sebenarnya kalau kita lihat lebih dalam lagi bukan hanya selalu yang jadi masalah gaji buruh atau karyawan yang terlalu tinggi. Coba di perhatikan lebih dalam kalau berapa banyak gaji karyawan yang sudah rada berpangkat atau sudah ada embel embelnya di depan kaya manager atau general manager atau direktur dan seterusnya. Bisa kita lihat berapa jauh perbedaan gaji mereka dgn staff biasa atau buruhnya. Itu juga belum termasuk fasilitas yg biasanya mereka dapat.
Menurut saya sebenarnya kalau kita mau lihat lebih dalam lagi, kebanyakan dari perusahaan bilang dengan gaji pokok yang naik berarti mereka menjadi lebih besar COST atau BIAYA nya.
Nah ini yang jadi koncinya menurut saya, cost atau biaya bisa membengkak atau besar bukan hanya karena dari gaji para staff biasa atau buruh.
Yang jadi masalah apakah cost atau biaya yang lain sudah di maksimalkan alias di tekan???
Berapa banyak kalau kita telusuri lebih dalam begitu banyak perusahaan yang begitu besar biaya2 sehari harinya.
Terutama perusahaan yang super duper besar, seperti yang kita sering dengar kalau perusahaan menjadi besar berarti akan menjadi besar pula cost nya.
Ini menurut saya sih benar tapi cost yang bagaimana??
Saya sering memperhatikan di banyak perusahaan bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara2 lain (kebetulan sekarang saya tidak berada di Indonesia) yang begitu besar cost atau biaya sehari harinya di karenakan kesalahan manajemen nya (maaf saya bukan orang ahli dibidang ini cumen saya melihat and menilai semuanya dari segi logikanya saja).
Contohnya berapa banyak perusahaan yang pada saat mereka baru mulai menjadi besar dikarenakan situasi ekonomi yang super bagus dan pada saat itu usahanya menjadi maju (atau laku) alias omset jadi besar, kita bisa lihat begitu mudah mereka selalu menambah karyawannya (atau buruh) tanpa mempertimbangkan sistem jalan perusahaan lebih jauh atau dalam (yang mungkin saja dengan pertimbangan yang lebih dalam mereka tidak perlu menambah secara membabi buta staff nya). Nah karena mereka tidak memikirkan lebih dalam lagi atau memang ini satu cara yang paling gampang.
Ok saya akan memberikan salah satu contoh dari yang saya lihat :
“ada masalah apa?? wah omset naik banyak nich, so produksi kekurangan, so ya tambah staff de, toh emang omset atau penjualan lagi tinggi nich jadi ya ngak apa apa la” nah yang jadi masalah sih emang iya kalau pas lagi naik kaya gini sih perusahaan ngak kerasa masalah cost karena atasan2 akhir bulan gitu lihat laporan keuangan mikir kaya gini “mmmmm bagus bagus, pengeluaran segini and pemasukan segini and keuntungan segini so no problemo perusahaan tetap untung and mangkin maju”.
Abis itu ada lagi laporan masuk kaya gini, wah sekarang staff di office juga mangkin banyak nich so AC kurang dingin nich and kekurangan meja kerja plus lemari file juga kurang, da gitu semua furniture2 nya da tua nich.
So atasan mikir, iya ya emang situasi da kaya gini. Perusahaan juga omset naik terus, keuntungan juga berlipat ganda terus nich, sekarang juga mangkin banyak tu tamu2 yang datang ke office, so mending reno tu office de atau kalau kekecilan ruangannya atau bangunanya ya beli atau sewa yang baru de, yang lebih gede.
Singkat cerita ya pindah ketempat yg lebih gede and di daerah lebih elit (pan malu maluin kalau perusahaan uda maju kaya gini and besar pula masih di daerah rada kampung).
Tiba2 di tahun berikutnya, JEGER….
tu ekonomi jadi super jelek, omset jadi turun abis and sekarang COST udah terlanjur jadi gede (biasa jor jor an sebelonnya). Eeeeee pas lagi, Mr Jokowi and Ahok juga nerapin tu kalau gaji minimal naik. Uda de pada protes abis abis an kalau mereka tidak bisa tu nerapin gaji minimal yang baru sesuai dengan ketentuan pemerintah (yg baru).
Yang konyol lagi nich seperti ini.
Berapa banyak bos bos atau pemilik perusahaan yang ngaku kalau mereka tidak mampu menaikan gaji staff nya karena perusahaan nya rugi atau lagi sepi atau segala alasan tapi bos bos tersebut masih bisa membeli rumah sebesar 2 ha plus kolam renang olimpiknya, beli mobil banley flying spur nya, anaknya beli lamborgini, istrinya beli kalung berlian sebesar 5 karat, terus beli istri baru (ooopppsss salah ketik nich), dll
Ini saya lihat juga di perusahaan besar di negara saya tinggal sekarang ini. Bos teriak teriak tapi di kehidupan kesehariannya tu ya cuek bebek boo alias masih sama aja, tidak menunjukan kalau mereka itu memang lagi krisis.
Menurut saya kalau dari pemulaan, perusahaan perusahaan tersebut bisa menetapkan sistem yang baik dan selalu menekan cost di segala hal, saya rasa soal kenaikan biaya apapun bukan suatu problem yang sangat besar, kalau mau di omong nich ya paling paling tu keuntungan berkurang la….. Nah mangkanya perusahaan juga mesti kreatif terus tu mencari peluang2 baru agar keuntungan dari produk baru bisa menutupi kekurangan dari produk lama.
Jadi menurut saya apakah semua perusahaan yang teriak teriak itu sudah memperhatikan semua cost costnya lebih mendalam lagi??
MOTIVATORIUM SOSIAL-POLITIK DARI BALAI KOTA :
Sebaiknya si Sofjan Wanandi itu memang jangan ada lagi di Jakarta, jika perlu “persona non grata”-kan : JANGAN ADA LAGI ORANG SEPERTI ITU DI INDONESIA !!! Biarkan dia minggat bersama dengan 90 orang gerombolan pengusaha bajingan itu. Orde Baru bersama Soaharto memang butuh seorang Sofjan Wanandi, tapi jutaan rakyat Indonesia yang masih waras pikirannya TIDAK PERNAH MERASA BUTUH DENGAN SOFJAN WANANDI DAN GEROMBOLAN PENGUSAHA BAJINGAN !!! HIDUP AHOK !!! LAWAN SEMUA PENGUSAHA BAJINGAN !!!
https://www.facebook.com/didingireng.chairudin/posts/118307418358327?notif_t=like
seharusnya itu yg namanya ibukota itu gak boleh ada pabrik….. kan bisa di luar jkt.
jd cost tu pengusaha bs murah. krn kehidupan daerah lebih murah…. so, silakan lah pada pindah. dgn gini penduduk di DKI bs kurang. n bs kurangi macet. toh jkt gak takut kl pajak pendapatannya berkurang. wong dr Ppn yg 10% aja uda banyak
Pak Basuki,
Pak bisa diberikan Surat Keputusan Gubernur untuk peraturan UMP khususnya DKI karena mengingat simpang siurnya info yang kami terima.
Peraturan sudah kami cari di toko buku Gramedia tetapi tidak dijual.
Atas bantuan kami ucapkan terima kasih.
UMP naik sebagai karyawan saya sangat setuju….. Tetapi bagi perusahaan adalah masalah.
Untuk meberikan win-win solusi, karyawan harus meningkatkan produktivitas sehingga bagi perusahaan tidak harus selalu menambah jumlah karyawan. Sebagai contoh di Singapore dengan jumlah karyawan lebih sedikit bisa menghasilkan produk lebih banyak sedang di indo karywawan/buruh makin banyak hasil kerja tidak ada.
Selanjutnya UMP naik bolosnya jadi makin banyak…. Waktu kerja dan waktu ngopi dan ngerokok lebih banyak waktu ngopi dan ngerokok gimana ni????????
Kalau ada 90 perusahaan atau pabrik mau hengkang dari Jakarta yah baguslah, itung2 sedikit ngurangi polusi dan juga kasi kesempatan kerja bagi orang daerah. Ttg UMP Rp.1.2 jt yang dikatakan terlalu tinggi cobalah merenung sedikit. Apakah dengan upah sekian maka buruh akan mendapatkan kehidupan yg berkelimpahan…? Tentu saja tidak. Selama ini perusahaan2 besar tidak fair dlm menentukan skala gaji. Hanya karena buruh adalah factor produksi yg paling gampang ditekan diintimidasi maka mereka akan sekalu dikalahkan atau dikambing hitamkan. Cobalah pengusaha2 berani melawan birokrasi atau kekuasaan yg menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Salah satunya adalah biaya2 siluman yg sangat besar dan pengusaha tidak punya nyali untuk melawannya. Dan sedikit saran untuk Sofyan Wanandi : Coba rasakan hidup sekeluarga dengan Rp.1,2 jt sebulan. Itu saja.
Saya setuju dengan Haemes, tapi begini, pengusaha yang melawan juga akan dihambat oleh pemerintah setempat (contoh :dipersulit perpanjangan dll dsb),Kalau gaji 1,2jt perbulan benar!, Itu tidak akan cukup, apalagi biaya di Jakarta sekarang ini KETERLALUAN!!!
Hanya saja, untuk melawan birokrasi harus ada dukungan dari Kepalanya , selama ini Pak Gub dan Wagub belum “ngurusin” ke sana. Jadi agak sulit untuk melawan.
Maaf sedikit koreksi, yg kami maksud UMP DKI Jakarta sebesar Rp.2,2 jt bukan Rp.1,2jt spt yg telah saya sebut diatas.