Birokrasi Ruwet, Program Kerja Tersendat

12
1162

Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kembali terganjal rumitnya prosedur birokrasi untuk mengeksekusi program-programnya. Kali ini terkait upaya normalisasi sungai yang masih terus diproses dan belum memberikan hasil signifikan di lapangan.

Mantan Wali Kota Surakarta itu menjelaskan, saat ini, proses tersebut masih terus berjalan karena pada dasarnya ia sudah tak sabar untuk memulai program normalisasi sungai-sungai di Jakarta. “Proses masih berjalan, inventarisasi sudah dilakukan,” kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Jumat (19/4/2013).

Jokowi memprediksi, normalisasi sungai, khususnya Sungai Ciliwung, dapat mulai dilakukan sekitar Mei 2013. Ia berjanji akan mempercepat prosesnya, termasuk menangkal hal-hal yang mungkin bisa timbul dan kembali mengganjal.

Beberapa hal yang menjadi ganjalan dalam normalisasi sungai itu adalah penggunaan dana dari APBD. Oleh sebab itu, sejumlah proses administrasi harus dilalui, termasuk tahap lelang yang memerlukan waktu sekitar 45 hari. Atas dasar itu, Jokowi meminta warga untuk bersabar bila banjir masih terjadi di Jakarta.

Salah satu sungai yang sudah dinormalisasi adalah Sungai Pakin di Jakarta Utara. Proses normalisasi di sungai itu bisa dimulai lebih cepat karena menggunakan bantuan dari swasta melalui program corporate social responsibility (CSR). Selain Sungai Pakin, Waduk Pluit juga dinormalisasi dengan bantuan dana dari swasta. Normalisasi di Waduk Pluit ini juga sudah menunjukkan hasil.

“Kalau pakai dana swasta enak, punya uang langsung kerja. Tapi, (normaliasi sungai) ini kita pakai APBD, harus nunggu proses lelang. Sumur resapan juga menunggu proses lelang. Kira-kira Mei baru bergerak di lapangan,” kata Jokowi.

Dalam beberapa kesempatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melibatkan sektor swasta untuk mewujudkan program pemerintah. Hal itu antara lain terlihat pada proses pengadaan fasilitas rumah susun di Rusun Marunda, Jakarta Utara.[Kompas.com]

12 COMMENTS

      • Pakai saja “otak”, sebesar-besarnya kemampuan “Otak”. abaikan pemakaian “hati”. kumpulkan SAJA(hanya) sebanyak-banyaknya gelar/titel (dari berbagai bidang : dari ilmiah s/d agama, dari sosial s/d entah apalagi, pendeknya semuanyalah), abaikan kemampuan faktual (bisa dilihat dari track record). maka perihal yang ditanyakan broel Yoda, pasti akan mencapai puncaknya, bahkan dalam skala international.
        atau, kita dng sadar dan rendah hati melakukan dan menuju yang sebaliknya.
        ini kan pilihan bebas kita semua?
        Salam,

    • Pak jonatan kan lagi sindir pemegang WEWENANG APBN.. Proyek lancar klo ada timbal baleknya.. Ko nga ada, ngapaen di usahain.. Duit pelicin penting utk memakmurkan dompetnya sendiri..

      Ini Indonesia bung… Korupsi, Kolusi, Nepotisme

      Rakyat dah lama menanti-nantikan Indonesia Baru!!

  1. ternyata terganjal lagi sama wakil partai diDPRD…kalo banjir lagi salahkan DPRD nya, bukan pemprov nya….beberapa bulan lagi sudah akan memasuki musim penghujan lagi….mereka-mereka wakil partai bukan wakil rakyat, yg menghambat program pemprov terutama untuk banjir….

  2. Terus terang saya cukup banyak gaul dengan beberapa staff kementrian, terlepas dari urusan birokrasi dan administrasi….Dari pembicaraan – pembicaraan ataupun sikap staff teman-teman disana, bisa saya simpulkan seperti ini : ane disuruh kerja cepat-cepat (efektif dan efisien) ngapain ngak ada duit ne, mending santai aja…biar aje atasan gue ntar yang jawab (ngarang cerita) kalau ditanye para petinggi…kalau ada duite, ya perlu itu dipercepat….SAya pikir sama aja dengan para staff di pemprov DKI, satu divisi ada berapa staff ? Berapa lama untuk inventaris tuh kali…hitung aja sendiri, kecuali yang kerja ya itu…hanya beberapa gelintir orang saja…ngak heran kelamaan…jadi yang perlu dipecat kalau ngak becus kerja, bukan hanya Kadis tapi termasuk staff yang ngak bisa kerja dibidangnya…yang ada organisasi Dinas gemuk kaya kingkong dan jalannya/kerjanya pelan kaya kura-kura….Kenapa mesti heran…tinggal Pak Ahok, kasi tenggat waktu sama tuh Kadis…urusan program ini, tanggal sekian harus sudah dikerjakan dilapangan (makro nya), data-data penunjang (mikro nya) tanggal sekian harus sudah siap. Tinggal tanya Kadis sanggup ngak ? Perlunya apa saja, team nya mana saja, dst (lampirin)….Kalau sanggup tanda tangan, kalau ngak sanggup ya tinggal cari yang sanggup…Salam…Go..JB

  3. rasanya tanggapan bro Raysan, bener juga….bukan hanya Kadis nya, cecunguk staf nya kalo kerjanya asal-asalan ya sami mawon….

    kalo semua pake dana swasta, lama-lama kita kita kayak Hongkong…

  4. banyak swasta yg mau bantu, banyak warga yg mau, bahkan di luar dki pasti banyak yg mau bantu, arahnya jelas dan pejabatnya jujur ya dilanjut aja. sistem itu aslinya sederhana, mindsetnya itu yg harus dibenahi.

  5. saya usul supaya setiap pegawai (termasuk yg clerks) jelas performance measurement-nya Pak, dipantau rutin dan ada halangannya kalo gak sampe, misalnya gak dapet bonus, atau dapet peringatan dan abis 3x dimutasi. supaya ada bedanya kerja ma nggak. dgn begini bisa berubah gaya kerjanya.

  6. DPR/DPRD kok senengnya liat rakyat menderita dan menderita kalo liat rakyat seneng.
    Stop Semua Fasilitas untuk Anggota Dewan, suruh mereka modal sendiri dong.
    Juga Stop Segala studi bandinglah, cuma mao jalan2.
    Nyatanya mereka tidak pernah menyuarakan hati dan jeritan rakyat kok.
    Cuma buat kantong sendiri.
    Makanya keluarganya (anak,, istri/suami dllnya) amburadul.
    Dosa tuh, makan uang rakyat (uang haram).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here