Komentar Jokowi Soal Mobil Murah

18
584

Ahok.Org – Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak terlalu senang dengan peluncuran mobil low cost and green car (LCGC). Menurut Jokowi, kebijakan pengadaan mobil murah itu bakal menambah parah kemacetan di Ibu Kota. Namun, mau tak mau, kebijakan itu tetap harus diterimanya.

“Jelas (akan tambah macet), tapi ya mau apa? Mau antisipasi gimana?” kata Jokowi di Balai Kota DKI, Selasa, 10 September 2013.

Kehadiran mobil-mobil dengan harga miring itu juga dinilai bakal mementahkan program Pemerintah Provinsi DKI dalam mengatasi kemacetan. “Nanti kalau kami membuat kebijakan genap-ganjil atau ERP (electronic road pricing) tapi diiringi mobil-mobil baru, ya, percuma,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi tak mungkin dapat menekan pertambahan mobil. Terlebih jika masyarakat diberi kemudahan dalam membeli mobil. Membuat kebijakan di level provinsi, menurut Jokowi, juga tak bisa dilakukan. “Itu, kan, kebijakan nasional,” tuturnya.

Sebelumnya, pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang low cost and green car.[Tempo.co]

18 COMMENTS

  1. Memang lucu pemerintah pusat indonesia,mobil2 murah tsb dibuat di thailand masuk ke indonesia CBU.Di thailand sendiri penggunaan mobil dibatasi di indonesia dipaksa oleh prinsipal untuk tidak boleh dibatasi.Suap menyuap terjadilah supaya mobil2 jangan dibatasi.Sama seperti kendaraan bahan bakar gas sengaja dibatasi atau dibuat sulit untuk mndapatkan supply bbg nya kenapa karena konglomerasi/mafia termasuk negara penghasil bahan bakar minyak yang menghendaki begitu.?Memang lucu negara ini.

      • saya setuju pak jokowi menjadi orang ni 1 dan saya yakin pak ahok juga mampu mengatur jakarta, dan sepertinya kebijakan mobil murah sulit ditolak krn ini kebijakan pemerintah pusat yg sangat berkuasa dan sangat mengerti sehingga kebijakan trasportasi kita menjadi amburadul jelas akan berpengaruh pd bidang ekonomi. bila ingin trasportasi lancar harus ada kebijakan
        1. in dan out artinya setiap pengeluaran mobil baru harus ada penukara mobil lama yg akan di hancurkan .
        2. tarif yg tinggi utk parkir kendaraan di kota besar.
        3. tidak disediakanya BBM bersubsidi di jkt dan kota besar lainya
        4. berikan rasa nyaman ketika menggunakan berkendaraan umum( aman, tepat waktu, murah,tidak ada pedagang asongan,pengamen)

  2. Jangan tahan bisnis mengalir masuk dunk. tapi bikin peraturan yang baik untuk akomodirnya. alasan bikin tambah macet sama sekali tak bisa diterima.

    Caranya ? setiap orang hanya boleh dibatasi punya kendaraan 1 per orang. kalau sudah punya motor, jangan punya mobil lagi. kalau tidak punya garasi mobil, jangan punya mobil. kalau ingin beli mobil atas nama istri tapi istri tidak punya SIM A, jangan ijinkan mobil itu bisa beroperasi di Jakarta.

    Kewenangan mengeluarkan SIM & surat2 mobil memang milik POLRI. tapi, kalau Gubernur keluarkan SK bahwa setiap pemilik kendaraan wajib lapor dan dapat ijin dari Pemprov DKI untuk mengendarai mobil di jakarta, maka Polisi juga bisa menilang pengendara bila hanya punya STNK tapi tidak punya surat ijin mobil beroperasi dari pemda 🙂 Satpol PP pun bisa ” menilang ” pemilik mobil mengacu pada SK Gubernur apabila mobil itu parkir sembarangan di wilayah wewenang satpol PP / dishub. terutama bus2 yang beroperasi.

    Semua bisa diatur kalau pemprov DKI mau kerja bener dan serius. bukan cuman jaga imej tok. thanks.

    • Tidak mungkin pemprov DKI melarang mobil masuk dari daerah lain agar bisa operasi di DKI. Kendaraan wajib lapor kalau mau masuk DKI?? Mustahil aturan ini bisa dilaksanakan. Berapa juta mobil harus didaftar ke DKI?? Apakah aturan ini tidak bertentangan dengan undang2?? Ide yg ngaco.

      • Bung Janto, jelas pemprov DKI hanya ngatur kendaraan yang bernopol Jakarta saja dong. kalau kendaraan dengan nopol luar daerah, itu urusan gubernurnya masing2. ini kita sedang bicarakan tentang KEPEMILIKAN KENDARAAN bukan IJIN LEWAT DI JALAN2 WILAYAH DKI. ngerti bedanya nga ? kalau nopol B melakukan pelanggaran, polisi slalu cek SIM & STNK. jadi, skarang ditambah lagi dg Surat Ijin dari Pemprov DKI. kalau tidak, kena tilang denda. Begitu pula Satpol PP bisa juga rantai ban mobil2 / motor2 yang parkir sembarangan. slain pemilik kendaraan perlihatkan SIM & STNK, juga wajib perlihatkan Surat Ijin dari Pemprov DKI. Kalau ada kendaraan dengan nopol luar daerah wira wiri di jalanan DKI tapi pemiliknya beralamat di DKI, pasti polisi akan mempertanyakan keabsahan surat2 kepemilikan kendaraan tsb. apakah hasil curian, dsb. kita mikirnya yang sederhana2 saja. capek kalo terlalu canggih2 nga kesampaian. skian info saya bung Janto. Salam.

  3. makanya dukung jokowi jadi RI 1 tahun 2014 biar kebijakannya mendukung daerah bukannya nyusahin daerah…kalo org berintegritas jd presiden maka dampak kebijakannya jauh lebih besar daripada kebijakan gubernur

  4. Yang benar jadikan Jokowi presiden th 2014. Nanti pemerintah ambil tindakan yg mengurangi mobil baru apa lagi mobil murah yg sudah pasti membludak di DKI. Kebijakan pengadaan mobil murah dari pemerintah pusat sangat bertentangan dengan rencana pemprov DKI agar jalan raya tidak macet lagi. Secara tidak langsung pemerintah pusat sengaja menyulitkan gub. DKI. agar gagal melaksanakan program2 nya.

    • Indonesia itu bukan cuman Jakarta, bung Janto. dan Pak Jokowi bukan satu2nya orang Indonesia yang berprestasi tok dan berhati jujur dan berpendidikan. Ada Pak Tanu Boss MNC. Ada Pak Ahok Wagub DKI. Ada bu Tri Risma Walikota Surabaya. Ada pemimpin rakyat yang dari Papua juga entah Gubernur atau Walikota. Banyak putra putri Indonesia yang berprestasi. biarkanlah rakyat Indonesia punya kebebasan untuk memilih sesuai hati nuraninya. skedar share info.

  5. Pak Jokowi lupa ya, dulu s/d saat ini pengendara motor dianggap ‘sampah’ jalanan (bikin macet katanya, padahal cuma perilaku kampungannya yg harus ditertibkan agar gak bikin tambah macet jalur jalanan yg macet – ane serius soal ini krn ada satu biker yg pengen ane tampol gara2 brani2nya klaxon terus2an nyuruh ane melanggar lampu merah: “Kalo pengen ke neraka buruan, eloe aja yg jalan sonoh, anjrit gak punya otax!” – harusnya digebux habis rame2 setan jalanan bangsat gak punya SIM asli kek gini! ane dah siap perang turun dari motor, eh malah kabur dia! takut liat ‘beceng’ ane ye?) padahal menghemat space jalan, krn itulah kebijakan ‘aneh’ ini muncul, agar pindah aja semua ke mobil sekalian – gitu pak Wi cerita jelasnya.
    Kenapa aneh? karena gak selektif memilih, mana yg benar2 mau diberi insentif, apa cuma kendaraan listrik saja atau semua kategori ‘green car’ yg definisi/artinya pun masih kacau.
    Kalo ane yg diberi wewenang utk kebijakan ini, pasti ane cuma ijinin kendaraan2 listrik aja, krn ane sudah gak tertarik ngurusin “fossil-fuel vehicles” anymore (kematiannya sudah dekat, fuel tak bisa didapat/diperbaharui lagi, tak punya masa depan, utk apa diteruskan? cuma numpukin sampah2 baru lagi kek kasus bajaj 2-tak nanti) – silahkan mereka2 ini (BBG vs BBM) bertempur di ring sendiri (fossil fuel) sesuai kompetisi pasar – I won’t subsidize them, period!
    Cuma ada tambahan utk kota2 besar yg macet spt Jakarta. Jika saya Gubernurnya, maka ada kewajiban khusus jika menggunakan kendaraan2 pribadi: Harus berukuran kecil spt konsep City Car sebenarnya yg berukuran ‘nyiksa’ spt size Morris Car-nya Mr. Bean (jadi speda motor listrik pasti diijinkan lewat krn memang ukurannya utk 1-2 orang max).
    Maaf ya, utk ATPM yg masih ‘maksa’ dgn nebeng kebijakan ‘Low-cost Green car’ pempu ini, jika masih pakai BBM/BBG dan masih mengusung tema ‘interior lega’ maka mobil2 anda tak layak masuk kota Jakarta!
    Kecuali anda produksi mobil listrik dgn ukuran PxL = 2×1 meter (+/- 0.5 meter tolerance) maksimal baru akan saya ijinkan berkeliaran Jakarta tanpa denda ERP tambahan! (Biaya ERP masuk kota utk dari luar Jakarta terpisah dgn ERP dalam kota ini)
    Kalau saya memang serius ingin bikin ALL elecric-driven City, maka pasti akan saya terapkan dgn sungguh2 sampai level 1.0, gak akan brenti di 0.5 aja!
    Saya akan berikan insentif khusus bagi yg ingin ganti kendaraan2 polutif mereka ke kendaraan2 listrik (termasuk jalur speda akan diperluas/diperpanjang utk insentif bagi yg ingin pakai speda abadi), yg lain (ganti sama ke BBM/BBG lagi, apalagi nambah berbodi gajah lagi) tak akan ada insentif, bahkan denda spesial utk mobil2 kelas gajah ini! Tidak ada alasan apapun, orang kota besar itu individualistis pada dasarnya! Kemana2 maunya sendiri, lebih bebas! Jujur sajalah! Cuma kalo mo liburan besar ke luar kota aja baru butuh mobil gajah bawa keluarga pamer ke pamili sekampung. Jadi buat apa bawa mobil kelas gajah di jalanan kota yg sempit tiap ari kerja kalo isinya cuma satu orang, trus masuk 3-in-1 ambil “ojek bodi” di jalanan biar aman?
    Apa kebijakan real Jakarta yg sudah diambil utk memangkas “space-eater cars” ini yg terus berkeliaran di dalam kota saban ari?
    Gak jelas dari dalam kota ato cuma dari pinggiran kota (Fakta: Kode NOPOL “B” ternyata bisa parkir nyaman di Bandung hampir tiap hari dan banyak lagi yg kek gini). Jawab: BELUM ADA!
    Sayang pak Jokowi tidak jelas dlm hal pembatasan ukuran kendaraan2 bermotor yg boleh berkeliaran di Jakarta – kalau tidak saya pasti lebih apresiatif dan mendukung kekecewaan bapak ini (saya kurang sreg dgn kendaraan BBG/BBM di dalam kota, lebih baik kirim fuelnya langsung ke PLTG/M di luar kota trus listriknya salurkan ke SPEL/rumah2 konsumen, gak perlu pake acara meledak2 disono-sini di berbagai jalanan megapolitan modern, diluar kota ajah klo mau mledux!) – krn saya sangat pro dgn kendaraan2 hemat space jalan (parking space juga makin lega sbg efek sampingnya dan daya tampung bertambah – sudah lihat mobil listrik kecil utk satu/dua orang model futuristik produksi vendor Jepang? keren! udah kecil compact abis eh masih bisa dilipat-matic vertikal, what a super space saver! – ini dia TRUE City Car (+ Parking-Space Saver)! Yg laen, yg baru lagi promo LCGC concept disini dgn mesin BBM juga (BUKAN listrik! jadi dimana konsep ‘Green’ nya itu ya?), ada 2 katanya (gak boleh nyebut nama), cuma ngikut modelnya, tapi ukuran masih tetap super lebay (spt yg ngaku2 model ‘City Car’ ituh), kek 4×4 SUV kegencet 2 bis PPD depan belakang trus melar lagi dikit! lebarnya tetep sama lebaynya! Apa perlu bikin definisi istilah ‘Green City Car’ yg baru agar tak terkorup lagi oleh marketing vendor2 ini ya?), apalagi TRUE non-polutif spt mesin listrik (bukan cuma ‘reduksi polusi’ saja alias masih polutif meski minimal spt mesin BBG/BBM ini).
    Bagi yg menganut “TRUE/Strict Green” concept, maka semua fossil fuel machines pasti gak masuk definisi – hanya electric machines dan renewable energy resources yg termasuk.
    Jadi jelas LCGC ini memang menganut paham “FALSE/Loose Green” concept, agar rekan2 bisnis pemerentah masih bisa jualan barang lama yg di relabel/tambal-sulam ulang seolah2 barang ‘baru’ alias mo ‘ngabisin stok lama gak laku2’ chuy!
    .
    Utk lebih jelasnya soal BBG vs Listrik:
    —–
    http://ahok.org/berita/news/basuki-akui-ada-target-yang-belum-dicapai-pemprov-dki/#comment-50610
    —–

    • Dan link dibawah ini, utk argumen dasar kenapa KRL (Listrik) yg cocok utk transit sering (berhenti hampir di semua stasiun) alias transportasi massal jarak dekat, yg akhirnya dipakai permanen scr keseluruhan sbg basis commuter line di kota2 besar spt Jakarta, dan bukannya KRD/KRG (Diesel/Gas) yg lebih cocok utk transit jarang (tak berhenti di semua stasiun) alias transportasi massal jarak jauh…
      —–
      http://ahok.org/berita/news/basuki-perlu-undang-undang-pindahkan-ibu-kota/#comment-50549
      —–
      Jawaban singkat: Efisiensi mesin listrik
      plus ketersediaan infrastruktur listrik yg sudah pasti ada di kota2 besar (kalo gas belon tentu, lihat aja Jakarta sendiri gak perlu jauh2).
      —–
      Pesawat Udara dan Kapal laut gak butuh mesin listrik, krn hampir gak (mungkin) pernah kena macet di perjalanan ato transit di tiap pelabuhan yg dilewati.
      Jadi atas nama efisiensi dan efektifitas, berikan saja BBM/BBG utk mereka2 (air/sea vehicles & mass long-distance transports) ini dan semua kendaraan2 dalam kota pakai Listrik semua (krn sering brenti dlm jarak dekat, rawan kena macet, yg kalau pake mesin BBM/Gas waktu idle mesin masih nyala terus = cerobong CO/CO2).
      Toh akhirnya terbukti juga kan, mudik lewat laut ternyata (jauh) lebih murah dan aman dari kecelakaan serta bebas macet diperjalanan kan?
      Dan lewat udara jauh lebih cepat lagi kan?
      Ya gak mungkin pake acara macet2an di tengah udara lah!
      .
      Kasihan nelayan2 diesel kita sering kekurangan diesel oil (diesol), krn ternyata selain sering dimaling spekulan, masih sering dipakai oleh mobil2 diesel pribadi di dlm kota juga (Mesin diesel lebih cocok utk angkut beban berat/heavy load, bukan accel/speed krn mesinnya sendiri besar dan berat shg tak mungkin dibuat versi spedamotornya yg lebih kecil = not feasible!) yg spt diketahui umum lebih polutif drpd mesin bensin, jadi seharusnya dilarang beroperasi di dalam kota yg mau mengusung konsep GREEN CITY! Cukup truk2 pengangkut saja yg bermesin diesel diperbolehkan operasi utk antar barang dlm kota, tak perlu kendaraan pribadi ikut2an minta subsidi diesel oil (diesol) spt mereka juga.
      —–
      Dalam konsep *TRUE* GREEN CITY yg modern, hanya kendaraan2 listrik yg boleh berkeliaran di dalam kota, dan memberi sedikit keleluasaan utk memberi kelonggaran waktu transformasi ke mesin listrik dgn memberikan periode waktu masih boleh pakai mesin2 BBM/Gas (dengan atau tanpa ‘denda’ tambahan bertahap, makin dekat jatuh tempo makin mahal dendanya) – dgn demikian program ‘paksaan halus utk berpindah ke mesin listrik’ ini akan bisa berjalan dgn semestinya.
      .
      Tentunya truk2 besar jarak jauh (yg bermesin BBM/Gas) boleh drop barang di gudang2 warehouse besar di pinggiran kota dan truk2 feeder yg lebih kecil (bermesin listrik sebisa mungkin, atau bermesin BBG masih boleh) bisa beroperasi di dalam kota tanpa kena denda ERP, tapi mungkin perlu jalur khusus utk truk feeder ini bagi yg lebih strict penerapan konsepnya, krn biasanya sudah ada distribution zoning-nya.
      —–
      Ini belum termasuk kota yg sering kena macet parah. Kalau memang mau diperbaiki, maka perlu lebih strict lagi aturan ukuran kendaraan2 yg boleh berkeliaran di dalam kota.
      Untuk usulan yg efektif dan lebih strict bagi kota super macet spt Jakarta: “1 orang/man plus (1 barang/load atau 1 orang/man)” [ 1 man + (1 load/man) ]
      Jadi kendaraan tsb cukup utk memuat 1 orang ditambah 1 bagasi utk barang/cargo atau bisa diganti utk angkut 1 orang lagi.
      Anda biasa menaruh tas2 barang belanjaan yg tak banyak di kursi samping mobil anda biar gampang diambil nanti, bukan? nah itulah lokasi cargo anda, yg kalau kosong bisa ditempati 1 orang juga kan?
      Contoh konkrit: Anda jomblo (atau punya pacar sebiji – ane yakin ente gak punya harem utk dibawa di gerobak ente), pergi kemana2 sendirian, beli barang trus taruh di kursi samping, pulang ke rumah pacar nunggu, so barang didrop ke rumah, trus angkut 1 pacar ente persis di tempat barang tadi – space efficient bukan?
      Kalo gak suka kursi jadi ‘cargo sementara’ kek gitu, ya perlu di desain baru agar dudukan kursi tak jadi alas cargo sementara barang2 anda.
      Gimana caranya bisa begitu, biar interior space designer yg mikir ginian, gak perlu ente… kan ente dah pernah lihat kursi belakang yg bisa diangkat lepas agar bisa taruh barang yg spacenya lebih legaan kan? nah kira2 spt itu, tapi bikin yg lebih elegan gak perlu sampe diangkat2 lepas kek gitu – gak elegan liat cewe angkat2 korsi samping abis ngaterin brondongannye trus mo ke supermarket langsung beli belanjaan…
      .
      Bangku sampingnya bisa diangkat/didorong pivot 90 derajat kedepan sekalian (bisa dilipat senderan punggungnya kedepan juga agar lebih banyak space atau tidak, terserah) agar bagian kosongnya dibawah bangku bisa terekspos shg bisa dipakai utk menaruh barang/cargo anda – berikan perimeter zona area cargo agar lebih bersih dan jelas (TaZ-design for space-saving #1).
      .
      Atau bisa pake baki penampung cargo diatas kursi yg bertumpu/pivot bukan di tempat duduk tapi di kedua pinggiran samping2nya seat, jika ada penumpang tinggal dorong pivot ke depan agar baki cargo tsb bisa tiduran 90 derajat nempel didepan seat/bangku pas di bawah level seating/dudukan dan gak menghalangi kaki (TaZ-design for space-saving #2).
      .
      Kalo ane lebih suka yg lebih praktis, yg #1 lebih cepat dan praktikal bagi ane – krn gak perlu bikin baki cargo khusus lagi serta seating relatif lebih bersih krn terlipat ke depan dan sandaran seatnya juga bisa dilipat ke depan utk melindungi/covering seating dari debu dsb.
      .
      Utk cargo/extra-seating yg posisinya dibelakang spt spedamotor (jadi posisi sopir mirip bemo/bajaj/F1-car) shg sesuai dgn kriteria “TRUE City Car” yg outlinenya PxL = 2×1 dan lebih legaan/lebar kesamping space utk penumpang extra, tinggal atur aja modifikasinya boz! Kreatip dikit lah!
      Klo pake cara TaZ-design #1, ente gak perlu repot2 modif/adjust baru lagi, tinggal di-aplikasi langsung, cuma beda lokasi pindah ke belakang aja.
      Nah, biar lebih keren binti matic, ada yg minat pake fast-powerful e-motor buat ngelipet bangku+senderannya gak? tapi yg cepet jalannya “jeblux! blux!” jgn lelet banget kayak yg di pameran2 auto-modif show ituh! “reteeeteteteeettetettt…retteteeeetteeeet…retttetetettt..” ampe ketiduran ane cuma ngeliatin kapan nyampenya/selesainya.

      “Be Creative and Think Radically! Say NO to CoPas (Copy-n-Paste) jobs!” – TaZ.SE3/SEEE

  6. Mobil Murah? “klo gak di stop atw di Batasi, parah tuh’ macet, padat lalu lintas. Yg punya Mobil apa gak tau? Mobil bisa jadi buat pamer doank?’ Klo macet? Fasilitas jalan tidak Me Madai dgn jumlah Banyak nya mobil?
    _
    Ya, di naek in Pajak nya,’ klo mw naik mobil, dari hasil pajak itu di Bangun Jalan khusus motor, juga di harus kan bayar pajak, ( yg sesuai) “di beri Jalur, jalur2 nya yg cm motor blh masuk seperti, Jalur bus way dsbgi nya. Jadi di kotak2 in, diberi Jalur masing2. Utk keamanan pengendara motor, kelancaran Jalur bus.
    _
    Pengendara Mobil yg bayar pajak, sediakan Jalan layang, dari biaya pungutan pajak Mobil2′ 2x Lipat dari Harga Jual utk dapat (surat Ijin pemilikan kendaraan) Mobil dari kesesuaian (kebutuhan fasilitas pemakai Mobil)
    _
    Mobil Memang murah,’ akan tetapi Tanpa jalur2 Jalan Pemprov yg Akan mm Bangun, ‘pantas kah? ‘klo di beri Nilai Lebih’ (Dihargai) Rencana mana yg lebih Potent? Untuk umum Ke Perluan Public, (umum nya Masyarakyat) Atw Pribadi (Golongan tr Tentu?)
    _
    Kedua2 pihak sebenar se Iring Sejalan, yg Golongan ter tentu ikut Andil Bekerja Sama Ber Tanggung Jawab bayar pajak, masyarakat juga dapat fasilitas2, dari Pem bangunan yg di Alu2 Kan (di Dorong atas Sokongan utk ke Baikan pihak Ber Sama)

  7. Harusnya mobil buatan Dalam Negeri spt mobil SMK yang banjir di dalam negeri ya pak, masa iya buatan Thailand tapi di pakai oleh orang Indonesia?? Pemerintah Daerah yang membawa dampak negatifnya…. Kebijakan apapun yg di pakai akan sia-sia karena kebijakan mobil impor murah. Jakarta harus berubah, Salam jakarta Baru!

  8. Pak Joko ngga usah khawatir lah, dengan UMP yang bapak tetapkan 2,2 juta, ngga bakalan bisa terbeli mobil, kecuali PNS yang korupsi, tetap pertahankan saja kesahajaan bapak, dan beri rakyat keteladanan tentang keserdehanaan dalam hidup, kalaupun ada anak buah bpk yg notaben nya hny golongan 2-4, koq sampai punya mobil tanpa ada usaha sampingan itu yg patut bapak tindak lanjuti.

  9. Segala aturan yang bapak terapkan baik sistem ganjil genap ataupun ERP, ngga akan berpengaruh bagi mereka yang berduit, kalau di rumahnya sdh berjejer puluhan mobil, lagi lagi rakyat keci menengah yg akan menikmati kebahagiaan hidup merasakan nikmatnya naik mobil yg bakal kena imbasnya. sdh saatnya adakan pajak progresive di besarkan, misalkan untuk punya mobil ke 2 pajaknya 2-3 kali lipat, jadi tidak ada lagi dalam satu KK masing masing anggota klrg-nya punya mobil 1. Mungkin ini bisa jadi salah satu solusi, pemerataan kesejahteraan sehingga yang menikmati hasil pembangunan di jakarta ini tidak mereka yang berduit banyak saja.

Leave a Reply to TaZ.SE3/SEEE Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here