Ahok.Org – Rencana perubahan nama jalan di kawasan Jalan Medan Merdeka menimbulkan banyak pro dan kontra. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, secara pribadi tidak menyetujui rencana perubahan nama jalan tersebut. Sebab, penamaan Jalan Medan Merdeka di kawasan tersebut pasti memiliki nilai sejarah juga.
Selain itu, perubahan nama jalan dengan nama presiden dan wakil-nya akan menimbulkan kecemburuan. Sehingga dikhawatirkan akan memicu berbagai pihak yang ingin mengganti nama jalan lainnya dengan nama tokoh juga. “Kalau saya pribadi sih lebih suka Jalan Medan Merdeka Barat, Utara, Timur, dan Selatan. Itu lebih gampang hapalnya. Nama merdeka-merdeka itu kan ada artinya diletakkan di situ,” kata Basuki di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (3/9).
Ia pun mencontohkan, jika nama Soekarno-Hatta digunakan sebagai nama jalan, lalu kenapa nama Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, serta Megawati Soekarno Putri tidak digunakan sebagai nama jalan. “Terus nanti Pak SBY musti ikut juga dong. Justru itu akan jadi pro dan kontra,” ujarnya.
Kendati demikian, menurut Basuki kajian memang perlu dilakukan. Supaya dapat mengambil kebijakan yang tepat. “Makanya saya bilang ada tim yang mengkaji lah. Ini bukan secara resmi pernyataan saya. Tapi saya pribadi lebih suka Jalan Medan Merdeka Barat, Utara, Timur, dan Selatan. Itu kan lebih mudah menghapalnya. Langsung tahu posisinya, orang lebih hapal,” jelasnya.
Seperti diketahui, Tim 17 yang dipimpin Jimly Asshidiqie mengusulkan perubahan nama Jl Medan Merdeka Timur, Jl Medan Merdeka Barat, Jl Medan Merdeka Selatan, dan Jl Medan Merdeka Utara dengan nama-nama mantan presiden, wakil presiden dan Gubernur DKI.
Rencana perubahan nama Jl Medan Merdeka Selatan menjadi Jl Bung Karno dan Jl Medan Merdeka Utara menjadi Jl Bung Hatta akan mulai disosialisasikan pada September ini. Sementara untuk Jl Medan Merdeka Barat menjadi Jl Soeharto dan Jl Medan Merdeka Timur menjadi Jl Ali Sadikin masih terus dibahas karena menuai kontroversi. [Beritajakarta]
Mungkin Pak Jokowi dipush secara halus oleh bu Mega utk mengganti nama jalan menjadi Soekarno. Setuju, baiknya nama jalan tetap saja, spy tidak HABIS WAKTU membahas PRO n KONTRA, masih banyak PR yg lebih URGEN drpd argumen ttg nama jalan.
Kalau nama-nama jalan jadi diganti, hasilnya kontraproduktif dengan reputasi Jokowi-Ahok selama ini. Hati-hati dengan skenario besar untuk menjatuhkan Jokowi-Ahok secara halus!
Menghafal nama jalan itu susah loh. apalagi dengan wajah ibukota yang terus berubah2 dari waktu ke waktu. yang lama saja sering tidak dapat diingat, bagaimana lagi bila dirubah ?… apa kaga ada kerjaan lain ya sampai nama jalan2 protokol musti dipikirkan untuk dirubah ????… itu urusan masalah sengketa tanah yang pelik keq. mau sampai kapan warga disuruh gontok-gontokan satu sama lain dan preman tanah menjadi raja terus di DKI dan Indonesia ini. kecuali memang disengaja pemerintah supaya bisa mengail di air keruh dari situasi seperti ini 🙂 Belum lagi soal pertengkaran antar warga soal pohon tetangga yang bikin rusak properti warga lain supaya bisa diselesaikan tanpa harus ke pengadilan. terlalu banyak sekali perkara2 sepele yang menimbulkan pertengkaran antar warga yang tidak perlu pergi ke pengadilan. kalau di australia, ada yang namanya TRIBUNAL. seharusnya di Indonesia juga mustinya ada. tapi pemerintah kita terlalu sibuk untuk hal2 ringan dan sepele seperti masalah ganti nama diatas ini, padahal pertikaian antar warga membutuhkan perhatian urgensi. Tolong bapak2 DPR / MPR, Presiden & para menteri juga pemprov DKI. selesaikan masalah2 kecil pernik2 yang bikin warga stress stiap hari karna segalanya harus diselesaikan melalui proses pengadilan yang lama sekali tak berhujung dan biaya yang sangat mahal untuk hal yang nilai ekonominya tak seberapa, tapi sangat dibutuhkan keadilan bagi warga. contoh: anak sendiri pulang dari sekolah dicegat oleh sekelompok anak2 sekolah lalu dibikin bonyok wajah & tubuhnya. bila diharapkan pengadilan umum untuk selesaikan perkara beginian, tentu saja jadi beban berat buat ortu dari si korban. Sediakan pengadilan yang murah, singkat, & cepat untuk kasus perkara2 ringan. bila naik banding pun, dipilah2 oleh hakim mana yang boleh dan yang tidak. bgitu pula saat banding musti juga pengadilan khusus untuk perkara2 ringan jadi hasil keputusannya benar2 mutlak selesai. tolong fokus itu kesitu saja bapak2, ibu2 pejabat yang terhormat. soal ganti nama jalan itu, buang aja ke laut ya. tidak penting sama sekali. Trima kasih.
Setuju!!!
Setuju bu Grace.
Tapi jika minta sama yang sekarang apa didengar?
Mungkin jika mintanya sama Jokohok baru didengar, tetapi dengan jabatan mrk skrg tdk bisa.
Lach’ yg Nama nya Nama Jalan? Yach Bagus Toch’ di pakai Nama Tokoh2 Bangsa Ini? Saya Setuju saja.’ Kerena Mengenang’ Pengabdian Beliau2 yg Legendaris,’ ‘Itu Akan selamanya di kenang Dan di catat Dalam catat an Sejarah Republik Indonesia.’ Kita mencintai Bangsa ini, Meng Hormati Pemimpin2 nya yg Dalam masa2 lalu mempunyai Kisah2 yg Dalam Dan Ber Arti Dalam Me Neruskan Cita2 Bangsa, Perjuangan2 yg menyongsong Hari Esok Masa Depan yang Lebih Baik utk Pendidikan/ Sejarah Dan KeMajuan Bangsa Ter Cinta Indonesia Ku…”
Nama Soekarno-Hatta sudah cukup banyak: Airport Soeta + Gelora Bung Karno (Dulunya Istora Senayan), 2 nama ini rasanya sudah cukup. Kalau mau mengenang, dibuatkan saja nama jalan Soekarno di depan kantor pusat PDIP, jadi jln Imam Bonjol diganti jadi Jalan Soekarno, spy bu Mega puas n tidur tenang.
Saya koq jadi kepikiran, jangan2 ada unsur “proyek” yang menjadi latar belakangnya?
Tolong dimonitor berapa biaya yang dikeluarkan oleh team ini. Seingat saya satu rumah di Kampung Deret Rp 54 juta. Jadi nanti tinggal dihitung berapa rumah yang dibuang percuma oleh team ini.
beresin dulu macet banjir sungai tempat kumuh sembako murah kesehatan pendidikan gratis, setelah semua ini beres, bahas yg lain. tahu tempe murah dulu, baru urus yg lain.
ganti nama jalan adalah hal yang tidak bermanfaat, membingungkan dan membuat rancu. contoh: di bandung nama jl. dago jadi jl. ir. h. juanda. jl. pasteur jadi jl. dr. junjunan, dan masih banyak lagi nama jalan lainnya yang diganti. tapi masyarakat masih menyebut nama lamanya: dago, pasteur dsb. lalu plang-plang toko-toko pun masih menggunakan nama jalan lama akhirnya. ini kan bikin bingung. bahkan plang keluar tol menyebut “keluar pasteur”, bukan “keluar dr. junjunan.” rancu kan? lebih baik pikirin bagaimana mengurai kemacetan daripada mikirin hal yang gak penting seperti penggantian nama jalan. lagipula nama bung karno sudah cukup diabadikan: bandara internasional, setiap kota ada nama jalan soekarno.
JANGAN SEKARANG, NGGAK TERLALU PENTING. TERUS KALAU NAMA JALAN BERUBAH, EMANG UTANG REPUBLIK TURUN, HARGA MURAH, BBM MURAH….???? kalau bisa, baguslah…..kalau nggak bisa, mendingan nggak usah….kita tidak harus mengenang pahlawan dari nama jalan, tapi dari perbuatannya melalui bacaan..jadi rajin2lah membaca
ini orang2 yang nggak ada kerjaan yang usulin perubahan nama jalan ……kasi kerjaan yng lebih manfaat ….urusan yng lebih besar banyak kok yang kecil2 dan nggak perlu dicari2 …
jadi apa urgency nya, ganti nama jalan oleh Panitia 17, seperti mengada-ada, mubazir sifatnya, semua instansi dijalan tersebut harus ganti alamat kop surat dan semua perangkatnya, dan juga link-link yg terhubung, coba berapa duit yg akan terhambur percuma!!!!
Soal sejarah, yg hitam kami sudah memaafkan, tapi tidak akan melupakannya, ga ada koruptor dijadiin pahlawan hanya karena rekonsiliasi, keliatannya banyak orang pintar tp tidak bijaksana, cenderung menggadaikan nama baiknya!!!
Meminjam guyonan GusDur: Gitu aja koq repot!
Sebaiknya memang nama jalan disilang monas jangan diganti ganti sebab pastinya ada nilai sejarahnya. Masih banyak hal penting lainnya yang harus diurusi.
betul pak ahok, lebih baik tetep pake nama medan merdeka. nama soekarno-hatta sudah kebanyakan dipakai nama jalan, hampir disemua ibukota provinsi ada nama itu. nama medan merdeka lebih netral dan tidak ada kesan pengkultusan nama soekarno-hatta.
Mari Kita Telaah / kaji lebih Mendalam, Mulai Dari Nama Jl. Pengangsaan Timur yg Dirubah Menjadi Jl. PROKLAMASI karena diJalan itulah DiBacakan Teks Proklamasi 17-8-1945, Oleh SUKARNO-HATTA dan diTANDA TANGANI oleh SUKARNO-HATTA. Jadi Ada Dokumen Yg AUTHENTIC atau Dapat Dikatakan KONSTITUSIONAL yg Tak Dapat DiPungkiri. Jadi Nama SUKARNO-HATTA Tidak Dapat di Pisah2kan. Nama Bandara SUKARNO-HATTA Sudah Benar, Nama JL. SUKARNO HATTA diBANDUNG Sudah Benar. Tapi Saya SANGAT SETUJU nama Jl. MEDAN MERDEKA JANGAN diGANTI karena Merupakan HASIL PROKLAMASI dimana ISTANA NEGARA Berada, dimana PEMERINTAHAN INDONESIA Setelah MERDEKA.
Kalau Ingin Ada Nama Jl. SUKARNO-HATTA, Itu nanti Kalau Sudah Buat Jalan LAYANG dari Ujung Jl. MEDAN MERDEKA BARAT yg Berakhir diUJUNG Jl. RS FATMAWATI. Berarti Berada DiATAS Jl. MH Thamrin, Jl. Jend SUDIRMAN,Jl. SISINGAMANGARAJA, Jl. P. POLIM dan Jl. RS FATMAWATI, P. LABU dan keCINERE. Secara HISTORICAL kita Bisa Lihat Setelah Jl. HAYAM WURUK dan Jl. GAJAH MADA diLanjutkan keJalan SUKARNO HATTA, Berarti PERSATUAN NUSANTARA yg Telah DiRintis oleh HAYAM WURUK-GAJAH MADA diLANJUTKAN/FINALIZED BY SUKARNO-HATTA. Kalau diPHILADELPHIA ada Jl. BROAD STREET yg MeManjang dari North Philadelphia ke South Philadelphia, lebih dari 10km. Luas Philadelphia kira2 8-10 kali Jakarta.