Basuki Akui Ada Target yang Belum Dicapai Pemprov DKI

6
335

Ahok.Org – Menjelang satu tahun kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 15 Oktober mendatang, Basuki mengaku pencapaian mereka tak sesuai target. Basuki menyebutkan, salah satu target yang belum dicapai adalah pengadaan 1.000 bus ukuran sedang untuk mengganti angkutan umum yang sudah tak laik jalan.

“Pembelian bus (ukuran) sedang itu bisa dikatakan gagal dan di luar target,” kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (9/9/2013).

Oleh karena itu, rencananya Pemprov DKI akan mengubah perencanaan pengadaan bus sedang. Tidak lagi menggunakan sistem lelang tender, tapi membeli dengan sistem e-catalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP). Apabila pada tahun depan rencana itu dapat terealisasi, maka Basuki tak tanggung-tanggung menyebut akan membeli bus sedang sebanyak 3.000 unit.

“Makanya, kita mau buat e-catalog supaya langsung bisa beli 3.000 unit,” ujarnya.

Menurut Basuki, lelang tender yang selama ini dilaksanakan DKI tak jarang mengalami kegagalan. Oleh karenanya, hal itu menimbulkan sisa lebih perhitungan anggaran (silpa) di APBD DKI. Selain itu, pengadaan barang dengan membeli langsung bisa lebih cepat karena tidak menggunakan proses lelang yang biasanya memakan waktu hingga enam bulan, bahkan lebih.

Walaupun tanpa lelang, pengadaan barang itu tetap mengacu pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Ia kemudian menjelaskan, Pemprov DKI hanya akan meminta spesifikasi teknis yang ada kepada LKPP. Kemudian pihak LKPP-lah yang menetapkan merek dan harga, lalu DKI dapat langsung membelinya melalui e-catalog.

Rencananya, untuk memenuhi kebutuhan operasional Dinas Kebersihan tahun ini, Pemprov DKI akan membeli truk sampah, kendaraan arm roll besar, arm roll kecil, dan perbaikan kendaraan operasional.

Maksimal 420 bus hingga akhir tahun

Empat dari lima paket pengadaan bus sedang untuk peremajaan metromini gagal dalam proses lelang. Saat ini, Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan melelang ulang bus sedang. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memberikan syarat dalam pengadaan bus sedang bahwa kendaraan itu harus berbahan bakar gas (BBG).

Hal ini merujuk pada Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 141 Tahun 2007 tentang Penggunaan BBG untuk Angkutan Umum dan Kendaraan Operasional Pemerintah Daerah, serta Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa semua kendaraan umum harus menggunakan bahan bakar gas.

Spesifikasi bus sedang itu juga sudah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaran Bermotor. Peserta lelang bisa dari perusahaan pembuat bus, karoseri, agen pemegang merek, dan pengimpor.

Bus baru ini dapat berbentuk impor utuh (CBU), atau bisa dirakit di dalam negeri (CKD). Pemenang lelang nantinya harus memenuhi spesifikasi, dan juga tenggat waktu yang ada di dalam kontrak, yakni paling lambat pada 15 Desember 2013.

Satu paket yang berhasil dilelang dimenangkan oleh PT Ifani Dewi. Awalnya, satu paket lelang bus sedang terdiri dari pengadaan 124 bus sedang BBG. Satu paketnya memiliki pagu anggaran sebesar Rp 97 miliar. Perencanaan teknis, harga, dokumen, dan lainnya dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Pada akhirnya, BPPT merekomendasikan empat paket yang gagal lelang diubah menjadi hanya 74 unit per paket dengan anggaran Rp 58 miliar. Pihak BPPT memperkirakan waktu pengadaan bus sedang di satu paket ini tidak akan selesai hingga akhir tahun jika tetap memproduksi 124 bus. Dengan pengurangan jumlah ini, maka jumlah bus sedang yang pengadaannya kemungkinan selesai pada akhir tahun adalah 420 bus.[Kompas.com]

6 COMMENTS

  1. kalau bisa busnya seperti singapura…dari segi tempat duduk sampai ke gagang pegangan bagi yg berdiri. bebas makanan dan minuman didalam bus dan akan dikenakan denda jika menemukan yg makan didalamnya

  2. 1. bis-nya klo bisa AC, dan dilarang merokok buat semua supir, kernet & penumpang.
    2. harus ada batas maksimal penumpang sehingga tidak sampai bergantungan di pintu.
    3. supir digaji, biar tidak sekedar kejar setoran dan lebih memperhatikan keselamatan penumpang.
    4. harus ada tempat pengaduan konsumen yang jelas untuk melaporkan bis yang ugal-ugalan, menurunkan penumpang di sembarang tempat atau tidak sesuai trayek atau pelanggaran lalu lintas lainnya.
    5. bis tidak memasukkan pengamen, pengemis, pedagang asongan, apalagi penodong/copet/pemalak.

  3. peraturan lelang orde sebelumnya, malah menghambat pengadaan dan rawan korupsi dengan jalan markup, segera di ganti saja peraturan, perda, UU nya…

    dijaman menjelang Jakarta baru, semua pengadaan harus mengacu keterbukaan harga yg wajar, ketepatan waktu dan quality barang tersebut harus dikawal semacam kelompok riset seperti BPPT……

  4. Setuju dengan @hattori. Lelang seringkali cuma formalitas. Biasanya peserta lelang sudah bertemu sebelumnya untuk menentukan siapa yang akan dimenangkan, otomatis dengan markup dan bagi-bagi.
    Karena belinya banyak apakah tidak dimungkinkan untuk kontak langsung dengan distributornya.
    Mengenai BBG, tolong disiapkan SPBG yang letaknya strategis, karena sampai sekarang paling menyebalkan ketika jam sibuk malah busnya lewat saja karena akan mengisi BBG.

  5. Harus nunggu minimal setaon dulu baru ada satu SPBG paling strategis di dalam/tengah kota yg muncul (bangun infrastruktur yg BELUM ADA, yaitu pipa gas bertekanan tinggi (jika yg disalurkan LPG) butuh waktu lama, gali lobang, pasang pipa, tutup lobang, termasuk pengecekan kebocoran pipa di tekape sblm diurux – kecuali field spv nya yakin aman bisa di-bypass en tandatangan langsung – toh kalo ampe mledux bukan mereka yg bakal tewas nanti kan 😉 – intinya gak akan bisa menyamai kecepatan tarik kabel ke SPEL, baik dari overhead tower ato ground duct).
    Kalo pake bis listrik, tinggal tarik kabel hubungin ke SPEL (Energi Listrik), dah langsung bisa dinikmati kurang dari 1/2 taon maksimal – kenapa bisa secepat itu? krn infrastruktur listrik SUDAH ADA dan SANGAT MEMADAI (standar power supply utk KRL boz! apalagi skrg ada rute commuter line, kabel2 dan gardu2 trafonya dah pasti harus bagus2 punya tuh krn nyaris non-stop dipake terus2an – meski utk konsumsi rumahan ternyata masih ada versi KW abal2an yg dijualin dgn AC rating ‘asal tempel SNI’ makanya sering korslet) di jakarta alias tinggal pakai aja.
    Problem kendaraan listrik yg utama saat ini adalah harga batere Lithium yg mahal – tapi bukannya bisa diakali dgn batere yg lebih murah spt yg kita kenal dgn “aki kering” (sealed MF lead-acid) itu? Bedanya cuma voltase per cell yg cuma sekitar 2 volt, sedang Lithium-ion sekitar 3-4 volt.
    tapi itu gak masalah buat orang2 kreatip kek ane, tinggal tambahin jumlah cellnya saja ato battery pack-nya, beres!
    Solusi (teknis) apa saja akan selalu ada boz! Jangan brenti cuma di satu sisi saja dah nyerah, atau cuma bisanya niru yg lain yg sudah ada aja.

    Jadi saya kurang paham strategi politik apa yg dijalankan BPPT yg malah tidak optimis dgn kendaraan listrik dgn berbagai alasan yg pesimistis (kalau tak mau disebut dipengaruhi politik bisnis dari ‘atas’ sama spt problem BBM yg terus diforsir utk dipakai dan disubsidi terus meski tak feasible lagi utk kedepannya, seolah2 spt negri ini tak ada orang2 pintarnya yg bisa mengubah kebijakan ‘bodoh’ itu bagi negri ini khususnya ibukota jakarta) – jujur saya kecewa berat stlh tahu hal ini di lembaga yg harusnya lebih visioner dlm bisang sains dan teknologi.
    Ya begitulah kalau sains nyampur2 sama bisnis kolutif dan dijerat ‘kebijakan’ pemerintah… 🙂 sama spt NASA (milik pemerintah) yg gak brani buka fakta: apakah Amerika benar pernah mendaratkan orang di bulan atau cuma hoax ala yutub aja (krn di bulan tak ada atmosfir padat spt di bumi krn level gravitasi yg rendah, maka angin [partikel gas padat yg bergerak krn tekanan energi tertentu] yg membuat bendera USA berkibar2 di pelem tak mungkin ada)…

    Sediakan satu bis listrik dan satu SPEL di lokasi paling strategis di Jakarta sbg proyek pembanding, mari kita lihat mana yg lebih efisien penggunaan energinya (dan plus2 lainnya) dan lebih cepat dibangun stasiunnya dan dinikmati warga Jakarta.
    Tentunya penumpang2 yg takut bis gas-nya bakal mledux nanti akan senang dgn fitur anti-mledux yg ditawarkan bis listrik.
    Dan saya tidak bercanda utk kalimat yg terakhir (kendaraan2 BBM saja sering terbakar akhir2 ini entah kenapa, kalau anda sering lihat tipi pasti tau brita2 yg seolah2 kejadian ‘normal’ ini. Untung aja pake BBM gak langsung mledux, coba kalo pake BBG/gas LPG – mampuslah sampeyan kegampar ledakan gas! sukur2 cuma lupa ingatan/gegar otax).

    Kalau anda pesimistis dgn tingkat keamanan PLTN, anda juga wajib pesimistis dgn tingkat keamanan BBG, agar fair – krn yg dituding kan bukan teknologinya tapi ORANG yg me-maintenance-nya.

    Oh btw, kendaraan listrik tidak nyetrum selama konsisten memakai arus DC ke semua perangkat di kendaraan (battery uses DC, LED light uses DC, everything are starting to use DC now even your latest computers and gadgets!), krn yg ‘nyetrum’ cuma arus AC (yg masih awam/bingung dgn singkatan/istilah teknis ini, tolong pake istilah “AirCon” utk menyebut ‘penyejuk udara’ biar gak rancu dgn istilah sains kuno yg sangat populer ini [AC/DC], apalagi ternyata AirCon pake supply arus AC juga, tambah runyam nyebutnya klo sama singkatannya – apa harus kita menyalahkan peran marketing [AirCon] dalam merancukan istilah lagi nih? Kerancuan penamaan spt ini sangat menyebalkan/merepotkan sekali bagi orang2 teknik/sains yg teguh memegang standar baku penamaan/singkatan teknis dunia yg seharusnya tanpa kerancuan dan ambiguitas dlm konteks/domain yg sama!).
    Arus AC hanya dipakai sampai saat ini krn lebih efisien/efektif dlm hal induksi energi listrik (spt trafo, Tesla coil effect utk induksi ‘kilat’ via media udara atau “sparks”) dan transmisi energi listrik jarak jauh dgn tegangan AC extra tinggi (SUTET towers, End-user AC line poles, etc), serta analog audio transmission (ada yg masih kena setrum kabel audio ampli-nya yg super high power yg aktif? nah itu dia!).

    Me just dreaming?
    “The first laughing will be silent/silenced last…”
    .
    FYI, the average IQ of Indonesian people is only 89 (source: MetroTV.”Angka Bicara”) – are you sure we can expect more intelligent reasons and ideas from this demographic data fact? We are still seeking them to raise bravely and spotted on our intelligent radar…

Leave a Reply to Dadang Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here