Ahok.Org – Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar kabar ada warga yang iri melihat tetangganya di Rumah Susun Sederhana Pinus Elok mendapat fasilitas dianggap lebih lengkap.
Penghuni baru asal Waduk Ria Rio itu memang bisa dibilang mendapat rusun siap huni, lengkap dengan meja makan, dispenser, dan berbagai peralatan lain. Ini membuat warga Waduk Pluit yang juga direlokasi mengeluh lantaran tak mendapat fasilitas yang sama. “Sebagian warga tuh begitu, susah kalau iri-irian,” kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis, 3 Oktober 2013.
Menurut dia, pemerintah pun tak bisa menyamaratakan fasilitas untuk warga, meskipun sama-sama hasil relokasi proyek normalisasi waduk atau sungai. Soalnya, berbagai fasilitas itu bukan berasal dari kocek pemerintah.
Memang banyak pihak mau memberi sumbangan jika ada kabar tentang rencana relokasi warga. Tapi jumlah dan jenis sumbangannya tentu berbeda-beda. “Itu kan tergantung kemurahan hati yang menyumbang, bukan kewajiban untuk mengisi,” kata Ahok. “Kalau ada yang menyumbang lagi baru bisa kami isi unit yang lain.”
Sebelumnya sebanyak 60 keluarga yang direlokasi dari Waduk Pluit mengeluh karena tidak mendapat fasilitas yang sama dengan warga Ria Rio. Neti, 55 tahun, misalnya, direlokasi pada April 2013 dan dibekali uang Rp 1 juta. Tapi unit yang ditempatinya kosong.[Tempo.co]
Ini sudah budaya, jadi jangan karena demo/protes disetujui. Inilah akibatnya.
Pasti nanti jika ada relokasi lagi akan naik lagi standardnya, kalau tidak akan demo/mogok.
Sebaiknya pengisian dikelola oleh Pemda (walaupun dananya dari swasta) – standard/sama untuk semua relokasi. Dana lebih ditahan jika relokasi berikutnya tidak ada yang nyumbang.
Wah…nggak bersyukur, nggak tau trima kasih…
Geleng-geleng kepala juga saya..
Makanya pak Wagub… daripada diprotes warga dengan tuntutan uang kerohiman dan unit rusunawa dengan berbagai fasilitas, mending bakar saja semua rumah2 ilegal yang ada diatas tanah milik negara. beres ! mereka terpaksa pindah. dan tidak bisa lagi bangun kembali di atas puing2 tsb 🙂
–
tidak ada uang ganti rugi. tidak ada kewajiban kasih uang kerohiman ataupun unit rusunawa. suruh pulang balik kampung jalan kaki saja pak Wagub ketimbang masuk penjara harus dikasih makan negara gratis. ckckckckk….. jauh lebih hemat & tepat sasaran 😀
wew jgn bermain api ntar terbakar nya ke tempat2 lain gimana, trus yg terbakar juga harta benda nya gak sempat diambil kan kasihan, bagusnya yg seperti sekarang aja , di bangunin rusun trus paksa suruh pindah
abisnya banyak yg ga tau diri sih.
Jaman dulu kan trik buat gusur orang kan dengan cara dibakar, kejam emang.
Justru si Ahok nih masih mikirin HAM ga maen bakar kek jaman dulu.
itu mh cuma orang-orang yang tidak tahu terima kasih aja, diluar sana masih banyak orang yang ingin punya tempat tinggal layak untuk keluarganya.
Dasar gak tau diri tuh warga, sudah dikasi lokasi tinggal yg layak masih aja minta ini itu. Yg penting tuh ya, elu tuh pikir gimana cari kerja atau usaha yang baik. Agar elu bisa menjadi sedikit lebih kaya. Bukannya minta di suapin / dibantu terus. Lama2 orang juga bisa kesal.
Aku ikut geleng2 jg..
Ini namanya dikasi hati mintanya ampela, sekalian aja minta dibikinin kolam renang.
Untuk berikutnya mending dikasi unit yg kosong saja,
Kalau mau ya silahkan tinggal dan kalau tidak mau silahkan tinggalkan jakarta. Orang kaya gitu cm bikin beban buat ibukota.
Tidak bisa disalahkan protes dr warga relokasi pluit. Hal hal ttg uang saku dan barang barang fully furnished yg diisi sedapat mungkin distandarisasikan. Walau itu hasil CSR tp itu bisa dikoordinasikan dgn bantuan para relawan. Pemprov DKI harus sensitif dlm hal ini karena relokasi yg akan datang mereka pasti minta yg lbh tinggi dr waduk ria rio. Seharusnya dipastikan saja uang saku berapa dan barang apa aza yg mau diisi perunit dirusun. Hindari perbedaan yg mencolok antar rusun.
Setuju sekali, jadi walaupun sumbangan akan ada standar yang sama.
Tidak bisa disalahkan protes dr warga relokasi pluit. Hal hal ttg uang saku dan barang barang fully furnished yg diisi sedapat mungkin distandarisasikan. Walau itu hasil CSR tp itu bisa dikoordinasikan dgn bantuan para relawan. Pemprov DKI harus sensitif dlm hal ini karena relokasi yg akan datang mereka pasti minta yg lbh tinggi dr waduk ria rio. Seharusnya dipastikan saja uang saku berapa dan barang apa aza yg mau diisi perunit dirusun. Hindari perbedaan yg mencolok antar rusunawa.
Masalah iri-hati memang masalah yang manusiawi, dan saya rasa bukan hanya terjadi dikalangan bawah saja, sebagai manusia biasa saya juga pernah mengalami.
Namun sebagai evaluasi, maka saya menyarankan untuk memperbaiki proses pendistribusian / pembagian fasilitas saja, misal da kamar yg disediakan tv dulu tapi belum ada kulkas, atau sebaliknya, kalo memang masih iri, yah disimpan dulu saja aset/fasilitas yg ada sampai jumlahnya bisa kebagian.
Atau jika ada csr mungkin bisa dihimbau agar bisa memberikan fasilitas yang dapat digunakan bersama, misal transportasi khusus penghuni rusun atau fasum lainnya sehingga proses inventaris bagi pemprov juga lbh mudah.
Mewujudkan sila “Keadilan Sosial” memang tidak mudah, tapi saya berharap Pak Gub dan Wagub tetap semangat. Terima kasih Pak.
yang namanya CSR mana bisa diatur, dari pabrik ember ya yang dikasih kmungkinan besar ember, yang paling gampang ya gini aja, kalo mau ya ambil, kalo ngak mau ya kasih ke org lain yg mau. masih macem2 ya terpaksa suruh pindah ke kampung aja d…sama orang2 sperti ini seharusnya ngak perlu diladenin, bisa tambah parah. mreka low educated, ngak ngerti mana hak dan kewajiban. Jadi kalo klewat batas ya harus mainnya tegas.